Coinvestasi (Banner Ads - Promo Coupon)

Berita Industri · 7 min read

Menilik Skenario Metaverse Sebagai Utopia dan Dystopia

Metaverse Dystopia atau Utopia

Metaverse dikenal juga sebagai dunia virtual yang akan menjembatani kehidupan manusia di dunia nyata dengan dunia maya. Dunia virtual yang memungkinkan manusia dapat bekerja, bermain, bersosialisasi, dan terkoneksi dengan sesama manusia di mana saja.

Dunia metaverse masih dalam tahap pengembangan oleh para ilmuwan hingga perusahaan terkemuka di dunia seperti Meta hingga Microsoft. Dalam proses pengembangannya, metaverse pun tak luput dari sejumlah pertanyaan, salah satunya adalah apakah keberadaannya merupakan dystopia atau utopia?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Joshua Budiman, Co-founder & Captain Sekuya Multiverse membagikan pendapatnya dalam artikel ini.


Sebelumnya mari kita pelajari dulu arti dari Dystopia dan Utopia. Dystopia adalah sebuah area, dunia, atau komunitas dalam keadaan didalamnya itu buruk, terbuang, terpuruk dan penuh dengan ketidakadilan.

Utopia adalah sebuah area, dunia, atau komunitas yang terbalik dari dystopia, dimana dunia ini adalah dunia yang ideal, penuh harapan, dan memiliki kondisi yang memberikan kesejahteraan bagi manusia.

Apakah metaverse akan menjadi dystopia atau utopia? Jawabannya bisa kita mulai dengan melihat sejarah revolusi sejak penemuan listrik dan mesin hingga menjadi revolusi industri pertama, penemuan internet hingga menjadi kehidupan saat ini yang menjadi serba digital dari bekerja hingga bersosialisasi.

Hal tersebut menunjukan pada dasarnya kita sudah menghabiskan sebagian waktu kita di dunia digital atau metaverse dalam bentuk dua dimensi

Jadi apakah metaverse adalah dystopia atau utopia? Jawabannya adalah dua duanya. Ada kemungkinan metaverse menjadi dystopia dan utopia. Sama seperti bagaimana teknologi dan internet dapat membantu kehidupan manusia seperti madu, atau menghancurkan kehidupan manusia seperti racun.

Baca juga: Eksplorasi Bidang Kecantikan di Dunia Metaverse

Metaverse Sebagai Utopia dan Dystopia

Metaverse bisa menjadi dystopia karena membebaskan manusia berekspresi, ada kemungkinan munculnya perilaku yang tidak dapat dikontrol, contohnya perdagangan gelap, pencucian uang, penggunaan bahasa penuh kebencian, tidak adanya pemerintahan, dimana semua itu tidak dapat langsung diketahui siapa yang ada di latar belakang aktivitas tersebut.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Metaverse

Metaverse juga berpotensi meningkatkan durasi menatap layar hingga 12 jam per hari atau lebih, yang artinya kehidupan kita seakan tergantikan oleh dunia virtual.

Sesungguhnya seluruh kemungkinan buruk yang ditakutkan pun sudah terjadi di dunia tempat kita berada saat ini. Yang membedakan adalah seberapa luas perilaku itu berkembang di dunia nyata, teregulasi oleh pemerintahan, komunitas, dan kebijakan di dunia nyata.

Selain itu, banyaknya metaverse yang bermunculan memberikan pilihan kepada manusia untuk memilih tipe dunia virtual yang ingin ditinggali dan membentuk regulasi berdasarkan komunitas atau penduduknya secara terdesentralisasi.

Metaverse juga dapat menjadi utopia, alasannya adalah metaverse itu diciptakan adalah selain sebagai perkembangan teknologi, metaverse ada untuk memudahkan kehidupan manusia.

Beberapa kemudahan yang diberikan metaverse adalah terciptanya dunia yang terhubung satu sama lain, bersosialisasi bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan tak terhalang jarak. Dunia virtual ini juga dapat menciptakan inovasi, karir, hingga bisnis baru yang menggeliatkan ekonomi virtual yang dapat bermanfaat di dunia nyata.

Jadi, pada dasarnya metaverse sebagai dystopia dan utopia adalah hal yang secara alamiah akan terjadi secara berdampingan dan skenario apa yang lebih dominan akan ditentukan oleh penggunanya.

Baca juga: 5 Dampak Positif Metaverse yang Perlu Kamu Tahu!


Tentang Kontributor

Joshua Budiman, Co-founder & Captain Sekuya Multiverse sebagai individu yang kreatif dan inovatif. Ia telah membantu lebih dari 200 brand selama pengalaman kerjanya di brand consultancy dan bersama dengan WIR Group.

Joshua aktif sebagai kontributor di Greatmind, komunitas Web3, mentor bagi generasi muda, dan berbagi nilai hidup melalui Spotify Podcast: Untuk Apa Hidup Unscripted.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Kontributor Coinvestasi

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.