
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Hack dan Scam · 7 min read
Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) telah menjadi salah satu ancaman siber terbesar yang dihadapi oleh platform kripto saat ini. Dalam beberapa tahun terakhir, insiden DDoS tidak hanya menargetkan bursa dan wallet digital, tetapi juga jaringan blockchain itu sendiri.
Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai metode serangan DDoS, dampaknya, serta contoh nyata serangan yang telah terjadi di industri kripto.
Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) adalah metode penyerangan yang bertujuan untuk membuat suatu layanan online tidak dapat diakses oleh pengguna dengan membanjiri server atau jaringan dengan lalu lintas data yang sangat besar.
Dalam konteks kripto, serangan ini sering kali tidak hanya bertujuan untuk menyebabkan gangguan, tetapi juga untuk mendukung serangan lain seperti pencurian data atau eksploitasi kerentanan.
Serangan ini menciptakan situasi di mana tim keamanan harus fokus pada pengelolaan lalu lintas yang berlebihan sehingga penyerang dapat lebih mudah menyusup ke sistem dan mencuri informasi sensitif. Serangan ini dapat digunakan sebagai alat pengalih perhatian yang memungkinkan penyerang untuk melaksanakan serangan tambahan tanpa terdeteksi.
Misalnya, dalam banyak kasus, DDoS digunakan bersamaan dengan pengambilalihan kunci pribadi atau untuk menutupi kegiatan pencurian data. Ini membuat serangan menjadi ancaman yang kompleks dan berbahaya, terutama bagi platform kripto yang tidak memiliki sistem keamanan yang kuat dan responsif.
Baca juga: Solana Dilaporkan Terkena DDoS Attack!
Botnet adalah jaringan komputer yang telah dikompromikan dan dikendalikan oleh penyerang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Setiap komputer yang terinfeksi, yang disebut “zombie” dapat diperintahkan untuk mengirimkan lalu lintas data ke target tertentu secara bersamaan.
Botnet sering digunakan dalam serangan DDoS karena mereka mampu menghasilkan jumlah lalu lintas yang sangat besar, sehingga menyebabkan server target kelebihan beban dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Dalam konteks kripto, botnet bisa digunakan untuk menargetkan bursa, wallet, atau platform blockchain dengan mengirimkan permintaan palsu dalam jumlah besar, membuat sistem tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah.
Serangan amplifikasi melibatkan pengiriman sejumlah kecil data ke server yang tidak dikonfigurasi dengan benar untuk menghasilkan respons yang jauh lebih besar. Penyerang dapat memalsukan alamat IP mereka agar tampak seperti berasal dari target yang sebenarnya.
Jenis serangan ini memanfaatkan protokol jaringan yang dapat menghasilkan amplifikasi besar, seperti NTP (Network Time Protocol) atau DNS (Domain Name System). Misalnya, dengan mengirimkan satu paket data kecil, penyerang dapat memicu respons yang lebih besar dari server yang kemudian diarahkan ke target, sehingga membanjiri target dengan data yang diperkuat.
Serangan pada layer aplikasi menargetkan bagian aplikasi atau layanan spesifik yang berjalan di atas infrastruktur jaringan. Tidak seperti serangan DDoS lain yang berfokus pada lapisan jaringan, serangan ini bertujuan untuk membebani aspek-aspek tertentu dari aplikasi itu sendiri.
Misalnya, penyerang bisa mengirimkan permintaan HTTP yang kompleks dan berlebihan ke server web, menyebabkan server menggunakan banyak sumber daya untuk memproses permintaan tersebut.
Dalam dunia kripto, serangan jenis ini dapat ditujukan pada API yang digunakan oleh bursa atau layanan DeFi, memaksa mereka untuk menangani permintaan yang berlebihan hingga layanan menjadi tidak responsif.
Baca juga: Serangan Phishing Kripto Meningkat 40% dalam Satu Tahun
Serangan DDoS dapat menyebabkan server atau jaringan menjadi tidak responsif, sehingga pengguna tidak dapat mengakses layanan yang disediakan oleh platform. Gangguan ini bisa berdampak pada transaksi yang tertunda atau tidak dapat dilakukan, mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pengguna dan potensi kerugian.
Downtime yang disebabkan oleh serangan dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan. Platform kripto yang tidak dapat beroperasi selama periode tertentu dapat kehilangan pendapatan dari biaya transaksi, serta potensi pengurangan nilai aset kripto yang diperdagangkan di platform tersebut.
Pengguna yang mengalami kesulitan mengakses layanan atau merasa khawatir tentang keamanan aset mereka mungkin kehilangan kepercayaan pada platform tersebut. Ini bisa mengakibatkan pengguna menarik dana mereka dan memilih untuk menggunakan layanan alternatif, yang pada gilirannya dapat menurunkan likuiditas platform.
Ketika perhatian tim keamanan terfokus pada menangani serangan DDoS, hal ini bisa membuka peluang bagi penyerang untuk melancarkan serangan lain seperti pencurian data atau eksploitasi kerentanan. DDoS sering digunakan sebagai alat pengalih perhatian untuk memudahkan serangan yang lebih dalam dan merusak.
Baca juga: Terungkap! Ini Alat yang Dipakai Crypto Hacker Korea Utara
Pada September 2023, Mixin Network mengalami serangan yang menyebabkan hilangnya sekitar US$200 juta. Meskipun fokus serangan adalah pada kompromi database, serangan DDoS digunakan untuk mengganggu respons keamanan.
Pada November 2023, serangan DDoS digunakan sebagai pengalih perhatian, memungkinkan pengambilalihan kunci pribadi dan menyebabkan kerugian lebih dari US$100 juta dalam berbagai altcoin.
Atomic Wallet terkena serangan pada Juni 2023 yang mengakibatkan hilangnya US$100 juta. Meskipun DDoS tidak dilaporkan sebagai faktor utama, teknik ini disinyalir mempermudah pelaksanaan serangan tersebut.
Pada Juli 2023, CoinsPaid mengalami serangan phishing yang menyebabkan hilangnya US$37 juta. DDoS digunakan dalam situasi serupa untuk menambah kekacauan dan mengacaukan respons keamanan.
Baca juga: Kerugian Akibat Hack dan Scam Kripto Sentuh Rp9,3 Triliun di Q2 2024
Serangan DDoS merupakan ancaman serius bagi platform kripto. Untuk melindungi diri dari ancaman ini, platform kripto perlu menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat, termasuk penggunaan firewall khusus, sistem deteksi ancaman yang canggih, dan strategi mitigasi.
Edukasi pengguna dan tim keamanan juga penting untuk memastikan mereka siap menghadapi berbagai jenis ancaman siber. Dengan langkah-langkah ini, risiko serangan DDoS dapat diminimalisir, dan platform kripto dapat beroperasi dengan lebih aman dan terpercaya.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.