Liputan Eksklusif · 7 min read

CEO Bitkub Ungkap Peluang dan Tantangan Adopsi Kripto di Asia Tenggara

CEO Bitkub

Asia Tenggara semakin memperkuat posisinya sebagai pusat utama adopsi kripto di dunia. Dengan negara-negara seperti Vietnam, Filipina, Indonesia, dan Thailand berada di garis depan, kawasan ini mencatat pertumbuhan pesat dalam penggunaan aset digital.

Namun, seiring dengan peluang besar yang terbuka, ada pula tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai adopsi kripto yang lebih luas.

Dalam wawancara eksklusif Coinvestasi denganTopp Jirayut Srupsrisopa, CEO Bitkub, ia berbagi pandangannya tentang potensi, peluang, dan tantangan adopsi kripto di kawasan ini.

Baca juga: 3 Alasan Asia Berpotensi Jadi Pusat Industri Web3 dan Kripto Dunia

Potensi Adopsi Kripto di Asia Tenggara

Berdasarkan Chainalysis 2023 Global Crypto Adoption Index, empat negara di Asia Tenggara menempati posisi 20 besar dunia dalam hal adopsi cryptocurrency. Vietnam menduduki peringkat pertama, diikuti oleh Filipina di posisi kedua, Indonesia di posisi ketujuh, dan Thailand di peringkat kesepuluh. Hal ini didorong oleh beberapa faktor:

  1. Remitansi dan Play-to-Earn: Negara-negara seperti Filipina dan Vietnam mengalami lonjakan adopsi kripto berkat peran penting remitansi serta game play-to-earn seperti Axie Infinity. Filipina bahkan menyumbang 40% dari total pemain Axie Infinity global, sementara remitansi berbasis stablecoin membantu menekan biaya transfer uang lintas negara.
  2. Penggunaan Teknologi yang Tinggi: Di negara-negara seperti Thailand dan Indonesia, adopsi kripto semakin dipicu oleh tingginya penetrasi internet dan penggunaan ponsel pintar. Sebagian besar populasi menggunakan perangkat seluler untuk mengakses bursa kripto dan layanan keuangan berbasis blockchain.

Menurut Topp, potensi Asia Tenggara untuk melompati barat dalam adopsi kripto bukanlah hal yang mengejutkan. Ia menekankan bahwa wilayah ini memiliki keuntungan unik, yakni sistem perbankan tradisional yang belum terlalu berkembang, sehingga memungkinkan adopsi teknologi baru tanpa harus berhadapan dengan infrastruktur lama.

“Wilayah Asia Tenggara punya peluang besar untuk adopsi kripto karena sistem perbankan tradisional belum sekuat negara maju. Jadi, kita bisa melompati barat dengan teknologi seperti blockchain dan aset digital, ungkap Topp.

Baca juga: Thailand Rilis Sandbox untuk Dukung Inovasi di Sektor Kripto

Tantangan Adopsi Kripto di ASEAN

Meskipun ada peluang besar, Topp juga menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi:

Kurangnya Standarisasi Regulasi

Salah satu hambatan utama untuk adopsi kripto di Asia Tenggara adalah perbedaan regulasi antarnegara. Perbedaan ini memungkinkan terjadinya “arbitrase regulasi”, di mana pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan celah hukum di antara yurisdiksi yang berbeda.

“Ada banyak perbedaan standar regulasi di setiap negara, yang membuat arbitrase regulasi semakin mudah. Kita butuh regulasi yang seragam di seluruh Asia Tenggara,” tegasnya.

Kesenjangan Teknologi dan Inklusi Keuangan

Meski kripto menawarkan solusi untuk mereka yang tidak memiliki akses perbankan, teknologi blockchain masih terlalu kompleks untuk sebagian besar pengguna ritel. Topp menekankan bahwa pengalaman pengguna perlu lebih sederhana agar adopsi massal bisa tercapai.

“Bagaimana caranya kita membuat kripto lebih mudah diakses oleh semua orang? Itulah tantangan terbesar yang harus kita selesaikan,” ujarnya.

Kolaborasi dengan Institusi Tradisional

Topp juga menekankan pentingnya kolaborasi antara perusahaan fintech dan institusi keuangan tradisional. Hal ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara teknologi baru dan sistem lama, menciptakan solusi yang lebih baik bagi konsumen.

Sementara wawasan dari CEO Bitkub memberikan pandangan mendalam, data dan riset terbaru juga penting untuk memperkuat argumen tentang prospek kripto di Asia Tenggara.

Menurut Statista, pendapatan dari pasar cryptocurrency di kawasan ini diperkirakan mencapai US$1,787 miliar pada 2023, dan diprediksi meningkat menjadi US$2,499 miliar pada 2028. Data ini mencerminkan potensi ekonomi yang besar dari adopsi aset digital.

Di samping itu, meskipun regulasi yang tidak seragam menjadi tantangan, laporan dari OECD menunjukkan bahwa kawasan ini sedang bergerak menuju regulasi yang lebih kuat dan inklusif. Ini diharapkan akan mendorong inovasi sambil melindungi konsumen dari risiko pasar.

Baca juga: Thailand Setujui ETF Bitcoin Spot, Pertama di Kawasan Asia Tenggara


Asia Tenggara, dengan segala tantangan dan peluangnya, berada di garis depan adopsi kripto global. Dengan potensi untuk melompati Barat dan memimpin transformasi keuangan berbasis blockchain, kawasan ini memiliki masa depan yang cerah dalam sektor kripto.

Namun, untuk mencapai adopsi massal yang lebih luas, tantangan seperti regulasi, inklusi keuangan, dan kolaborasi lintas sektor harus diatasi.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Anisa Giovanny

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.