Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Altcoins · 8 min read
Dua firma hukum bernama Roche Freedman LLP dan Schneider Wallace Cottrell Konecky dikabarkan menuntut Solana Labs, pendiri dari Blockchain Solana.
Tuntutan tersebut didasarkan atas sifat sentralisasi yang berlebihan yang membuatnya bergerak seperti saham dengan sistem yang mempermudah manipulasi harga koinnya yaitu SOL.
Baca juga: Apa itu Rekt di Crypto? Panduan untuk Pemula
Solana Labs adalah salah satu proyek crypto terbaru lagi yang menghadapi permasalahan hukum akibat koinnya dianggap sebagai sebuah saham.
Tuntutan baru saja dilakukan pada 1 Juli 2022 oleh dua firma hukum yang mewakilkan investor akibat kekecewaan kepada pergerakan koin SOL dan pengelolaan Solana secara menyeluruh.
Dikabarkan tuntutan ini terjadi pada pengadilan California, yang dimulai oleh salah satu investor SOL bernama Mark Young.
Mark Young menuduh Solana Labs, Solana Foundation, CEO Solana yaitu Anatoly Yakovenko, Multicoin Capital Management, Kyle Samani, dan FalconX atas penjualan SOL yang ia nyatakan sebagai penjualan saham ilegal di Maret 2020.
Jadi dalam tuntutan ini, Mark Young menganggap koin SOL sebagai saham yang dijual secara ilegal dan penuh dengan manipulasi harga.
“Pihak-pihak yang dituntut berhasil menghasilkan keuntungan besar melalui penjualan SOL kepada investor ritel di Amerika yang merupakan pelanggaran hukum dan membuat banyak investor rugi.” Ujar pengacara pembela Mark Young.
Mark Young menekankan bahwa langkah yang ia ambil tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk seluruh investor SOL yang telah dicurangi oleh Solana Labs.
Baca juga: Apa Itu Solana? Panduan Lengkap Untuk Pemula
Ia juga menekankan bahwa Solana Labs tidak transparan dalam informasi yang diberikan kepada investor, terutama terkait jumlah SOL yang beredar di pasar.
Pernyataan tersebut didasarkan oleh tuntutan yang tertulis mengenai CEO dan Pendiri Solana Labs, Anatoly Yakovenko yang dikatakan meminjamkan sekitar 11,3 Juta SOL kepada penggerak pasar di masa awal peluncurannya.
Saat itu, Anatoly Yakovenko tidak memberi informasi ini kepada seluruh investor SOL secara publik yang membuat adanya potensi pelanggaran hukum yaitu manipulasi pasar, menurut Mark Young.
Selanjutnya Mark Young juga menyatakan bahwa saat itu Solana Labs berjanji untuk melakukan burn terhadap 11,3 Juta SOL namun hanya melakukan burn terhadap 3,3 Juta SOL.
Terakhir ia juga menekankan bahwa 48% persediaan SOL berada di tangan tim dan investor awal, sehingga SOL bergerak secara tersentralisasi.
Untuk saat ini Solana Labs atau Anatoly Yakovenko masih belum memberikan tanggapan apa pun terkait tuntutan ini.
Melihat tuntutan ini baru dilaksanakan secara tertulis dan belum masuk ke pengadilan maka kemungkinan besar pihak yang dituntut belum akan buka suara hingga pengadilan dimulai.
Sayangnya tuntutan ini datang di masa yang kurang baik untuk Solana, mengingat akhir-akhir ini banyak masalah yang sesuai dengan tuntutan Mark Young.
Sebelum kasus ini, Solana mengalami beberapa kali penghentian blockchain secara sepihak membuat tuntutan atas sentralisasi berlebihan menjadi lebih kuat.
Selain itu, terdapat kasus Solend, salah satu aplikasi pinjaman yang bergerak di Blockchain Solana.
Aplikasi ini mencoba mengambil alih wallet satu pengguna, membuatnya bergerak tidak terdesentralisasi karena bergantung hanya kepada satu pihak yaitu pemilik proyek.
Baca juga: Blockchain Solana Mati! Harga Lanjut Koreksi
Sistem jaringan dari Solana yang memiliki 26 validator utama khusus bernama Superminority juga mempertanyakan sistem desentralisasi dari blockchain ini.
Jadi untuk saat ini banyak yang khawatir terhadap desentralisasi dari Solana.
Ditambah dengan persediaan SOL yang tersimpan pada tim dan investor awal mendekati 50% dari seluruh SOL, banyak yang ragu apakah sistem sentralisasi dari SOL dapat membuatnya tergolong sebagai perusahaan teknologi dengan saham ilegal.
Pernyataan ini juga sedang tercermin oleh beberapa proyek crypto yang sedang menghadapi kasus pengadilan akibat adanya asumsi bergerak sebagai perusahaan teknologi dengan penjualan saham ilegal.
Dua terbesar yang saat ini sedang bermasalah dengan Securities and Exchange Commission atau SEC adalah Binance Coin (BNB) dan Ripple (XRP).
Ripple telah menjalani kasus sidang pengadilan dengan SEC sejak Desember 2020 terkait status XRP untuk diregulasi sebagai crypto atau saham, namun belum memiliki titik terang.
Binance saat ini sedang dalam investigasi lebih dalam oleh SEC terkait apakah BNB dapat dianggap sebagai saham atau tidak.
Kemungkinan besar dalam bear market ini akan semakin banyak kasus yang serupa.
Sehingga investor perlu waspada dan meneliti lebih dalam terkait crypto yang ingin dimiliki untuk menghindari kerugian dari kasus status legalitas ini.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.