Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
DeFi · 5 min read
The Graph adalah protokol open source yang digunakan untuk mengumpulkan, memroses, dan menyimpan data dari berbagai aplikasi blockchain untuk memfasilitasi pencarian informasi.
Di The Graph, siapa pun dapat membangun dan menerbitkan API terbuka, yang disebut subgraf, yang dapat dikueri oleh aplikasi menggunakan GraphQL untuk mengambil data blockchain.
Kueri merupakan syntax atau perintah yang digunakan untuk mengakses dan menampilkan data pada sistem database. Ini memiliki kemampuan untuk mengatur data mana yang perlu ditampilkan sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu, query dapat dipakai untuk membuat data dapat saling berinteraksi.
Melalui “subgraphs”, The Graph mengindeks data blockchain yang dapat diakses pengguna melalui GraphQL API. Menurut tim, mereka akan sepenuhnya mendesentralisasikannya di masa depan.
Pada 2020 The Graph mencapai lebih dari satu miliar kueri pada Juni 2020 lalu.
Kueri diajukan oleh dapps melalui GraphQL, bahasa yang digunakan secara luas yang awalnya dibuat oleh Facebook untuk mengumpulkan data untuk umpan berita pengguna.
Pengguna Graph yang menyediakan layanan ke jaringan, yang disebut pengindeks dan delegator, membantu memproses data dan meneruskannya ke pengguna akhir dan aplikasi.
Graph saat ini telah digunakan oleh DApps Ethereum populer seperti Aave, Curve dan Uniswap.
The Graph didirikan pada 2018 oleh Yaniv Tal (pemimpin proyek), Brandon Ramirez (pemimpin penelitian) dan Jannis Pohlmann (pemimpin teknologi).
Para pendiri memiliki latar belakang teknik dan telah bekerja bersama selama 5-8 tahun. Tal dan Ramirez belajar teknik elektro di USC dan bekerja bersama di MuleSoft, sebuah perusahaan alat pengembang API yang menjalani IPO dan dijual ke SalesForce.
Langkah pertama Graph untuk menggabungkan data terjadi melalui Graph Nodes, yang terus-menerus memindai blok jaringan dan kontrak pintar untuk mendapatkan informasi.
Ketika sebuah aplikasi menambahkan data ke blockchain melalui kontrak pintar, Graph Node menambahkan data dari blok baru ini ke Subgraph yang sesuai.
Untuk mengindeks data berbasis Ethereum, The Graph menggunakan “Subgraph Manifesto.” Ini mengacu pada deskripsi subgraf yang berisi data tentang kontrak pintar, peristiwa blockchain, dan proses pemetaan data peristiwa bersama sebelum semuanya disimpan dalam basis data platform.
Aliran data dari transaksi, manifes subgraf, dan database mengikuti struktur tertentu. Semuanya dimulai dengan aplikasi terdesentralisasi yang menambahkan data ke blockchain Ethereum menggunakan kontrak pintar.
Semua data ini berisi catatan semua peristiwa dan transaksi hingga titik di mana mereka mencapai finalisasi. Kemudian selanjutnya ke The Graph Node, yang memindai seluruh database blockchain, mengumpulkan data baru, dan menyaring yang relevan dengan kueri pengguna.
Untuk memfasilitasi pengindeksan, Graph Node mengekstrak informasi, ada empat jenis pengguna yang berkontribusi untuk mengatur data dalam protokolnya, termasuk:
Setelah itu hasilnya akan menjadi GraphQl, berupa tautan antara data blockchain dan aplikasi yang ingin diberikan oleh pengguna. Akhirnya, setelah seluruh proses, pengguna dapat melihat hasil kueri mereka dari dalam aplikasi mereka.
Pada dasarnya, ini adalah cara kerja siklus kueri dan pengindeksan data di platform. Pengguna dapat merujuk ke Graph Explorer untuk menelusuri subgraf yang sudah ada di platform. Masing-masing subgraf ini memiliki tempat di mana pengguna dapat melakukan kueri menggunakan GraphQL.
Saat ini, lebih dari 2.300 subgraf telah digunakan, dan pengembang menggunakannya untuk aplikasi. Beberapa aplikasi tersebut antara lain AAVE, Aragon, Balancer, DAOstack, Uniswap, Synthetix, dan masih banyak lainnya.
The Graph memiliki komunitas global, termasuk lebih dari 200 Node Pengindeks di testnet dan lebih dari 2.000 Kurator dalam Program Kurator per Oktober 2020.
