Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Blockchain · 8 min read
Pada Bulan Februari pasar crypto dihebohkan oleh koin yang bangkit kembali setelah sempat “mati” bernama Achain Coin (ACT).
Proyek ini kembali ramai setelah terjadi pembaruan yang menarik banyak perhatian bersama tersedia koinnya untuk diperdagangkan di beberapa bursa global.
Sebelum tertarik untuk membeli, ada baiknya investor memahami apa sebenarnya Achain dan apakah layak untuk dibeli.
Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut dan lebih agar investasi tidak dilakukan secara acak akibat fenomena pemasaran saja.
Achain merupakan sebuah blockchain dari 2015 dengan tujuan untuk menjadi blockchain yang menyelesaikan masalah dari Bitcoin.
Blockchain ini muncul dengan tujuan untuk menjadi platform penerbitan smart contracts, penciptaan aplikasi, dan tempat untuk transaksi.
Jadi sama seperti Ethereum, blockchain ini dapat digunakan untuk membuat aplikasi terdesentralisasi atau DApps dan untuk transaksi.
Transaksi yang dilakukan pada Achain mayoritas menggunakan koin resmi dari blockchainnya yaitu ACT yang merupakan kepanjangan dari Achain Token.
Nama ini sempat membuat banyak investor bingung akibat ACT bersifat sebagai koin namun memiliki nama Token. Tapi nama tersebut tidak membuat publikasinya terhambat.
Sayangnya proyek ini sempat meredup di sekitar 2019 hingga 2020 sebelum kembali aktif melakukan beberapa pembaruan.
Kabar baiknya, keredupan tersebut merupakan bagian dari rencana pendirinya akibat dalam publikasi atau whitepapernya, Achain memiliki tiga fase rencana.
Fase pertama adalah pendirian blockchain stabil yaitu di 2015 hingga 2017. Pada saat tersebut, harganya naik cukup signifikan akibat fenomena publikasi koin baru.
Saat fase kedua yaitu di sekitar 2018 hingga 2020, sayangnya koin ini mulai meredup.
Hal ini disebabkan proses pembangunan ekosistem blockchain yang layak untuk digunakan secara individual maupun komersil oleh perusahaan.
Di fase tersebut, Achain nampak fokus kepada pencarian rekan dan penguatan ekosistem jaringan.
Penguatan jaringan termasuk membangun virtual machine yang mudah untuk pengguna menerbitkan smart contract.
Mulai dari Tahun 2020 hingga 2022 ini, Achain sudah masuk fase ketiga. Dikabarkan Achain akan melakukan pembaruan dan publikasi untuk menarik perhatian.
Rencana ini dibentuk oleh para pendiri Achain untuk menciptakan blockchain yang stabil secara merinci.
Achain didirikan oleh 17 tim inti yang dipimpin oleh Tony Cui, seorang ahli di industri teknologi dan blockchain.
Tony Cui adalah seorang individu yang sudah mengadopsi blockchain di masa awal, bahkan saat Bitcoin baru dipublikasi.
Di masa awal Bitcoin, ia masih seorang investor dan belum mendirikan proyek. Saat itu ia masih berkecimpung di dunia perusahaan teknologi keuangan.
Ia memiliki reputasi yang baik di industri teknologi dan keuangan karena telah membawa beberapa perusahaan tumbuh pesat. Salah satu perusahaan suksesnya adalah Goopal.
Pengalamannya di industri blockchain juga tidak kalah saing akibat sudah menjadi bagian dari beberapa proyek blockchain dan crypto.
Tony Cui juga dinamakan sebagai salah satu individu 30 di bawah 30. Gelar tersebut berarti 30 orang tersukses di bawah umur 30 tahun oleh salah satu majalah di Cina.
Melihat latar belakangnya, Tony Cui merupakan individu yang kredibel dan layak untuk mendirikan blockchainnya sendiri.
Alasan saat ia menciptakan Achain adalah untuk membangun blockchain yang terus berkembang dan terbuka untuk melakukan fork.
Tujuannya agar lebih banyak kegunaan yang bisa dilakukan dalam jaringan blockchainnya.
Ia juga melihat masalah skalabilitas yang ada di Bitcoin dan Ethereum, sehingga ia ingin memberi alternatif yang dibangun secara berkala.
Alasan tersebut juga menjadi alasan mengapa ia menggunakan tiga fase untuk membangun Achain.
Tony Liu ingin mencapai alternatif yang baru dengan cara menciptakan mekanisme konsensus baru. Jadi Achain memiliki mekanisme yang berbeda dari blockchain lain.
Mekanisme konsensus yang digunakan Achain bernama Result-Delegated Proof of Stake atau RDPoS yang merupakan inovasi dari mekanisme Proof of Stake.
RDPoS bergerak dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh mekanisme Delegated Proof of Stake tapi lebih baik.
Hal tersebut membuat tidak perlu adanya persaingan saat ingin menjadi validator yang umumnya membuat sebuah blockchain butuh biaya tinggi dan tidak ramah lingkungan.
Cara pemilihan validator dalam blockchain ini adalah melalui pemungutan suara seluruh jaringan jadi semua akan mendapat giliran dan semua mendapat imbalan, layaknya arisan yang teratur.
