Terpopuler · 6 min read

Transformasi Web2 ke Web3, Ini Tanggapan dari Top Industri

Web2 dan Web3

Transisi dari Web2 ke Web3 telah menjadi topik yang menarik dan penuh spekulasi. Web3 hadir sebagai inovasi baru dengan potensi yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari berbagai sektor Web3 seperti DeFi dan GameFi yang telah muncul sebagai tren.

Sektor keuangan melalui decentralized finance (DeFi) telah mencapai nilai sebesar US$80 miliar, sebuah angka yang tak terbayangkan beberapa tahun lalu.

Di dunia hiburan, tren GameFi telah muncul sebagai daya tarik yang besar, dengan lebih dari 500 ribu pemain aktif harian pada tahun 2023.

Selain DeFi dan GameFi, masih ada potensi lain dari Web3, yakni kepemilikan aset digital hingga smart contract yang mengubah cara orang untuk berinteraksi, yang pada akhirnya membuat Web3 dapat membuka pintu ke berbagai hal revolusioner.

Baca juga: Menilik Potensi dan Dominasi Asia di Kancah Industri Kripto Dunia

Namun, sebelum perusahaan-perusahaan besar dapat memasuki Web3 ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti tantangan teknis yang belum terselesaikan.

Pada acara Coinfest Asia 2023, tiga narasumber dari perusahaan terkemuka: Inaki Moreno (Web3 BD Lead Google Cloud), Martin Kurze (Senior Technical Director Deutsche Telekom), dan Nitin Jain (Senior Vice President of Engineering GoTo), membahas tentang bagaimana perusahaan besar teknologi memasuki dunia Web3 serta tantangan dan peluang yang akan dihadapi melalui panel bertajuk How Web2 Giants entering Web3 (24/08/2023).

Baca juga: Kemenparekraf Optimis Web3 Bisa Dorong Pariwisata di Indonesia

Transformasi Sentralisasi ke Desentralisasi di Era Web3

Dalam memasuki dunia Web3, Inaki Moreno menekankan pentingnya mencapai desentralisasi yang optimal dan memberikan banyak pilihan kepada pengguna.

“Jadi pada akhirnya, ini tentang pilihan, contohnya, di Google, seperti yang saya katakan, opensource ada di inti budaya dan DNA kami dan ini adalah fitur kunci dari desentralisasi,” ujar Moreno.

Untuk mendukung perkembangan ekosistem Web3, per April 2023 Google for Startups Cloud Program yakni program yang memberikan dukungan bagi startup dan proyek-proyek yang sedang berkembang juga akan ditawarkan kepada para developer di industri Web3. Proyek-proyek yang memenuhi syarat mulai dari tahap pra-seed hingga Seri A, dapat mengajukan permohonan untuk program ini.

Baca juga: Pakar Sebut Developer Kripto di AS Mulai Migrasi ke Asia

Nitin Jain berbagi perspektifnya tentang potensi Web3 untuk mengatasi tantangan mendasar, seperti produk palsu dan keamanan data. Dia menekankan bahwa dengan sistem yang terdesentralisasi dapat mengatasi masalah terutama dalam manajemen data dan solusi identitas.

“Saya melihat banyak proses bisnis yang saat ini dilakukan lebih secara terpusat, dapat diubah menjadi terdesentralisasi. Kita dapat memanfaatkan beberapa praktik yang digunakan dalam Web3 untuk mengamankan data pelanggan dan menjamin bahwa data benar-benar digunakan untuk tujuan yang seharusnya dan tidak jatuh ke tangan yang salah” ungkap Jain.

Pada Agustus 2022, diketahui GoTo telah resmi mengakuisisi exchange kripto di Indonesia bernama PT Kripto Maksima Koin. Langkah strategis ini menegaskan komitmen GoTo untuk terlibat dalam dunia Web3.

Baca juga: GoTo Beli Exchange Crypto Senilai $8,4 Juta!

Masalah Privasi dan Kepemilikan Data dalam Web3

Aspek penting lainnya dalam Web3 adalah privasi dan kepemilikan data. Martin Kurze menjelaskan pendekatan Deutsche Telekom dalam memberdayakan pengguna dengan kontrol atas data pribadi mereka.

“Dalam area blockchain, kami dengan cara tertentu sedang membangun lapisan di atas blockchain. Kemudian, ketika saya memiliki kebijakan privasi pribadi saya, perusahaan dapat mengembangkan kebijakan privasi mereka dan jika cocok, saya dapat memberikan izin kepada perusahaan ini sehingga mereka dapat menggunakan data pribadi saya untuk tujuan yang saya tentukan” jelas Kurze.

