Berita Altcoins · 5 min read

Ada Apa dengan Terra Luna di 2022? Ini Penjelasannya

Ada apa dengan Luna

Terra Luna menjadi salah satu kekacauan terbesar di industri kripto 2022, dampak yang ditimbulkan bahkan masih terasa hingga akhir 2022 dan awal tahun 2023.

Sejak kasus ini, aset kripto resmi memasuki musim dingin dengan banyaknya perusahaan kripto terkena efek domino dari kehancuran Terra. Apa yang sebenarnya terjadi? Simak penjelasannya di artikel berikut ini. 

Luna dan UST dalam Terra

Sebelum membahas soal kehancuran ekosistem ini, penting untuk mengetahui soal  Terra dan dua aset yang berperan penting dalam jalannya proyek ini.

Terra merupakan sebuah proyek dengan blockchain sendiri dan memiliki stablecoin bernama UST dan koin bernama Luna. Blockchain ini didirikan untuk menjadi platform utama dalam sistem pembayaran dunia yang menggabungkan fiat serta kripto dengan mudah.

Baca juga: Mengenal Terra dan Luna

UST bekerja dengan sistem algoritmik, tidak dipatok dengan mata uang fiat tetapi menggunakan Luna.

Untuk mempertahankan TerraUSD (UST), nilai Luna dalam USD dapat dikonversi menjadi rasio 1:1 dengan token UST. Jika harga UST turun menjadi US$0,98, arbitrase menukar 1 UST dengan $1 USD dan menghasilkan keuntungan sebesar US$0,02. Mekanisme tersebut meningkatkan permintaan UST dan mengurangi pasokannya.

Ketika UST naik di atas US$1, katakanlah pada US$1,02, arbitrase mengonversi Luna senilai US$1 menjadi 1 UST dan menghasilkan US$0,02. Pasokan UST meningkat, dan permintaan UST juga menurun, membawa harga kembali ke patokan.

Oleh karena itu, Luna berfungsi sebagai shock absorber untuk volatilitas harga UST. Agar mekanisme harga stabil ini berfungsi, pemegang Luna dapat menukarkan 1 UST dengan Luna senilai US$1, bahkan jika UST bernilai kurang dari US$1.

Sistem yang digunakan Terra ini menjadi salah satu pemicu kehancurannya. Dilansir dari Forbes, banyak ahli berpendapat jika TerraUSD berisiko karena tidak didukung oleh uang tunai dan tidak yakin jika algoritme dapat membuat dua aset tetap stabil.

Kehancuran Terra

Anchor Protocol adalah pasar uang terdesentralisasi yang dibangun di atas blockchain Terra. Platform ini menjadi populer karena 20% annual yield yang diberikan untuk pemegang UST yang menyimpan aset mereka di platform. Kemudian Anchor akan berbalik dan meminjamkan deposit tersebut ke investor lain.

Beberapa menganggap ini sebagai skema Ponzi yang jelas. Pada satu titik, sebanyak 72% UST pernah disimpan di Anchor karena platform tersebut merupakan pendorong utama permintaan Terra.

Pada tanggal 7 Mei 2022, kekacauan dimulai, UST senilai lebih dari US$2 miliar tidak dipertaruhkan (dihapus dari Anchor Protocol), dan ratusan juta di antaranya dengan cepat dilikuidasi. Ada perdebatan apakah ini terjadi sebagai respons terhadap kenaikan suku bunga atau apakah itu adalah serangan berbahaya pada blockchain Terra.

Likuidasi besar-besaran itu pun menurunkan harga UST menjadi US$0,91, dari US$1. Akibatnya, para pedagang mulai menukar UST senilai 90 sen dengan US$1 Luna.

Luna Foundation Guard Terra berusaha untuk menyelamatkan harga UST agar kembali ke $1, Terra telah mengeluarkan dana sebesar US$1,5 Juta dari cadangan Bitcoinnya dan akan mengeluarkan $1 Juta lagi, namun tidak didapatkan. 

