Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Exchange · 6 min read
Sebuah laporan berisi 30 halaman untuk pengajuan kebangkrutan FTX ke pengadilan telah dibeberkan, dan ditemukan fakta-fakta mengejutkan soal FTX, salah satunya adalah“FTX menggunakan dana gelap dan menyamar sebagai bisnis ternama”, menurut laporan reporter FOX Genevieve Roch-Decter.
Lalu, apa saja penemuan-penemuan mengejutkan lainnya dari kebangkrutan FTX? Berikut daftarnya.
FTX menyimpan sangat sedikit catatan komunikasi internal, karena sebagian besar karyawan tampaknya berkomunikasi melalui obrolan via daring, bahkan pendiri sekaligus mantan CEO-nya, Sam Bankman-Fried (SBF), menyuruh para karyawan untuk menggunakan aplikasi yang secara otomatis menghapus pesan setelah beberapa saat (pesan berwaktu), sehingga tidak adanya rekap catatan dalam pengambilan keputusan.
Baca Juga: Dokumen Sam Bankman-Fried untuk Karyawan FTX Bocor!
Tidak terdapat catatan daftar lengkap siapa saja yang bekerja untuk FTX, atau syarat-syarat rekrutmen karyawan.
Dokumen juga menunjukkan bahwa, SBF menyuruh karyawan perusahaan untuk berkomunikasi melalui aplikasi obrolan daring, dan pencairan dana akan disetujui dengan menggunakan emoji yang dipersonalisasi.
Hal ini dinilai bukan prosedur standar perusahaan, CEO Baru FTX, John Ray II menanggapi hal tersebut dengan menulis bahwa FTX tidak “memiliki jenis kontrol pembayaran yang menurut saya sesuai untuk perusahaan bisnis.”
Bagi sebagian besar perusahaan, sistem pengelolaan uang merupakan kewajiban yang harus dimiliki. Karena berguna untuk melacak arus kas perusahaan, membantu mencatat detail semua orang yang dibayar perusahaan, berapa banyak yang membayar mereka, kapan, dan mengapa hal-hal semacam itu terjadi.
Namun, laporan pengajuan kebangkrutan FTX, bahwa perusahaan tidak memiliki hal tersebut. Dalam pengelolaan kas, tidak terdapat daftar rekening bank dan penandatangan rekening yang akurat, serta kurangnya informasi terhadap kelayakan kredit mitra perbankan.
Baca juga: Ada Apa dengan FTX? Ini Kronologi dari Awal Hingga Akhir!
FTX menerima banyak sekali uang dari deposan kripto selama perusahaan dijalankan, akan tetapi tampaknya FTX tidak memperhatikan siapa penyetor dan berapa yang disetor dana.
Pengajuan kebangkrutan mengungkapkan bahwa “saldo aset kripto pelanggan yang disimpan tidak dicatat sebagai aset di neraca dan tidak disajikan,” hal ini menyiratkan bahwa perusahaan tidak tahu bagaimana menghitung simpanan tersebut.
Dalam pengarsipan, diketahui bahwa FTX juga tidak tahu siapa 50 kreditur teratasnya. Jadi, perusahaan tidak tahu banyak tentang apa pun.
Aset kripto yang disimpan oleh pelanggan tidak dicatat di neraca perusahaan, dan pada saat kebangkrutan saldo aset tersebut pun tidak ditampilkan.
Perusahaan FTX Group menyimpan kunci pribadi ke aset pelanggan di akun email grup yang tidak aman. Perusahaan juga menggunakan perangkat lunak untuk menyembunyikan penyalahgunaan dana pelanggan. Ada juga temuan menarik lainnya, bahwa aset digital perusahaan dikendalikan oleh SBF dan co-founder-nya, Gary Wang.
Baca Juga: Laporan Nansen: Masalah FTX Dipicu dengan Hancurnya Terra Luna
Sebagian besar entitas di dalam Grup FTX, khususnya di Antigua dan Bahama, memiliki struktur tata kelola yang tidak tepat, karena sebagian besar dari mereka tidak pernah mengadakan rapat dewan.
Perusahan tersebut juga tidak memiliki catatan karyawan yang layak. Baik karyawan maupun kontraktor, tidak memiliki catatan yang jelas tentang durasi dan tanggung jawab dari pekerjaannya masing-masing. Upaya untuk menyusun daftar semua karyawan gagal karena banyak dari mereka yang tidak dapat ditemukan.
Menariknya, dana korporat perusahaan digunakan untuk membeli rumah dan properti atas nama pribadi dari beberapa karyawan yang memiliki posisi tinggi.
Dalam laporan mengatakan, bahwa dana perusahaan FTX “digunakan untuk membeli rumah dan barang pribadi lainnya untuk karyawan dan penasihat.” Selain itu, tidak ada catatan transaksi dan pinjaman yang terkait dengan pembelian real estat ini, yang dicatat atas nama pribadi karyawan dan penasihatnya.
Kripto yang disimpan oleh pelanggan bahkan tidak tercatat di neraca. Sepertinya, semua aset kripto hanya masuk ke satu dana pusat yang digunakan untuk apa saja.
Terdapat laporan rincian pinjaman dari perusahaan lain milik SBF, yaitu Alameda Research yang memberikan dana pinjaman sebesar $1 miliar (Rp15,6 triliun) kepada mantan CEO FTX, SBF, lalu $543 juta (Rp8,5 triliun) kepada Direktur Teknik FTX, Nishad Singh, dan $55 juta (Rp863 miliar) untuk co-CEO FTX, Ryan Salame.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.