Linkedin Share
twitter Share

DeFi · 7 min read

Mengenal Social-fi, Media Sosial di Industri Web3

Social Fi

Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sebagai platform hiburan dan komunikasi melainkan juga sebagai media perputaran ekonomi. Karena itu, pengembangan media sosial tidak cukup jika hanya berfokus pada fitur dan tampilan.

Pengembang media sosial harus memberikan solusi atas permasalahan yang lebih krusial seperti perlindungan data pengguna.

Dalam wawancara eksklusif Coinvestasi bersama CEO Pop Labs Michael Shen, ia membagikan pandangannya mengenai media sosial konvensional.

Menurut Shen, pengguna media sosial konvensional tidak memiliki kepemilikan penuh atas konten yang mereka unggah dan data pribadi mereka.

Kepemilikan dan pendapatan dari konten yang dihasilkan sebagian besar dikendalikan oleh pemegang saham dan pemangku kepentingan platform tersebut.

Selain itu, hanya sebagian kecil kreator teratas yang benar-benar menghasilkan pendapatan signifikan. Sementara itu, pengguna lainnya tidak mendapatkan imbalan apapun meskipun kehadiran mereka menciptakan nilai bagi platform.

Melengkapi perkembangan media sosial sekaligus menjadi solusi atas permasalahan tersebut, Michael Shen dan tim Pop Labs membangun aplikasi media sosial berbasis social-fi bernama “Pop”.

“Kami bertujuan untuk mempercepat adopsi massal web3. Kami berfokus pada pemberdayaan ekonomi kreator dan demokratisasi kepemilikan konten baik bagi pengguna maupun kreator konten,” katanya.

Aplikasi social-fi “Pop” telah digunakan 50.000 pengguna yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Filipina, Vietnam, Thailand, dan Indonesia. Aplikasi ini sudah tersedia di Google Play Store dan App Store. Pop Labs juga telah meluncurkan token POP Network (POP) yang sudah tersedia di Coinmarketcap.

Baca Juga: 3 Tren DeFi 2023 yang Harus Diperhatikan oleh Investor

Mengenal Social-fi

Social-fi atau social finance adalah konsep baru dalam pengembangan media sosial. Konsep ini menggabungkan teknologi web3 dan keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Media sosial berbasis “social-fi” dirancang dengan memberikan kontrol penuh kepada pengguna atas data pribadi, kebebasan berkespresi hingga kesempatan menghasilkan keuntungan dari partisipasi mereka bermain media sosial.

Pengembangan social-fi akan diputuskan secara musyawarah oleh organisasi otonom terdesentralisasi (DAO). Umumnya, DAO merupakan pihak-pihak sebagai berikut: pemegang token platform; kontributor konten; pengguna aktif; dan pengembang.

Platform social-fi umumnya memiliki token sendiri yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti memberikan hak suara dalam pengambilan keputusan DAO, memperoleh akses ke fitur khusus, jual beli konten atau layanan, dan memonetisasi partisipasi pengguna.

Baca juga: Apa Itu DeFi? (Pahami DeFi dalam Waktu 3 Menit!)

Perbedaan Social-fi dan Media Sosial Konvensional

Teknologi

Perbedaan paling utama antara social-fi dan media sosial konvensional adalah teknologi yang digunakan. Social-fi menggunakan teknologi web3 dan blockchain yang memberikan transparansi, keamanan, dan integritas data yang tinggi.

Media sosial konvensional menggunakan database terpusat dan server sentral untuk menyimpan dan mengelola data pengguna serta mengelola interaksi dan komunikasi antara pengguna.

Baca juga: 5 Aplikasi Media Sosial Populer di Web3

Tokenisasi Aset

Social-fi menggunakan sistem tokenisasi aset kripto untuk menjalankan aktivitas di platformnya, dan token social-fi tersebut juga dapat diperdagangkan di pasar kripto.

Di sisi lain, media sosial konvensional tidak memiliki sistem tokenisasi aset, meskipun beberapa media sosial memiliki mata uang virtual internal yang hanya dapat digunakan di platform mereka, seperti TikTok.

Selain itu, social-fi menerapkan keamanan identitas digital terdesentralisasi. Pengguna memiliki kontrol penuh atas data pribadi. Pengguna juga dapat memverifikasi identitas melalui mekanisme yang aman dengan non-fungible token (NFT).

Media sosial konvensional menggunakan akun terpusat yang dikendalikan oleh perusahaan untuk identitas pengguna. Namun, sering terjadi pelanggaran privasi dan penjualan data pengguna di media sosial konvensional. Sebagai contoh, laporan BBC mengungkapkan bahwa Facebook pernah dituduh menjual 87 juta data pengguna tanpa persetujuan.

Baca juga: Apa itu GameFi? Main Game Bikin Cuan

Tantangan Social-fi

Cold Start

Menurut Shen, tantangan awal dari pengembangan platform “social-fi” adalah masalah cold start, situasi di mana platform tersebut masih baru dan belum memiliki banyak pengguna dan kreator.

Mengatasi tantangan tersebut, Shen bersama tim Pop Labs meluncurkan inisiatif “One Million Creator Mom” yang bertujuan untuk menarik pengguna maupun kreator untuk menggunakan platform.

“Kami memberikan edukasi kepada mereka tentang kelebihan platform kami dibandingkan dengan platform tradisional dan bagaimana platform kami dapat membantu meningkatkan keterlibatan dan potensi pendapatan mereka,” kata Shen.

Shen juga menggunakan utilisasi token sebagai penggerak pertumbuhan melalui berbagai promosi seperti program airdrop dan referral.

“Seperti proyek Web 3 lainnya, kami menggunakan insentif ini untuk menarik pengguna awal dan memperluas pangsa pengguna kami. Melalui berbagai kampanye promosi yang beragam, kami berhasil menarik pengguna awal ke platform kami,” ungkapnya.

Penskalaan Infrastruktur

Dilansir dari Cointelegraph, masalah penskalaan infrastruktur hadir ketika pengguna dan kreator di sebuah platform sudah mulai banyak. Seiring peningkatan jumlah pengguna maka platform membutuhkan teknologi blockchain dengan kapasitas volume data yang lebih tinggi.

Para pengembang platform social-fi dapat mengambil refrensi dari pengembang aplikasi sosial terdesentralisasi (DeSo). Mereka telah menerapkan teknik seperti pengindeksan, manajemen ukuran blok, sinkronisasi warp, dan sharding untuk meningkatkan skalabilitas dan throughput.

Model Ekonomi

Tantangan yang tak kalah menyulitkan adalah membangun model ekonomi yang tahan terhadap gejolak ekonomi. Platform social-fi umumnya menawarkan insentif tinggi kepada pesertanya, baik itu dalam gameFi maupun social-fi. Namun, efektivitas insentif ini masih perlu diuji.

Sebagai contoh kasus, seseorang berinvestasi dalam token sosial influencer untuk berinteraksi dengan konten mereka. Suatu saat influencer tersebut mengunggah konten berisiko yang dapat menjatuhkan harga token.

Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi investor maupun pengguna aplikasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk menguji model ekonomi sebelum mengadopsinya ke skala yang lebih besar.

Baca Juga: Apa Itu DeFi? (Pahami DeFi dalam Waktu 3 Menit!)

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

Topik

author
Anggita Hutami

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.