
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Bitcoin · 6 min read
Bitcoin mengawali pekan ini dengan pergerakan yang relatif tenang, diperdagangkan di bawah level US$95.000 setelah turun sekitar 1% dalam 24 jam terakhir.
Meski terlihat stabil, tekanan makroekonomi global membuat pergerakan Bitcoin pekan ini patut dicermati lebih dalam. Analis kini memperkirakan terdapat tiga katalis utama mendominasi sentimen pasar minggu ini.
Baca juga: 7 Aset Terbesar di Dunia
Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada 7 Mei 2025 mendatang menjadi agenda utama minggu ini. Meski probabilitas pemangkasan suku bunga masih kecil, dengan FedWatch Tool melihat peluang sekitar 5,2%, tekanan politik terus meningkat.
Presiden AS Donald Trump secara terbuka mendesak The Fed untuk menurunkan suku bunga, bahkan menyinggung langsung Ketua The Fed, Jerome Powell, melalui media sosialnya.
Di sisi lain, The Fed masih menunjukkan sikap hawkish. Di tengah bayang-bayang resesi dan tekanan inflasi akibat perang dagang yang belum usai, The Fed diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga saat ini. Sikap Powell dalam konferensi pers pasca-rapat nanti akan sangat menentukan arah pasar ke depan.
“Semua mata tertuju pada Ketua The Fed Powell minggu ini setelah tekanan baru-baru ini dari Trump untuk memangkas suku bunga,” tulis The Kobeissi Letter dalam postingan di X pada Minggu (4/5/2025).
Sementara itu, analis dan trader kripto, Michaël van de Poppe memperkirakan koreksi harga Bitcoin yang biasa terjadi menjelang FOMC bisa segera berakhir. Jika benar, potensi rebound bisa dimulai dalam beberapa hari ke depan.
“Jika koreksi standar sebelum FOMC terjadi, maka zona masuk untuk entri adalah antara US$91.500-US$92.500,” tulisnya dalam postingan di X.
Baca juga: Arthur Hayes Prediksi Bitcoin Tembus US$1 Juta pada 2028
Hubungan dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas setelah muncul kabar bahwa Tiongkok tengah meninjau proposal dari Gedung Putih untuk memulai kembali negosiasi. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan menyebut bahwa Tiongkok “ingin membuat kesepakatan”.
Mengutip laporan CoinDesk pada Senin (5/5/2025), Director di LVRG Research, Nick Ruck, mencatat bahwa investor saat ini tengah berhati-hati terhadap aset berisiko seperti kripto karena iklim makroekonomi AS saat ini, meskipun tren Bitcoin melepaskan diri dari korelasinya dengan ekuitas AS. Hal ini mengakibatkan harga kripto secara luas belum dapat stabil.
Kendati demikian, ia optimis bahwa harga kripto terutama Bitcoin akan melonjak ke rekor tertinggi baru dalam jangka panjang di tengah “adopsi institusional yang terus diperdalam dengan peluncuran Real World Asset (RWA) dan integrasi dengan platform asli kripto.”
Baca juga: MicroStrategy Siapkan Dana Tambahan Rp346 Triliun Demi Borong Bitcoin
Selain FOMC, laporan Cointelegraph menyoroti pelaku pasar juga menanti data klaim pengangguran mingguan AS pada 8 Mei, serta laporan keuangan dari Coinbase, salah satu indikator kesehatan industri kripto di AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, Bitcoin menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap data tenaga kerja. Ketika data meleset dari ekspektasi, harga bisa langsung bergejolak.
Terlebih, survei terbaru menunjukkan bahwa 72% warga AS kini memperkirakan resesi akan terjadi dalam 12 bulan ke depan, angka tertinggi dalam dua tahun terakhir, menurut data Kobeissi Letter.
Kondisi ini bisa menekan belanja konsumen dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya memengaruhi sentimen terhadap Bitcoin dan aset digital lainnya.
Secara teknikal, Bitcoin masih tertahan di zona US$93.000–US$95.000, yang menjadi level krusial berdasarkan data on-chain dan indikator pergerakan jangka menengah yang dikutip dari Glassnode. Jika gagal bertahan di atas level ini, harga berisiko kembali ke fase konsolidasi sebelumnya.
Namun, jika Bitcoin mampu menembus area resistensi US$95.000–US$98.000, jalur menuju level psikologis US$100.000 dan potensi rekor harga tertinggi baru akan terbuka lebih lebar. Pasalnya, volume tekanan jual di atas US$100.000 relatif lebih kecil.
Baca juga: Bitcoin Siap Tembus US$100.000 di Mei 2025, Ini Alasannya
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.