Baca juga: Mengenal Jenis Mekanisme Proof of Stake
Tujuannya adalah untuk mempercepat validasi transaksi sehingga tidak perlu ada proses pemilihan secara acak yang butuh waktu lebih lama, layaknya Proof of Stake biasa.
Mekanisme ini digunakan untuk mempercepat transaksi pada blockchain dan menghilangkan masalah skalabilitas yang ada di blockchain lain.
Untuk menjadi validator di Achain, pengguna harus melakukan staking atau penguncian koin layaknya pada blockchain Proof of Stake.
Perbedaannya, dengan melakukan staking di Achain, pemilik koin juga dapat memiliki imbalan lain seperti hak spesial untuk beberapa proyek di ekosistem Achain.
Blockchain ini tidak berhenti di mekanisme RDPoS saja akibat setelah mengumumkan mekanisme tersebut, Achain terus melakukan fork atau pembaruan jaringan.
Fork tersebut dilaksanakan akibat adanya narasi di dunia blockchain bahwa dengan fork, blockchain dapat memiliki inovasi dan berujung kegunaan yang lebih luas.
Tony Cui setuju dengan hal tersebut, yang membuat Achain memiliki banyak Fork untuk kegunaan yang juga berbeda.
Terdapat Fork yang digunakan untuk menjadi jaringan utama dan tersedia beberapa fork lain yang dapat khusus digunakan secara komersil oleh perusahaan.
Sebab dengan adanya Fork atau cabang jaringan, jaringan cabang tersebut dapat menjadi blockchain publik, privat, atau konsorsium, tergantung kebutuhan penggunanya.
Jadi Achain memberikan jasa Blockchain as a Service dimana jaringannya dapat diadopsi untuk menjadi jaringan utama sebuah perusahaan dalam hal penyimpanan data.
Keunggulan lain dari Achain adalah penggunaan RDPoS yang belum pernah dilakukan oleh blockchain lain di dunia crypto.
Melalui RDPoS, Achain dapat mencapai 1.000 transaksi per detik dan masih dalam rencana pembaruan untuk meningkatkan kecepatan tersebut melalui Fork.
Perlu diketahui bahwa 1.000 transaksi per detik juga bukan hal yang buruk, akibat blockchain dengan kecepatan tersebut rata-rata bersifat aman, layaknya Tron Blockchain.
Kecepatan dan keamanan menjadi dua hal yang berlawanan akibat sebuah blockchain umumnya tidak bisa memiliki kapasitas maksimal terhadap keduanya.
Sayangnya kecepatan yang stabil tersebut belum diakomodir oleh ekosistem yang ramai, karena Achain masih dalam tahap publikasi di fase ketiganya.
Saat ini Achain hanya memiliki 20 aplikasi terdesentralisasi dan perusahaan yang berdiri di atas jaringannya.
Ekosistemnya sendiri terbagi menjadi beberapa delapan kategori mulai dari bursa perdagangan crypto, jasa keuangan, hingga sektor hiburan atau permainan.
Jika dilihat dari situs resmi dan sosial medianya, di 2022 ini Achain sedang dalam rencana untuk kembali hidup sebagai proyek.
Sebab, sejak 2022 ini Achain melakukan beberapa pembaruan dari sisi pemasaran dan tampilannya.
Rencana terdekatnya adalah publikasi, sesuai dengan tiga fase yang disebutkan sejak 2015, sehingga ada kemungkinan dalam waktu dekat ketenarannya akan naik.
Pada 2022 ini beberapa hal yang telah dilakukan adalah mendaftarkan koinnya agar tersedia untuk diperdagangkan di bursa global seperti Kucoin.
Dari sisi berita tersebut, untuk saat ini nampaknya masih belum ada yang signifikan, sehingga ACT masih menjadi investasi yang berisiko tinggi.
Sebelum memutuskan untuk membeli jika memang cocok dengan analisis fundamental pribadi dan preferensi risiko, investor perlu mengetahui bagaimana sifat asli ACT.
Untuk mengetahui sifat aslinya, analisis token economics dapat dilakukan yaitu dengan melihat jumlah persediaan, periode vesting, dan alokasi.
Dari sisi jumlah persediaan, tercatat bahwa ACT berada di 1 Miliar koin dan hampir semua telah beredar di pasar, tepatnya 99.98% koin.
Melihat proyek ini telah berdiri sejak 2015, periode vesting menjadi hal yang tidak perlu dikhawatirkan karena masa penguncian kemungkinan sudah selesai.
Sisi alokasi juga nampaknya sudah tidak relevan akibat mayoritas koin sudah beredar di pasar dan sudah tidak banyak yang tim Achain kunci.
Jadi kemungkinan manipulasi oleh tim sangat kecil, walau dapat dimanipulasi oleh investor besar atau whale yang memiliki banyak ACT.
Apa bila mulai tenar kembali, ACT dapat naik cukup signifikan, melihat jumlahnya yang terbatas dan kesempatan mendapatkannya semakin kecil jika tidak ada yang menjual.
Tapi potensi keuntungan ini juga datang dengan potensi kerugian akibat jika proyeknya kembali redup, ACT dapat kembali turun cukup signifikan.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.