Coinvestasi (Banner Ads - Promo Coupon)
Linkedin Share
twitter Share

Trading · 7 min read

Mengenal Exponential Moving Average (EMA) untuk Trading Kripto

Mengenal indikator EMA

Exponential Moving Average (EMA) adalah salah satu indikator populer yang digunakan trader untuk mengidentifikasi tren dan menentukan keputusan dalam trading.

Dalam artikel dibahas lebih lanjut tentang EMA dari pengertian hingga pengaplikasiannya.

Apa itu Exponential Moving Average (EMA)?

Exponential Moving Average (EMA) adalah indikator dalam analisis teknikal yang berguna untuk mengidentifikasi tren yang sedang berlangsung.

EMA adalah jenis Moving Average yang memberikan bobot yang lebih tinggi pada data harga terbaru, sehingga lebih responsif terhadap perubahan harga dari pada jenis Simple Moving Average (SMA).

EMA populer digunakan oleh trader karena kemampuannya dalam memberikan sinyal yang lebih cepat terhadap perubahan harga, sehingga trader dapat mengambil keputusan yang lebih tepat waktu dalam melakukan pembelian atau penjualan.

Baca juga: Cara Trading Kripto dengan Candle Marubozu

Fungsi Garis EMA dan Contohnya

Garis EMA memiliki beberapa fungsi dalam analisis teknikal antara lain:

Identifikasi Tren

EMA dapat membantu dalam mengidentifikasi tren yang sedang berlangsung. Jika garis EMA bergerak naik maka tren sedang bullish, sedangkan jika garis EMA bergerak turun maka tren sedang bearish.

Sinyal Reversal

EMA juga dapat memberikan sinyal reversal. Ketika harga melewati garis EMA dari bawah maka kemungkinan terjadi bullish reversal. Sebaliknya, jika harga melewati garis EMA dari atas maka kemungkinan terjadi bearish reversal.

Support dan Resistance Dinamis

Garis EMA dapat berfungsi sebagai level support dan resistance dinamis. Jika harga mendekati garis EMA dan bertahan di atasnya, garis tersebut dapat diartikan sebagai support. Sebaliknya, jika harga mendekati garis EMA dari bawah dan sulit dilewati, garis tersebut dapat diartikan sebagai resistance.

exponential moving average
Gambar: Fungsi garis EMA dan contohnya

Contoh saja pada grafik harga di atas, garis EMA dengan panjang 20 hari (EMA 20) pada kotak hijau bergerak naik menandakan tren bullish sedang berlangsung. Masih pada kotak hijau, harga bergerak berdekatan di atas EMA menandakan EMA sebagai support dinamis.

Pada candlestick di area lingkaran menunjukan harga menembus EMA dari atas menunjukan kemungkinan bearish reversal menuju area kotak merah.

Pada kotak merah, EMA bergerak turun menunjukan tren bearish sedang berlangsung. Selain itu, harga bergerak berdekatan di bawah EMA menandakan EMA sebagai resistance dinamis.

Baca juga: Pola Candlestick Reversal, Jenis dan Cara Menggunakannya

Jenis EMA

Terdapat beberapa variasi dalam metode perhitungan EMA berdasarkan pembobotannya. Berikut ini adalah beberapa jenis EMA yang umum digunakan:

Double Exponential Moving Average (DEMA)

DEMA adalah jenis EMA yang menggunakan dua kali eksponensial dalam perhitungannya. DEMA dapat memberikan sinyal yang lebih cepat dalam mengidentifikasi tren ketimbang EMA biasa dan cocok digunakan untuk trading jangka pendek.

Triple Exponential Moving Average (TEMA)

TEMA adalah jenis EMA yang menggunakan tiga kali eksponensial dalam perhitungannya. TEMA memberikan respons tertinggi terhadap perubahan harga dan dapat membantu menghilangkan noise harga yang lebih kecil. Namun saking responsifnya, TEMA juga dapat memberikan sinyal palsu jika tidak digunakan dengan hati-hati.

