Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Altcoin · 8 min read
Kasus kehancuran Luna di Mei 2022 ini menjadi katalisator bagi Luna classic dan Luna 2.0. Pada dasarnya Luna Classic adalah Luna versi lama yang memiliki mekanisme sama yakni masih menggunakan algoritma stablecoin UST. Berikut ini penjelasan seputar Luna Classic (LUNC).
Terra merupakan sebuah proyek dengan blockchain sendiri dan memiliki stablecoin bernama UST dan koin bernama LUNA.
Ia memiliki lebih dari satu crypto dalam jaringannya akibat ingin menyelesaikan masalah manipulasi yang ada di stablecoin.
Blockchain ini didirikan untuk menjadi platform utama dalam sistem pembayaran dunia yang menggabungkan fiat serta crypto dengan mudah.
Tujuan utama blockchain ini adalah memberikan jaringan perpindahan dana yang cepat, efisien, transparan, namun tetap menjaga privasi.
Nama Terra dan LUNA berasal dari bahasa latin yang berarti keseimbangan antara Dunia (Terra) dan langit (LUNA).
Filosofi ini dibentuk untuk memastikan bahwa jaringan Blockchain Terra selalu aman dan seimbang.
Ide ini dicetuskan oleh pendirinya yaitu Daniel Shin dan Do Kwon, yang bersatu untuk menciptakan perusahaan bernama TerraLabs.
Mereka menciptakan Terra Blockchain di tahun 2018 dengan untuk mempercepat adopsi blockchain dalam sistem pembayaran secara umum.
Kedua individu ini memiliki kemampuan baik di dunia teknologi, mengingat riwayatnya yang pernah berkontribusi di Apple dan Microsoft.
Jaringan utama Terra resmi diluncurkan pada 2019, dan sejak saat itu, perubahan terus terjadi untuk menciptakan efisiensi lebih tinggi.
Blockchain Terra juga berdiri berkat adanya inovasi yang dilakukan oleh Tendermint, perusahaan yang bertanggung jawab dalam menciptakan Blockchain Cosmos.
Secara keseluruhan Blockchain Terra didirikan untuk memberikan jaringan yang ramah lingkungan dan efisien untuk sistem pembayaran.
Walau fokus ke sistem pembayaran, blockchain ini bersifat terbuka atau open source, yang berarti developer dapat membangun proyek atau menerbitkan smart contracts baru dalam jaringannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mekanisme yang digunakan blockchainnya adalah mekanisme Delegated Proof of Stake.
Jadi mekanisme ini mewajibkan validator untuk melakukan staking untuk dapat menjadi validator jaringan dan mendapatkan imbalan.
Tapi melihat adanya sistem delegated, individu tidak harus melakukan staking sendiri dimana individu bisa melakukan staking namun mendelegasikan tugas validasi kepada pihak lain.
Sehingga, nantinya terjadi bagi hasil dimana ada satu pihak yang memberikan modal staking dan satu pihak melakukan validasi dan imbalannya akan dibagi dua.
Dengan menggunakan sistem Tendermint, Terra menjadi salah satu blockchain dengan kecepatan yang cukup tinggi, bahkan mengalahkan blockchain dengan sistem Proof of Stake lainnya.
Saat ini kecepatan Blockchain Terra berada pada 10.000 Transaksi per detik, maksudnya blockchainnya mampu memvalidasi 10.000 transaksi ang masuk setiap detiknya.
Kecepatan ini jauh lebih cepat dari Bitcoin dan Ethereum yang masih dalam angka puluhan transaksi per detik.
Mekanisme konsensus ini menjadi salah satu cara mencapai tujuan Terra untuk menjadi blockchain yang mudah dimengerti dan diadopsi.
Tapi walau ingin membangun persepsi yang simpel terhadap blockchainnya, Terra memiliki dua crypto dalam ekosistemnya yang cukup rumit.
