Hack dan Scam · 6 min read

5 Penipu Terbesar di Industri Kripto 2022

Penipu kripto 2022

Sepanjang 2022 industri dan investor kripto alami waktu yang berat, masa crypto winter yang tiba diperparah dengan segelintir kehancuran perusahaan kripto besar yang memiliki dampak luas pada industri, sebut saja Terra, 3AC, Celcius, hingga FTX.

Kehancuran ini pun tak lepas dari andil para pemiliknya. Mereka kini dikenal sebagai “penipu” terbesar di industri kripto 2022 karena kerugian besar-besaran yang mereka timbulkan. Siapa saja mereka? berikut ini daftarnya dilansir dari Beincrypto.

Sam Bankman Fried dari FTX

Kebangkrutan FTX menyebabkan efek domino yang besar bagi industri kripto. Mantan CEO FTX, Sam Bankman-Fried (SBF) melakukan penyalahgunaan dana penggunanya hingga miliaran dolar, ia pun mengaku salah dan meminta maaf atas perilakunya. 

Sam Bankman Fried. Sumber: ABC News
Sam Bankman Fried. Sumber: ABC News

Namun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab atas penggunaan ilegal dana pelanggan dan hubungan dekat bursa dengan perusahaan perdagangan Alameda Research. 

Dalam laporan yang dibuat oleh Reddit token asli FTX (FTT) digunakan secara ilegal oleh SBF dan Alameda Research untuk kebutuhan perusahaan.

Alur manipulasi FTX. Sumber: Reddit
Alur manipulasi FTX. Sumber: Reddit

Pada 6 November lalu, saat spekulasi beredar bahwa token asli FTX (FTT) senilai US$584 juta (Rp9 triliun) ditransfer ke Binance sebagai bagian dari proses likuidasi.

Sebagian besar token FTT juga mengalami penurunan hingga kehilangan lebih dari 80% nilainya dalam 72 jam. Kemudian, mulai dari 9 November 2022 lebih dari US$150 miliar (Rp2,3 triliun) terhitung tiga hari setelahnya, FTT mengalami kerugian nilai kapitalisasi pasar

Meskipun FTX dianggap sebagai bursa kripto terbesar kedua setelah Binance, akan tetapi kehancurannya membuat crypto winter yang berkelanjutan di industri kripto.

Baca Juga: Ada Apa dengan FTX? Ini Kronologi dari Awal Hingga Akhir!

Caroline Ellison dari Alameda Research

Caroline Ellison merupakan CEO dari firma perdagangan kuantitatif bernama Alameda Research yang didirikan Sam Bankman-Fried pada pada 2017.

Caroline Ellison. Sumber: The Block
Caroline Ellison. Sumber: The Block

Ia diketahui memiliki hubungan “dekat” dengan SBF dan terlibat dalam proses manipulasi dan penipuan yang menjadi salah satu penyebab FTX bangkrut.

Baca juga: Mantan CEO Alameda dan Pendiri FTX Mengaku Bersalah Atas Kehancuran FTX!

Kecurigaan akan keterlibatan Ellison dan Alameda ini dimulai pada 2 November 2022 CoinDesk merilis laporan berdasarkan data aset Alameda Research yang bocor. 

Menurut data tersebut, Alameda mengklaim memiliki aset lebih dari US$14 miliar (217 triliun) pada akhir Juni 2022, yang sebagian besar terdiri dari token FTT.

Dengan adanya kecurigaan tersebut, CEO Alameda Caroline Ellison membantah bahwa keuangan perusahaan terkendali dan manajemen perusahaan diatur dengan sebenar-benarnya Namun tampaknya kondisi pasar kripto saat itu khawatir, sehingga para trader dan investor mulai menarik dana mereka dari FTX. 

Di samping itu, FTX memproses transaksi senilai US$4 miliar (Rp62 triliun) jauh lebih banyak dari volume rata-ratanya. Di tengah aksi jual dan penarikan besar-besaran oleh investor, dan pesanan tertunda, karena permintaan menumpuk. 

Baca juga: Pig Butchering Jadi Tren Penipuan Kripto di 2022

Kemudian, CEO Binance, Changpeng Zhao mengatakan bahwa dia juga akan melikuidasi ekuitas FTT miliknya. Hal ini membuat jumlah transaksi meningkat menjadi US$6 miliar (Rp93 triliun), hingga sehari kemudian keuangan FTX merosot pada 7 November lalu.

Sumber: WSJ

Akhirnya Binance kemudian menawarkan untuk membeli perusahaan tersebut untuk mengatasi masalah likuiditas yang dialami oleh FTX. Namun sayangnya, keesokan harinya Binance mengurungkan niatnya untuk mengakuisisi FTX, karena melihat keuangan perusahaan yang terlalu buruk.

