Berita Bitcoin · 5 min read

Dua Pejabat Senior Bank Sentral Eropa Sebut Bitcoin Tak Cocok Jadi Investasi

Dua Pejabat Senior Bank Sentral Eropa Sebut Bitcoin Tak Cocok Jadi Investasi

Dua tokoh senior di Bank Sentral Eropa (ECB) telah memberikan pernyataan mengenai Bitcoin (BTC), menurut mereka aset kripto itu tidak tepat untuk alat investasi.

Postingan blog dari Bank Sentral Eropa berjudul “Bitcoin’s last stand” yang ditulis oleh Ulrich Bindseil (Direktur Jenderal) dan Jürgen Schaaf (penasihat Bank Sentral Eropa) ini pada dasarnya menyoroti terkait dengan kekurangan BTC dalam perjalannya terutama di tengah fluktuasi harga saat ini. 

Adapun alasan kritikan keras yang diberikan oleh ECB, di antaranya adalah sebagai berikut.

Mereka mengklaim bahwa aset kripto menjadi tidak relevan karena harga BTC telah turun 76% lebih rendah dari level tertinggi $69.000.  Pernyataan mereka dibarengi dengan kejatuhan FTX yang baru-baru ini terjadi, dan harga BTC yang jatuh di bawah $16.000.

Bindseil dan Schaff mengatakan bahwa Bitcoin tidak cocok untuk investasi dan juga tidak cocok sebagai alat pembayaran yang sah, karena BTC tidak menghasilkan arus kas atau dividen, dan ini merupakan investasi yang buruk.

“Bitcoin juga tidak cocok sebagai investasi. Karena tidak menghasilkan arus kas (seperti real estat) atau dividen (seperti ekuitas), dan tidak dapat digunakan secara produktif (seperti komoditas) atau memberikan manfaat sosial (seperti emas). Oleh karena itu, penilaian pasar BTC murni didasarkan pada spekulasi,” dalam keterangan tertulis.

Selain itu, mereka juga mengklaim bahwa ‘investor Bitcoin besar’ atau dikenal sebagai whale mengendalikan pasar dan bertanggung jawab untuk menstabilkan Bitcoin di tengah kondisi crypto winter serta menaikkan harga ketika pasar bullish.

Bitcoin memang diciptakan untuk mengatasi sistem moneter dan keuangan yang ada. Pada tahun 2008, Satoshi Nakamoto dengan nama samaran menerbitkan konsep tersebut. Sejak itu, BTC telah dipasarkan sebagai mata uang digital terdesentralisasi global.

Namun, desain konseptual dan kekurangan teknologi Bitcoin membuatnya dipertanyakan sebagai alat pembayaran, seperti transaksi BTC ternyata tidak praktis, lambat, dan mahal. Jadi, BTC tidak pernah digunakan secara signifikan untuk transaksi dunia nyata yang sah. Akan tetapi, pada pertengahan 2010-an, baik trader atau investor berspekulasi bahwa ada harapan nilai BTC pasti akan terus mengalami kenaikan.

Dengan demikian, peran investor memiliki insentif terkuat untuk mempertahankan euforianya. Bahkan, pada akhir 2020, perusahaan yang terisolasi mulai mempromosikan BTC dengan biaya perusahaan, dan beberapa perusahaan modal ventura (VC) juga ikut berinvestasi di industri tersebut. 

Baca Juga: 3 Kematian Miliarder Kripto yang Misterius

Hadirnya Regulasi Bukan Berarti Setuju

Bindseil dan Schaff menegaskan bahwa peraturan yang saat ini diterima untuk Bitcoin dari para regulator di seluruh dunia “disalahpahami sebagai persetujuan”.

Keduanya memperingatkan, mengkritik kelas lobi kripto yang berkembang pesat karena mengemukakan gagasan bahwa kripto hanyalah kelas aset lain yang layak mendapat tempat dalam portofolio investor.

Faktanya, pembuat undang-undang dan regulator di seluruh dunia sedang meneliti pendekatan mereka untuk mengawasi kripto setelah runtuhnya pertukaran kripto FTX, yang beroperasi di berbagai yurisdiksi dengan sedikit akuntabilitas.

“Regulasi aset kripto saat ini sebagian dibentuk oleh kesalahpahaman. Keyakinan bahwa ruang harus diberikan untuk inovasi dengan segala cara tetap bertahan. Karena pada dasarnya Bitcoin hanya didasarkan pada teknologi baru (Blockchain),” jelasnya.

Mempromosikan Bitcoin Bisa Merusak Reputasi Bank

Dengan hadirnya regulasi, dapat menggoda industri keuangan konvensional untuk memudahkan para pelanggan dalam mengakses BTC. Ini menyangkut manajer aset dan penyedia layanan pembayaran serta perusahaan asuransi dan bank. Masuknya lembaga keuangan memberi kesan kepada investor ritel yang berinvestasi di Bitcoin itu adalah hal yang bagus.

Lebih lagi, Bindseil dan Schaff juga mengatakan dengan hadirnya regulasi, para industri yang terlibat dapat mempromosikan BTC (hal ini memiliki risiko reputasi bagi bank), sebab Bitcoin “tidak boleh dilegitimasi”.

Penambang Bitcoin Dinilai Sebagai Pencemaran Lingkungan

Tak hanya itu, Bindseil dan Schaff juga sempat menyinggung bahwa penambangan Bitcoin merupakan pencemaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan telah menghabiskan energi dalam skala seluruh ekonomi. 

Penambangan BTC diperkirakan mengkonsumsi listrik per tahun sebanding dengan Austria. Kedua, menghasilkan tumpukan limbah perangkat keras. Satu transaksi BTC dapat menghabiskan perangkat keras yang sebanding dengan perangkat keras dua smartphone.

Baca Juga: Italia Kenakan Pajak Kripto 26%, Nilainya Lebih Besar dari Indonesia

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Nabiila Putri Caesari

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.