Kerumitan ini muncul akibat adanya stablecoin dalam ekosistem Terra yang mekanisme penerbitannya terikat dengan koin LUNA.
Stablecoin Terra ini bernama UST atau US Dollar yang sistemnya itu beda sama USDTether, USDCoin, BUSD, AMPL, DAI, dan stablecoin lainnya.
Umumnya, stablecoin yang ada di pasar crypto selalu menyesuaikan nilainya dengan fiat yang mendasarinya, contohnya Dolar Amerika.
Cara menyesuaikannya adalah melalui jaminan, jadi jumlah persediaan yang diterbitkan harus menyesuaikan jaminan yang dimiliki.
Jaminan yang dimaksud adalah persediaan Dolar Amerika yang dimiliki oleh penerbit stablecoin tersebut yang jumlahnya harus sama.
Mekanisme UST atau USTerra memiliki perbedaan dengan sistem penerbitan stablecoin pada umumnya.
Sistem UST menggunakan sistem moneter elastis, dimana perubahan persediaannya bukan berdasarkan jaminan namun berdasarkan permintaan terhadap UST.
Walaupun begitu, nilai UST juga tetap disesuaikan dengan nilai Dolar Amerika sehingga tidak menyeleweng dari tujuan stablecoin.
Sistem penyesuaian nilai UST dan persediaannya ini melibatkan LUNA. Caranya adalah dengan mengurangi dan menambah persediaan LUNA melalui penerbitan dan burn atau penghapusan.
Nama mekanisme ini adalah Dual Token Mechanism. Jadi, setiap ada perubahan jumlah UST, jumlah LUNA juga akan berubah.
Syarat untuk menerbitkan UST adalah melakukan burn atau menghapus LUNA dari peredaran di pasar crypto sesuai rasio.
Sebaliknya, untuk mengurangi jumlah UST, Terra Blockchain harus menerbitkan LUNA sehingga jumlah persediaan keduanya terikat. Rasio untuk menerbitkan UST adalah nilai UST = nilai LUNA dalam Dolar Amerika.
Tapi kondisi tersebut belum pernah terjadi karena Dolar Amerika atau UST ini bersifat inflasi, dimana jumlahnya akan terus bertambah dan tidak berkurang.
Akibat adanya mekanisme ini, UST menjadi salah satu stablecoin yang digunakan untuk menggantikan Tether.
Sebab, risiko manipulasi oleh penerbit menjadi semakin kecil, karena semua terjadi secara otomatis dari mekanisme yang sudah ditetapkan.
Setelah LUNA 2.0 diluncurkan nama token Luna lama berubah menjadi LUNC. Aset itu menjadi penyeimbang UST, LUNC menjadi koin utama dalam ekosistem transaksi di Blockchain Terra.
Baca juga: LUNA 2.0 Siap Meluncur, Ini Rencana Airdrop dari Terralabs
LUNC memiliki persediaan terbatas di 971,86 Juta dan hingga saat ini yang beredar di pasar masih sekitar 50% dari seluruh persediaannya.
Namun walaupun masih banyak kesempatan membeli, kelangkaannya terus terjadi akibat adanya mekanisme burn pada Koin LUNC.
Baca juga: Apa itu Stablecoin? Panduan untuk Pemula
Dari sisi alokasi, investor awal dan tim developer Terra mendapatkan lebih dari 50% dari seluruh persediaan LUNC.
Kondisi ini membuat adanya risiko manipulasi harga yang cukup besar oleh pihak internal, sebab umumnya alokasi yang baik adalah yang lebih besar kepada pasar.
Namun, walau alokasi besar untuk tim dan investor awal, alokasi tersebut kemungkinan diarahkan untuk staking sehingga mendapat imbalan.
Jika dilihat dari vesting period, para staker bisa menjual sekitar sebulan setelah melepas stakingnya. Sehingga, kemungkinan penjualan oleh investor awal semakin kecil.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.