Untuk mendanai pengembangan jaringan, The Graph mengumpulkan dana dari anggota komunitas, VC strategis, dan individu berpengaruh di blockchain komunitas termasuk Coinbase Ventures, DCG, Framework, ParaFi Capital, CoinFund, DTC, Multicoin, Reciprocal Ventures, SPC, Tally Capital, dan lainnya.
Baca juga: 3 Cara Analisis Risiko Dasar Proyek Kripto
The Graph hadir untuk mengatasi masalah properti jaringan blockchain, seperti reorganisasi rantai, finalitas, dan blok terstruktur seringkali membuatnya sulit untuk mengekstrak hasil kueri yang akurat dari blok data.
The Graph menguraikan proses dengan memanfaatkan protokol terdesentralisasi yang dikenal sebagai subgraf yang memfasilitasi pengindeksan sistematis dan permintaan informasi yang disimpan di blockchain.
Graph (GRT) membuat API global yang dapat digunakan tim pengembangan untuk merampingkan operasi dan mengurangi waktu pemrosesan.
Aplikasi yang dibangun di atas The Graph berfungsi secara efisien sambil mempertahankan desentralisasinya. Solusi yang ditawarkan oleh inovasi ini terus mendapatkan daya tarik besar-besaran di ekosistem kripto, dan lebih banyak kasus penggunaan dApps mulai muncul ke permukaan.
Sama seperti proyek kripto lainnya, The Graph juga memiliki token sendiri, yakni GRT.
Graph Token, atau $GRT, adalah token berbasis ERC-20 asli yang dapat berfungsi sebagai media pertukaran dan hadiah bagi peserta komunitas yang bertindak sebagai pengindeks, kurator, dan delegator.
Graph Foundation berhasil menyelesaikan Penjualan dengan partisipasi dari 99 negara (tidak termasuk AS). Hingga November 2020, The Graph telah mengumpulkan ~US$25 juta.
Total pasokan GRT pada peluncuran mainnet akan menjadi 10 miliar token, dengan pasokan sirkulasi awal ~1.245.666.867 token.
Penerbitan token baru dalam bentuk penghargaan pengindeksan akan dimulai sebanyak 3% setiap tahun dan tunduk pada tata kelola teknis di masa depan oleh The Graph Council.
The Graph dapat membantu meningkatkan industri blockchain dengan kemampuannya melakukan kueri data dan mengaksesnya dengan cara yang efisien dan terdesentralisasi.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi blockchain, sebab banyak node yang tersedia dan tidak semua mudah diakses serta diproses. Hadirnya The Graph akan mengatasi masalah tersebut karena dapat mengindeks dan mengorganisir data dari blockchain menjadi lebih baik dan akurat untuk digunakan. Hal tersebut membuat The Graph kerap kali disebut sebagai Google di blockchain.
Selain itu, kemampuan proses data The Graph juga bermanfaat bagi AI dan Big data. AI membutuhkan data dalam jumlah besar untuk “belajar” dan membuat prediksi atau keputusan yang akurat. The Graph memfasilitasi ini dengan menyediakan akses yang cepat ke data yang dibutuhkan AI untuk analisis dan machine learning.
Baca juga: Mengenal Artificial Intelligence (AI) dan Contohnya
Dalam dunia blockchain, data tersebar di banyak node dan tidak selalu mudah untuk diakses atau diproses. The Graph mengatasi masalah ini dengan menyediakan indeks yang terorganisir dari data blockchain yang memungkinkan pengembang untuk membuat kueri yang cepat dan akurat. Ini seperti Google untuk data blockchain.
Untuk AI The Graph juga sangat membantu dalam pengumpulan data dalam jumlah besar untuk “belajar” dan membuat prediksi atau keputusan yang akurat. The Graph memfasilitasi ini dengan menyediakan akses yang cepat ke data yang dibutuhkan AI untuk analisis dan pembelajaran mesin.
Dalam konteks Big Data, The Graph memungkinkan analisis data skala besar dengan mengurangi hambatan untuk entry dan mempercepat proses pengumpulan data.
Dengan demikian, pengembang dan perusahaan dapat membangun aplikasi yang lebih kuat dan cerdas yang dapat mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi blockchain.
The Graph (GRT) telah menunjukkan potensinya sebagai infrastruktur kunci dalam ekosistem blockchain yang terus berkembang. Dengan kemampuan untuk mengindeks data dari berbagai blockchain, The Graph memungkinkan pengembang untuk menciptakan aplikasi yang lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan pengguna. Ini bukan hanya kemajuan teknologi, tetapi juga langkah maju dalam memastikan bahwa data terdesentralisasi dapat diakses dan digunakan dengan cara yang berkelanjutan dan terbuka.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.