Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Cryptocurrency · 7 min read
Dalam pengembangan proyek bolockchain, seringkali pengembang tidak memiliki cukup dana. Karena itu mereka membutuhkan dana tambahan agar proyek bisa ditingkatkan dan berjalan di pasaran.
Untuk mengatasi masalah ini para pengembang proyek akan mengadakan crowdfunding atau “patungan” yang di dalam dunia crypto umum disebut sebagai ICO atau Initial Coin Offering. Artikel ini akan membahas dengan detail apa itu ICO dan bagaimana cara kerjanya.
ICO adalah singkatan dari Initial Coin Offering atau penawaran koin awal. Dalam penawaran ini, startup berbasis blockchain mencetak jumlah token digital yang ditawarkan kepada investor awal untuk dibeli. Dana dari pembelian token awal ini akan digunakan untuk pengembangan proyek.
Investor yang mengikuti penawaran koin awal akan memberikan sejumlah aset crypto yang telah ditentukan oleh pembuat ICO dan sebagai imbalan mereka akan mendapatkan token proyek.
Initial Public Offering atau biasa dikenal dengan penawaran umum saham perdana mengumpulkan uang bagi perusahaan yang menjadi publik dan menghasilkan distribusi saham perusahaan kepada investor.
Untuk ICO, perusahaan crypto mengumpulkan dana melalui penjualan koin atau token.
Dalam kedua kasus tersebut, investor memiliki sikap optimis, baik tentang perusahaan atau cryptocurrency, dan berinvestasi berdasarkan beberapa keyakinan bahwa nilai aset akan meningkat seiring waktu.
Perbedaan utama keduanya adalah berinvestasi di ICO tidak menjamin kepemilikan saham dalam proyek atau perusahaan crypto. IPO sangat diatur oleh organisasi pemerintah sementara ICO sebagian besar tidak diatur.
Jadi, ketika kamu mencari regulasi ICO di Otoritas Jasa Keuangan kamu tidak akan menemukannya, namun Bappebti mengklasifikasikan penawaran koin awal di crypto sebagai investasi berjangka.
Baca juga: Apa itu IDO dan Cara Mengikutinya
Dalam prosesnya, sebuah proyek harus merilis whitepaper untuk mengenalkan proyek kepada investor. Ada beberapa hal yang wajib dijawab dalam whitepaper itu, antara lain.
Dengan begini investor akan mendapatkan gambaran umum mengenai proyek yang akan mereka ikuti.
Apabila investor ingin berpartisipasi maka mereka akan mengirimkan sejumlah aset crypto yang disyaratkan ke alamat smart contract proyek.
Apabila proyek berhasil maka investor akan menerima token sebagai imbalan, jika tidak maka dana yang terkumpul harus dikembalikan, dan proyek dianggap gagal.
Karena itu kamu perlu membaca penjelasan proyek blockchain dengan seksama dan mengetahui syarat serta ketentuan yang diajukan.
Sebagai jenis crowdfunding digital, penawaran koin awal ini memungkinkan startup tidak hanya mengumpulkan dana tanpa mengorbankan ekuitas, tetapi juga untuk membentuk komunitas pengguna dengan insentif yang ingin proyek berhasil sehingga nilai token presale mereka meningkat.
Sementara initial coin offering dapat menawarkan mekanisme pendanaan yang mudah dan pendekatan inovatif bagi para pemula untuk mengumpulkan uang.
Pembeli juga dapat memperoleh manfaat dari akses ke layanan yang diberikan token serta kenaikan harga token jika platform berhasil.
Keuntungan ini dapat diwujudkan dengan menjual token di bursa setelah mereka terdaftar.
Pembeli pun dapat menggandakan proyek dengan membeli lebih banyak token begitu mereka memasuki pasar.
Salah satu initial coin offering tersukses di dunia crypto adalah Ethereum, yang mengumpulkan $ 15,5 juta pada tahun 2014.
Lima puluh juta token eter dijual dengan harga $0,311 masing-masing, dan pada 12 Mei 2021, mencapai titik tertinggi sepanjang masa. $4,382,73, menawarkan pengembalian investasi 1,408,903% kepada investor.
Baca juga: 10 Initial Coin Offering dengan Dana Terbanyak
Hingga kini Ethereum pun bahkan masih digunakan dan jadi aset favorit investor, selain itu proyek tidak berhenti berinovasi dan telah memungkinkan seluruh ekosistem aplikasi terdesentralisasi (dapps) berkembang dari teknologinya.
Keuntungan initial coin offering memang menggiurkan jika berhasil, tetapi ada pula risiko yang mengintai. Beberapa risiko yang ada dalam metode ini adalah kegagalan proyek, penipuan, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah tanda-tanda ICO berpotensi scam
Selengkapnya soal cara menghindari ICO scam dapat ditemukan di sini.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.