Strategi Deutsche Telekom melibatkan pembangunan lapisan di atas teknologi blockchain untuk memfasilitasi kebijakan privasi yang ditentukan oleh pengguna. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip-prinsip Web3, di mana persetujuan pengguna dan kepemilikan data menjadi sangat penting.

Tantangan dan Peluang dalam Adopsi Web3

Transisi dari Web2 ke Web3 ditandai oleh beberapa tantangan dan peluang menarik. Salah satu tantangan utama adalah perlunya menyederhanakan manajemen infrastruktur blockchain. 

Proyek-proyek Web3 seringkali menghadapi kompleksitas dalam membangun dan mengelola node. Para pendiri dan developer ingin berfokus pada menciptakan aplikasi terdesentralisasi, bukan mengurus infrastruktur node.

Sebagai respons terhadap hal ini, Google Cloud meluncurkan layanan node RPC yang sepenuhnya dikelola mereka, yang disebut Blockchain Node Engine, untuk memudahkan peluncuran node pada Ethereum dan protokol layer-1 lainnya.

“Di Google, kami melihat diri kami sebagai jembatan raksasa antara dunia Web2 dan Web3. Visi kami adalah membantu pengembang membangun aplikasi sederhana di atas Google Cloud dengan infrastruktur yang dapat diandalkan dan aman, bukan? Infrastruktur blockchain. Dan tujuan kami sederhana. Kami ingin membantu komunitas, bekerja untuk dan dengan komunitas untuk mendorong adopsi bersama, “Ungkap Moreno tentang penyederhanaan infrastruktur blockchain.

Melihat perkembangan Web3 di mana perangkat lunak dan aplikasi menjadi kunci adopsi pengguna. Deutsche Telekom melihat ini sebagai peluang untuk masuk menuju Web3.

Kurze menekankan pergeseran perusahaan yang juga menjadi perusahaan software yang berfokus pada data dan privasi. Ia mengatakan, “Kami telah menganggap diri kami lebih sebagai insinyur telekomunikasi, jadi kami tahu cara menghubungkan koneksi. Tetapi terutama di DT, kami sekarang menganggap diri kami sebagai perusahaan software. Pelanggan menginginkan aplikasi, layanan, dan privasi setidaknya di Eropa. Mereka menginginkan privasi dan mereka ingin dilindungi.”

Pandangan Tentang Masa Depan Web3

Nitin Jain menekankan pentingnya pemecahan masalah terkait aksesibilitas teknologi dan talenta Web3 untuk masa depan Web3 yang lebih baik.

“Jadi menurut saya, ada tantangan yang mesti diselesaikan Web3 dalam konteks teknologi yang masih belum dapat diakses, talenta yang belum dapat diakses, dan ketika saya merujuk pada masalah-masalah tertentu yang mungkin perlu diselesaikan oleh komunitas, saya kira itu adalah beberapa area yang perlu difokuskan,” katanya.

Martin Kurze berbicara tentang perlunya standarisasi untuk perkembangan Web3. “Sejujurnya, saya pikir Web3.0 adalah salah satu aplikasi paling menjanjikan dari teknologi blockchain, tetapi membutuhkan diskusi lebih lanjut tentang standar untuk pengembangan masa depan,” kata Kurze.

Sementara itu, Inaki Moreno optimis mengenai masa depan Web3 dan senang berbagi lebih banyak informasi serta berkolaborasi dengan para startup Web3. Ia juga menyampaikan perkembangan terkini Google Play Store yang mengizinkan NFT diperuntukan untuk game dan aplikasi. Ini sebagai bentuk optimisme terhadap Web3.

“Salah satu pengumuman terbaru kami, itu terkait dengan Google Play Store. Sekarang kami mengizinkan NFT untuk game dan aplikasi, jadi itu benar-benar menarik bagi semua startup Web3 dalam dunia game. Dan ya, kami dapat berbagi lebih banyak,” Ungkap Moreno.

Kesimpulan

Dalam perjalanan transisi dari Web2 ke Web3, terdapat potensi besar yang membentang di berbagai sektor. Meskipun Web3 menawarkan peluang revolusioner, masih terdapat tantangan yang belum terselesaikan. Masalah seperti manajemen infrastruktur blockchain dan talenta Web3 perlu menjadi fokus untuk memastikan Web3 berkembang dengan baik.

Jika masalah-masalah itu dapat diselesaikan maka Web3 sangat dimungkinkan menjadi lebih baik lebih mudah diterima sehingga memicu adopsi global yang bermanfaat.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Ary Palguna

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.