Adaptive Moving Average (AMA)

AMA adalah jenis EMA yang menyesuaikan konstanta penghalusan (smoothing constant) berdasarkan kondisi pergerakan harga. AMA menggunakan faktor adaptif yang memperhitungkan volatilitas harga untuk menyesuaikan bobot yang diberikan pada data harga terbaru. Hal ini membuat AMA lebih responsif terhadap perubahan volatilitas pasar.

Rumus EMA

Perhitungan EMA melibatkan penggunaan rumus matematis yang relatif sederhana. Berikut adalah rumus umum untuk menghitung EMA:

exponential moving average
Gambar: Rumus untuk menghitung EMA

Jika dianalisis dari rumusnya, semakin besar periode atau panjang EMA (n) yang digunakan maka bobot akan semakin kecil sehingga EMA akan melebar dari harga. Sebaliknya, semakin kecil periode (n), maka EMA akan mendekati harga.

exponential moving average
Gambar: EMA 1 dan EMA 20

Contoh saja, ketika n = 1, maka nilai konstanta k menjadi 1 sehingga nilai EMA akan sama dengan harga terkini terlihat pada garis biru yang berhimpit dengan harga closing. Sementara ketika n = 20, EMA akan lebih lebar dari harga terlihat pada garis jingga.

Beda SMA dan EMA

Meskipun SMA dan EMA keduanya merupakan metode perhitungan moving average, terdapat perbedaan mendasar dalam perhitungan dan memberikan bobot pada data harga. Berikut adalah beberapa perbedaan antara SMA dan EMA:

Metode Perhitungan

SMA menghitung rata-rata harga closing selama periode tertentu dengan memberikan bobot yang sama pada setiap periode. Sementara EMA memberikan bobot yang lebih tinggi pada data harga terbaru.

Kecepatan Respons Terhadap Harga

EMA lebih responsif terhadap perubahan harga terbaru daripada SMA. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bobot yang lebih tinggi pada data harga terbaru dalam perhitungan EMA. Dengan demikian, EMA dapat memberikan sinyal tentang perubahan tren lebih cepat daripada SMA.

Timeframe

SMA lebih umum digunakan dalam analisis jangka panjang karena memberikan insight lebih luas tentang tren dalam periode yang lebih lama. EMA dengan respons yang lebih cepat terhadap perubahan harga terbaru sering digunakan dalam analisis jangka pendek.

Baca juga: Apa itu Time Frame di Trading Crypto

Cara Menggunakan EMA untuk Trading

Berikut adalah beberapa cara umum untuk menggunakan EMA dalam trading:

Sinyal Crossover

Crossover terjadi ketika dua garis EMA dengan periode yang berbeda saling berpotongan. Ketika EMA dengan periode yang lebih pendek memotong EMA dengan periode yang lebih panjang dari bawah, maka sering dianggap sebagai sinyal beli.

Sebaliknya, ketika EMA dengan periode yang lebih pendek memotong EMA dengan periode yang lebih panjang dari atas, maka sering dianggap sebagai sinyal jual. Akan tetapi ada baiknya menunggu beberapa saat setelah crossover untuk mengkonfirmasi sinyal.

Gambar: Crossover EMA 20 dan EMA 100

Mengatur Stop-Loss dan Target Profit

EMA juga dapat digunakan untuk menentukan level stop loss dan take profit. Dengan mengamati posisi harga relatif terhadap EMA, trader dapat memilih level stop loss yang berada di bawah EMA untuk posisi beli dan di atas EMA untuk posisi jual dalam kasus short selling.

Sementara take profit lebih fleksibel berdasarkan pergerakan harga relatif terhadap EMA disesuaikan dengan rasio risk reward yang digunakan.

Baca juga: 14 Pola Candlestick dan Artinya Lengkap! Panduan untuk Pemula

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

Topik

author
Ary Palguna

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.