Alhasil, SBF mengundurkan diri dari posisi CEO di FTX pada 11 November 2022, serta Alameda dan FTX kemudian mengajukan kebangkrutan. FTX menjadi bursa kripto yang bangkrut terbesar hingga saat ini di industri kripto.

Baca juga: 7 Pelajaran Penting yang Bisa Diambil dari Kasus FTX

Do Kwon dari Terraform Labs Luna

Do Kwon. Sumber: Forkast News
Do Kwon. Sumber: Forkast News

Do Kwon merupakan sosok terkenal di balik krisis stablecoin TerraUSD (UST) yang terjadi pada Mei 2022. 

Kejatuhan itu mengirimkan gelombang kejutan di dunia kripto karena UST kehilangan pasaknya terhadap dolar AS dan menghapus dukungan dari aset sejenis non-stablecoinnya.

LUNA , yang turun 99%, kehilangan kapitalisasi pasar miliaran dolar hanya dalam rentang waktu beberapa hari. Hal ini menyebabkan sekitar US$200 miliar (Rp3,1 triliun) terhapus dari kapitalisasi pasar kripto. 

Kejatuhan Terra Luna. Sumber: BBC
Kejatuhan Terra Luna. Sumber: BBC

Mengingat bahwa UST adalah stablecoin algoritmik yang menggunakan serangkaian smart contract untuk mempertahankan harga dalam satu dolar, UST tidak memiliki cadangan uang tunai atau aset lain miliaran dolar. Idealnya, UST akan selalu bernilai satu dolar jika LUNA memiliki nilai. 

Bagaimana Hal Itu Bisa Terjadi?

Ada aksi jual yang signifikan disertai dengan pelanggan yang mencoba menarik dana mereka, dan algoritma tidak dapat mengikuti. 

Dalam kondisi darurat, LUNA Foundation terpaksa menjual cadangan Bitcoinnya untuk mencoba dan menyuntikkan lebih banyak dana untuk menyelamatkan stablecoin. Ini, pada gilirannya, menekan nilai BTC dan berdampak pada seluruh pasar.

Baca juga: Ada Apa dengan Terra Luna? Ini Penjelasannya

Sementara itu, setelah bangkrut, Do Kwon menghilang dari negara asalnya, Singapura. Otoritas pemerintah bahkan mengeluarkan  surat perintah penangkapan untuk Kwon karena adanya pelanggaran peraturan pasar modal yang menyebabkan kerugian US$40 miliar (Rp623 triliun) bagi investor.

Sekarang ada laporan bahwa Do Kwon diduga berada di Serbia. Kementerian Kehakiman di Korea Selatan meminta kerja sama pemerintah Serbia dalam kasus tersebut. Korea Selatan dan Serbia tidak memiliki perjanjian ekstradisi, tetapi keduanya telah menyetujui Konvensi Eropa tentang Ekstradisi.

Baca juga: Masih Buron! Do Kwon Diduga Bersembunyi di Serbia

Su Zhu dan Kyle Davies dari Three Arrows Capital (3AC)

Three Arrows Capital (3AC) yang bangkrut pada Juni 2022, merupakan perusahaan dana lindung nilai yang sempat mengelola dana lebih dari US$10 miliar (Rp155 triliun) dalam AUM dikurangi menjadi debitur.

Foto Su Zhu dan Kyle Davies. Sumber: NYMAG

3AC terkena imbas dari kehancuran Terra Luna, karena 3AC membeli 10,9 juta LUNA yang dikunci karena vesting, dan LUNA menelan biaya 3AC sebesar US$559,6 juta (Rp8,718 triliun).

3AC adalah pendukung besar Terra dan bekerja sama dengan LFG untuk mengumpulkan lebih banyak Bitcoin tersebut, sehingga kematian UST menyebabkan jatuhnya nilai LUNA.

Menurut  posting Wall Street Journal, Kyle Davies mengatakan bahwa dia dan Zhu awalnya berhasil menangani pukulan LUNA, namun karena kondisi pasar pasca-Terra memperburuk keadaan, sehingga memberikan pukulan berat pada 3AC. 3AC kemudian diperintahkan untuk melikuidasi investasi modalnya dan  mengajukan kebangkrutan. Keduanya pun menghilang setelah kebangkrutan 3AC.

Secara keseluruhan peristiwa yang terjadi sepanjang 2022 menjadi cobaan bagi industri kripto, sebab oknum-oknum tersebut telah merugikan dana investor hingga triliunan rupiah.

Baca Juga: 5 Perusahaan Kripto yang Bangkrut di 2022

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Nabiila Putri Caesari

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.