Pada 9 Mei 2022, Luna Foundation Guard pun akan meminjamkan US$750 juta Bitcoin kepada perusahaan yang dijual bebas untuk membantu melindungi UST, serta meminjamkan US$750 juta UST untuk membeli Bitcoin dalam upaya stabilisasinya. Namun usaha ini tetap gagal mengembalikan harga UST ke US$1, harga UST terus merosot, dan di 31 Mei 2022 harganya menyentuh US$0,02.

Dalam kepanikan, semakin banyak orang yang menjual UST, yang menyebabkan pencetakan lebih banyak Luna dan peningkatan suplai Luna yang beredar.

Hal ini membuat Luna hiperinflasi yang membuat dua aset dalam Terra ini hancur dan tidak berharga. UST dan Luna pun tercatat sebagai aset kripto dengan penurunan terbesar di 2022, kehilangan hampir 100% nilainya.

UST per 11 Februari 2023 hanya bernilai US$0.02 dan Luna yang sekarang dikenal dengan nama Lunc bernilai US$0,00016.

Kerugian Terra Luna

Kehancuran Luna berdampak pada seluruh pasar kripto yang sudah sangat fluktuatif dan mengalami kesulitan pada saat itu. Laporan data Chainalysis memperkirakan kerugian investor Luna sebesar US$20,5 miliar (Rp320 triliun). Voyager dan Celsius mengajukan kebangkrutan. Three Arrows Capital (3AC) terpaksa dilikuidasi dan akhirnya mengajukan kebangkrutan.

Kecelakaan Luna juga membuat harga Bitcoin anjlok, dari level $36.000 turun ke level US$28.000 pada 12 Mei 2022. Setelah itu harga Bitcoin terus berfluktuasi namun cenderung turun dan berada di level $15.000-$20.000 sepanjang 2022. Ini membuat Bitcoin kehilangan lebih dari 60% nilai dari harga tertingginya di November 2021 senilai $68,789.63

Baca juga: Harga Bitcoin dan Top Altcoin di Minggu Terakhir 2022

Performa harga Bitcoin saat dan sesudah Terra hancur. Sumber: Coinmarketcap.

Luna 2.0

Sebagai langkah pemulihan, pendiri Terra, Do Kwon membagikan rencana pemulihan untuk Luna, salah satunya adalah dengan merilis Luna 2.0 pada 27 Mei 2022, dan Luna yang hancur berganti nama menjadi Luna Classic (LUNC).

Baca juga: Bisakah Luna Classic Kembali ke $1? Ini Jawabannya 

Pada 15 September 2022, diumumkan bahwa pengadilan di Korea Selatan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Do Kwon. Ini terjadi hampir empat bulan setelah runtuhnya Luna dan UST. Do Kwon dan lima orang lainnya saat ini dituduh melanggar undang-undang pasar lokal.

Beberapa investor yang kehilangan uang di Luna telah mengajukan pengaduan ke jaksa setempat yang mengklaim bahwa Kwon terlibat dalam penipuan dan penggalangan dana ilegal. Diperkirakan sekitar 280.000 orang di Korea Selatan telah menginvestasikan uang di LUNA.

Kejaksaan Korea Selatan telah mencabut paspor Do Kwon dan mengeluarkan Red Notice yang merupakan peringatan bagi penegak hukum di seluruh dunia. Peringatan ini juga bisa membatasi perjalanan lintas batas dan menangkap sementara seseorang sebelum diekstradisi atau diadili secara hukum. Do Kwon hingga Februari 2023 masih buron, ada dugaan ia sempat ke Singapura dan Serbia.

Baca juga: Peristiwa Paling Penting di Pasar Kripto Dunia Sepanjang 2022


*Artikel ini telah diperbarui pada 11 Februari 2023.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Anisa Giovanny

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.