Berita Bitcoin · 7 min read

Bitcoin Makin Dekat ke ATH, Ini Tiga Faktor Pendorongnya

bitcoin
Coinvestasi Ads Promo Coinfest Asia 2025

Harga Bitcoin kembali menanjak dan mendekati level tertingginya sepanjang sejarah pada awal pekan ini, dengan harga yang menembus US$107.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2025.

Menurut data CoinMarketCap pada Senin (19/5/2025), harga Bitcoin tercatat terus naik dari US$103.200 ke level tertinggi harian di US$107.000, hanya terpaut kurang dari 3% dari rekor tertinggi sepanjang masa di US$109.100 yang tercatat pada 20 Januari 2025, bertepatan dengan pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin sendiri telah mengalami sedikit koreksi di kisaran US$105.000 dengan kapitalisasi pasar yang duduk di US$2,08 triliun.

Kenaikan ini terjadi di tengah kombinasi faktor yang memperkuat sentimen pasar, mulai dari masuknya arus dana besar ke produk Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot, ketidakpastian inflasi, hingga ekspektasi suku bunga yang stabil.

Baca juga: Usulan Bitcoin Jadi Aset Cadangan Danantara, Ini Pro dan Kontranya!

Lonjakan Minat ETF Bitcoin

Menurut data dari SoSoValue, sepanjang paruh pertama Mei 2025, kesebelas ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat mencatat arus masuk bersih lebih dari US$2,64 miliar, di mana arus dana terbesar tercatat pada 2 Mei dengan arus dana bersih mencapai hampir US$675 juta. Dengan ini, total aset yang dikelola secara kumulatif melampaui US$122 miliar.

Arus dana kumulatif bulanan dari ETF Bitcoin spot di AS. Sumber: SoSoValue

Fenomena ini menandakan pergeseran tren investasi dari spekulasi ritel menuju instrumen yang lebih institusional, seperti ETF. Para analis menyebutkan bahwa arus ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah bayang-bayang inflasi yang kembali mencuat.

Baca juga: Institusi dan Bisnis Dominasi Permintaan Bitcoin di 2025

Didorong Penurunan Suku Bunga AS

Awalnya, reli Bitcoin dan pasar kripto secara luas idorong oleh keputusan Federal Reserve AS untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%–4,5% untuk setidaknya satu bulan ke depan. Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan pada awal Mei lalu bahwa meski inflasi menunjukkan penurunan signifikan, nilainya masih di atas target jangka panjang sebesar 2%.

Powell menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau data ekonomi terbaru sebelum mengambil kebijakan lanjutan. Adapun pelaku pasar saat ini memperkirakan bahwa suku bunga The Fed akan turun ke kisaran 3,6% pada akhir 2025.

Baca juga: Bitcoin Kembali Sentuh US$103.000, Ini Katalisnya!

Ketidakpastian Ekonomi AS

Di sisi lain, kekhawatiran terhadap inflasi di AS kembali mencuat, seiring mulai terasa dampak dari kebijakan dagang baru yang memengaruhi rantai pasok global. Situasi ini berpotensi memperkuat daya tarik Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, terutama jika tekanan harga terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Amerika Serikat dan Tiongkok memang sempat menyepakati pengurangan tarif sementara selama 90 hari, yang memberi sedikit ruang napas bagi pelaku pasar. Namun, beban tarif tinggi masih tetap dikenakan pada sejumlah sektor strategis seperti kendaraan listrik, semikonduktor, dan elektronik konsumen, yang berisiko memicu kenaikan harga barang lebih lanjut di Negeri Paman Sam itu.

Misalnya, laporan dari Wall Street Journal menyoroti bahwa Walmart, ritel terbesar di Amerika Serikat, yang menyatakan akan menaikkan harga produk secara bertahap mulai bulan ini hingga musim panas. Penyebab utamanya adalah masuknya barang-barang yang terdampak tarif impor ke rak-rak toko mereka.

Walmart bahkan tidak memberikan proyeksi laba untuk kuartal ini karena belum dapat memastikan seberapa besar kenaikan biaya yang akan mereka tanggung demi menjaga daya saing harga. Pernyataan ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa tekanan inflasi akibat kebijakan dagang dapat memicu perubahan arah kebijakan moneter dan menimbulkan volatilitas di berbagai kelas aset termasuk kripto.

Selain ketiga faktor di atas, sentimen positif lainnya juga sempat didorong oleh pengumuman bahwa exchange kripto AS Coinbase akan bergabung ke dalam indeks saham S&P 500 pada 19 Mei mendatang.

Masuknya Coinbase ke S&P 500 dianggap menandai pencapaian besar bagi industri kripto, mengingat indeks ini hanya menerima perusahaan yang mencatatkan keuntungan dalam kuartal terakhir dan secara konsisten menghasilkan profit dalam empat kuartal terakhir. Artinya, performa keuangan Coinbase telah memenuhi standar tinggi dari indeks saham paling terkenal di dunia tersebut.

Baca juga: Coinbase Jadi Entitas Kripto Pertama Tergabung S&P 500

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dilla Fauziyah

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Ads Promo Coinfest Asia 2025
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.