
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Bitcoin · 5 min read
Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, terus menunjukkan potensi besar meskipun tingkat adopsinya secara global masih tergolong awal.
Sepanjang 2024, rata-rata nilai transaksi Bitcoin mencapai US$17.800. Angka ini mencerminkan peluang jangka panjang yang menjanjikan, terutama karena Bitcoin mulai dipandang sebagai salah satu aset digital yang bernilai tinggi di masa depan, sekaligus menarik minat lebih luas dari para investor global.
Menurut data terbaru dari institusi yang berfokus pada Bitcoin, River Financial Inc., tingkat adopsi Bitcoin secara global baru mencapai sekitar 3% dari total potensinya. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun telah terjadi kemajuan berarti dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin dan aset kripto secara umum masih berada dalam fase awal perkembangan, mirip dengan posisi internet pada dekade 1990-an atau media sosial di pertengahan 2000-an.
Bagi investor, kondisi ini menciptakan peluang strategis untuk mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai bagian dari diversifikasi portofolio jangka panjang.
Baca juga: 3 Sinyal Penting Bitcoin yang Patut Dipantau Pekan Ini
Meskipun adopsi global Bitcoin masih tergolong rendah, tren peningkatannya cukup signifikan. Saat ini, hanya sekitar 4% populasi dunia yang memiliki Bitcoin, namun sejumlah negara telah mengambil langkah besar dalam mendorong penggunaan aset kripto.
Menurut Krusial.com, Uni Emirat Arab (UEA) dan Singapura menjadi pemimpin global dalam persentase kepemilikan kripto, masing-masing mencapai 25,3% dan 24,4% dari total populasi.
Di sisi lain, Indonesia menunjukkan lompatan luar biasa dalam indeks adopsi kripto global. Setelah menempati posisi ke-20 pada 2022, Indonesia berhasil naik ke peringkat ke-7 pada 2023 dan bahkan mencapai posisi ke-3 dunia pada 2024.
Negara-negara lain juga mulai menunjukkan dukungan terhadap ekosistem Bitcoin. Rusia dan Bolivia melegalkan aktivitas penambangan Bitcoin pada 2024, sedangkan Argentina dan Turki mengizinkan penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran.
Adopsi global ini turut mendorong peningkatan jumlah pengguna kripto secara keseluruhan, yang mencapai 560 juta orang di seluruh dunia pada 2024. Kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu pusat pertumbuhan tercepat, dengan Thailand, Filipina, dan Vietnam termasuk dalam daftar negara dengan adopsi kripto tertinggi secara global.
Salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan minat terhadap Bitcoin adalah sifat kelangkaannya. Dengan pasokan tetap sebanyak 21 juta koin, Bitcoin menjadi aset yang tidak dapat dicetak ulang seperti mata uang fiat. Selain itu, tingkat pertumbuhan suplai Bitcoin lebih lambat dibandingkan emas maupun mata uang konvensional, menjadikannya alternatif kuat sebagai store of value.
Menurut laporan Bisnis.com, peluncuran Bitcoin ETF dan keterlibatan perusahaan-perusahaan besar menjadi pendorong signifikan dalam lonjakan harga Bitcoin menjelang bull market 2025. Peran hedge fund dan penasihat investasi pun semakin terlihat, meskipun data menunjukkan bahwa investor individu masih menguasai sekitar 70% dari total pasokan Bitcoin yang beredar.
Meskipun saat ini harga Bitcoin sedang mengalami koreksi, banyak analis memperkirakan adanya potensi rebound dalam waktu dekat. Dengan tantangan seperti regulasi dan desentralisasi yang secara bertahap mulai teratasi, Bitcoin masih menawarkan prospek pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan.
Baca juga: Open Interest Bitcoin Pecah Rekor di Tengah Reli Harga ke US$107.000
Di tengah meningkatnya adopsi, skalabilitas tetap menjadi salah satu hambatan utama dalam ekosistem Bitcoin. Solusi seperti Lightning Network, yang dirancang untuk memungkinkan transaksi Bitcoin yang cepat dan murah, belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Salah satu alasannya adalah masih rendahnya adopsi oleh pelaku usaha, yang lebih nyaman menggunakan sistem pembayaran tradisional.
Selain itu, biaya transaksi Bitcoin yang relatif rendah saat ini mengurangi urgensi penggunaan Lightning Network. Namun, apabila volume transaksi meningkat dan biaya mulai naik, permintaan terhadap solusi seperti Lightning Network diperkirakan akan meningkat pula.
Kebijakan regulasi memegang peran sentral dalam membentuk masa depan Bitcoin. Beberapa negara, seperti Tiongkok dan Afghanistan, masih melarang penggunaan kripto secara menyeluruh. Namun, tidak sedikit negara yang mengambil pendekatan lebih terbuka terhadap teknologi blockchain.
Sepanjang 2024, tercatat sebanyak 18 negara telah memiliki cadangan Bitcoin, baik melalui aktivitas mining pemerintah, hasil penyitaan, maupun pembelian langsung. Menurut Liputan6, Bhutan menjadi salah satu negara dengan cadangan Bitcoin terbesar, diperoleh bukan melalui penyitaan seperti kebanyakan negara lain, melainkan dari aktivitas penambangan yang didukung sumber energi melimpah.
Cara penyimpanan Bitcoin juga mengalami transformasi penting dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode 2021–2023, sekitar 70% Bitcoin tersimpan di bursa kripto. Namun, pada 2024, proporsinya menurun menjadi 56,6% seiring meningkatnya penggunaan ETF dan platform DeFi sebagai alternatif penyimpanan.
Selain itu, semakin banyak bursa yang menerapkan Proof of Reserves sebagai standar industri untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi risiko kehilangan aset akibat peretasan. Hal ini menjadi langkah penting dalam memperkuat kepercayaan pengguna terhadap infrastruktur Bitcoin.
Baca juga: Arthur Hayes: Bitcoin ke US$110.000 Bisa Jadi Pemicu Altcoin Season
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.