
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Industri · 6 min read
Adopsi aset kripto di Indonesia yang berkembang signifikan sepanjang tahun 2024 tidak terlepas dari peran Milenial dan Gen Z sebagai pendorong utama pertumbuhan industri ini.
Menurut data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan platform kripto lokal, dari total 21,27 juta investor kripto di Indonesia hingga September 2024, sekitar 60% di antaranya berusia antara 18-30 tahun. Dari total tersebut, sebanyak 26,9% berada pada kelompok usia 18-24 tahun, sementara 35,1% berusia 25-30 tahun.
Sebagai informasi, Milenial mencakup generasi yang lahir pada tahun 1981-1996 dan kini berusia 28-43 tahun, sementara Gen Z merupakan kelompok masyarakat yang lahir antara tahun 1997-2012 dan kini berusia 12-27 tahun.
Kepala Bappebti, Kasan, menyebutkan bahwa Milenial dan Gen Z memiliki antusiasme tertinggi dalam berinvestasi di aset digital sebagai alternatif pengelolaan keuangan. Kecanggihan teknologi blockchain serta akses edukasi yang lebih mudah turut memungkinkan generasi muda untuk memahami dan mengadopsi investasi kripto dengan cepat.
“Sebagai generasi penerus, anak muda perlu peka terhadap perkembangan teknologi dan finansial. Literasi keuangan, termasuk pemahaman tentang kripto, sangat penting agar generasi muda dapat memilih investasi yang tepat dan menghindari risiko keuangan yang tidak perlu,” ungkap Kasan dalam keterangan resmi.
Baca juga: Bappebti dan Asosiasi akan Usulkan Penurunan Pajak Kripto Setengahnya
Kecenderungan investasi kripto oleh generasi muda di tanah air terutama didorong oleh kesadaran finansial yang kian meningkat di kalangan mereka. Sebuah survei dari IDN MEDIA bertajuk Indonesia Indonesia Milennial and Gen Z Report (IMGR) 2024 menunjukkan bahwa sebanyak 38% Milenial dan 41% Gen Z di Indonesia kini rutin menyusun anggaran keuangan bulanan, sementara 32% Milenial dan 26% Gen Z menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk tabungan dan investasi.
Chief Marketing Officer Tokocrypto, Wan Iqbal, menyatakan dalam keterangan resmi bahwa generasi muda memilih investasi kripto karena mereka adalah generasi digital native yang leih nyaman dengan teknologi dan tumbuh bersama internet.
Adapun, faktor ketidakpercayaan terhadap sistem keuangan tradisional juga mendorong mereka mencari alternatif terdesentralisasi yang memberi kendali lebih besar atas aset mereka.
“Pengaruh media sosial dan komunitas online menjadi alat penting bagi generasi muda untuk memprediksi tren dan pergerakan kripto. Mereka menggunakan komunitas online untuk berdiskusi dan berbagi informasi, sehingga bisa membuat keputusan investasi dengan lebih percaya diri,” jelas Iqbal dalam keterangan resmi, Senin (28/10/2024).
Selain itu, keadaan ekonomi termasuk ketidakpastian pasar dan tingginya biaya hidup membuat generasi muda mencari peluang alternatif untuk membangun kesejahteraan finansial, di mana potensi keuntungan kripto yang cukup menarik membuat mereka semakin antusias berinvestasi dalam aset digital ini.
Baca juga: Riset Ungkap Adopsi Kripto Terhambat Minimnya Edukasi
Di sisi lain, literasi dan edukasi terhadap keuangan tampaknya masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan oleh para pelaku industri kripto dan pemerintah, terutama karena masalah ini juga terlihat di Gen Z.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2024 menunjukkan bahwa Gen Z pada rentang usia 15-17 tahun, indeks literasi keuangan masih rendah yakni sebesar 51,70%. Sebaliknya, kelompok usia Gen Z berusia 18-25 tahun, serta Milenial yang berumur 18-35 tahun dan 36-50 tahun memiliki indeks literasi keuangan lebih tinggi mencapai l di atas 70%.
Untuk mengatasi hal ini, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan pelaku industri kripto untuk meningkatkan edukasi yang berfokus pada Gen Z. Misalnya, Asosiasi Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo – ABI) telah meluncurkan Bulan Literasi Kripto (BLK) 2024 yang berlangsung sepanjang bulan Mei di sembilan kota, untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kripto dengan target khusus ditujukan bagi generasi muda di tanah air.
Pertumbuhan investasi kripto di Indonesia sendiri telah mencatat peningkatan signifikan sejak tahun 2022. Data dari Bappebti baru-baru ini menunjukkan bahwa nilai transaksi aset kripto di Indonesia pada bulan September 2024 tercatat mencapai Rp33,67 triliun. Secara keseluruhan, nilai transaksi kripto sepanjang tahun ini telah mencapai Rp426,69 triliun, menunjukkan lonjakan hingga 351,97% dari periode yang sama pada tahun 2023, yang hanya mencapai Rp94,41 triliun.
Baca juga: Nilai Transaksi Kripto di Indonesia Tembus Rp33,67 Triliun pada September 2024
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.