Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
DeFi · 5 min read
Yield Farming adalah cara menghasilkan mata uang kripto dengan kripto yang kamu punya. Caranya dengan menabung atau meminjamkan aset kripto yang kamu punya ke pengguna lain dan kamu akan mendapatkan imbal hasil.
Yield Farming jika di keuangan tradisional yang menggunakan sistem terpusat dapat digambarkan sebagai berikut.
Bank memiliki kewenangan untuk memberikan pinjaman, nanti nasabah bank yang meminjam akan mengembalikan dana tersebut beserta bunga kepada bank. Ataupun cara sebaliknya, ketika nasabah menabung biasa atau dengan deposito, Bank akan memberikan mereka bunga sebagai imbalan.
Nah, pada sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) cara itu diadopsi sedemikian rupa, tetapi tanpa perantara. Peran bank yang semula adalah sebagai pusat kontrol dana tersebut, digantikan dengan teknologi smart contract yang ada di dalam protokol blockchain.
Tentunya, strategi setiap protokol berbeda sesuai dengan algoritma sistem mereka masing-masing.
Yield Farming ini disebut juga penambangan likuiditas atau liquidity mining, cara untuk menghasilkan hadiah atau rewards dengan kepemilikan aset kripto. Intinya, dengan aset kripto dapat menghasilkan kripto lainnya.
Yield Farming baru akan berjalan ketika liquidity providers (LPs) bertindak sebagai pengguna yang menempatkan aset kriptonya ke dalam kumpulan likuiditas atau liquidity pools dalam ekosistem DeFi.
LPs ini bisa diartikan sebagai pemberi pinjaman, mengingat aset kripto mereka nantinya dapat dipinjam dan digunakan oleh pengguna lain.
Liquidity pools merupakan smart contract yang mengunci/berisi dana dari pemberi pinjaman tersebut. Dengan masuknya kripto di dalam kumpulan likuiditas, pemberi pinjaman nantinya akan mendapatkan rewards atau bunga sesuai dengan kripto yang mereka pinjamkan.
Yield Farming ini biasanya dilakukan dengan menggunakan token ERC-20 pada jaringan Ethereum. Selanjutnya, bunga yang akan didapatkan oleh pemberi pinjaman juga berupa token ERC-20.
Di samping itu, dengan perkembangan dan ruang tumbuh dari teknologi DeFi, platform atau Decentralized Applications (dApps) ini akan bisa mendukung kemampuan smart contract dengan berpindah protokol.
Tentunya, jika hal ini sudah dapat direalisasikan, pengguna platform sebagai pemberi pinjaman akan dapat memindahkan kepemilikan kripto mereka kebanyak protokol lainnya untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi lagi.
Selain keuntungan yang didapatkan oleh pemberi pinjaman, hal ini juga dapat memberikan keuntungan kepada platform tersebut karena semakin banyak modal yang akan masuk ke dalam protokol mereka.
Baca juga: 7 Token DeFi Populer 2023
Sebelumnya, kalian tahu apa itu istilah Market Maker (MM)? MM dalam konsep pertukaran kripto adalah trader yang membeli/menjual aset kripto pada harga tertentu dengan cara menempatkan posisi limit.
Berbeda dari sistem yang digunakan pada bursa pertukaran, yield farming ini menggunakan model Automated Market Maker (AMM) dan melibatkan LPs, serta liquidity pools.
Lalu, bagaimana cara kerjanya?
Di sini, LPs berperan sebagai pemilik aset kripto yang menyimpan dananya pada kumpulan likuiditas atau liquidity pools.
Liquidity pools ini berperan sebagai tempat atau pasar ketika pengguna meminjamkan asetnya, meminjamnya pada pengguna lain, atau hanya sekedar menukarkan aset tersebut kepada token ERC-20.
Pengguna platform atau peminjam aset nantinya akan dikenakan biaya tertentu, biaya tersebut nantinya akan dibayarkan kepada penyedia likuiditas sesuai dengan bagian yang mereka berikan pada liquidity pools.
Selain biaya tersebut, cara liquidity pools mendapatkan perputaran dana adalah dengan distribusi token baru yang masuk ke dalam protokol. Semakin banyak token yang masuk, maka liquidity pools ini akan semakin kaya yang tentunya akan menguntungkan semua pihak.
Tentunya, setiap protokol yang menerapkan yield farming ini memiliki aturan distribusi yang berbeda. Namun, penyedia likuiditas tetap akan mendapatkan return dari aset yang mereka pinjamkan di liquidity pools.
Biasanya dana tersebut disimpan dalam bentuk stablecoin yang dipatok dengan USD seperti DAI, USDT, USDC, BUSD, dan lainnya. Beberapa protokol biasanya mencetak tokennya sendiri yang nantinya akan disimpan dalam sistem. Hal ini terlihat dalam protokol Compound yang memiliki token berupa COMP.
Contoh, jika kamu memiliki ETH dan memasukkannya ke dalam protokol Compound, ETH kamu akan menjadi cETH yang dipatok dengan USD.
Koin lain seperti DAI juga akan mengalami proses yang sama dan akan menjadi cDAI. Terlebih lagi, koin-koin ini dapat berpindah protokol dan tentunya mencetak koin baru yang akan mewakili koin tersebut.
Mau mempelajari lebih tentang Compound? Bisa baca di sini: Apa itu Compound? Panduan Lengkap Untuk Pemula!
Hasil dari yield farming biasanya dihitung secara tahunan. Beberapa matriks yang umum digunakan adalah annual percentage rate (APR) dan annual percentage yield (APY).
Perbedaan dari keduanya, terletak pada penggabungan token, jika APR memperhitungkan nilai dari compounding token, APY tidak memperhitungkan hal tersebut.
Compounding di sini berarti menginvestasikan kembali keuntungan secara langsung untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan. Antara APR dan APY ini dapat digunakan secara bergantian.
Perlu diingat bahwa hasil dari APR dan APY ini tidak dapat diperkirakan secara akurat. Hal tersebut disebabkan kondisi pasar yield farming yang memang sangat kompetitif dan bergerak sangat cepat, hal ini membuat rewards/return yang diterima juga berfluktuasi dengan cepat.
Matriks ini sebenarnya dirasa akan semakin baik jika perhitungan dilakukan secara minggu atau bahkan harian. Sehingga dapat memberikan keuntungan dan perhitungan yang masuk akal untuk para pemberi pinjaman. Namun, hal ini masih dalam tahap pertimbangan pengembang platform DeFi.
Staking dan yield farming seringkali dianggap mirip karena keduanya sama-sama mengunci aset. Meski begitu, keduanya juga memiliki perbedaan yang sangat jelas. Apa saja perbedaan staking dan farming? Berikut ini daftarnya.
Staking memiliki hadiah yang ditetapkan, yang dinyatakan sebagai APY. Biasanya sekitar 5%, tetapi bisa lebih tinggi, tergantung pada token dan metode yang dipertaruhkan.
Yield farming membutuhkan strategi investasi yang dipikirkan dengan matang. Ini tidak semudah staking, tetapi dapat menghasilkan hadiah yang jauh lebih besar atau hingga 100%.
Imbalan Staking adalah insentif jaringan yang diberikan kepada validator yang membantu blockchain mencapai konsensus dan menghasilkan blok baru. Imbalan untuk yield farming ditentukan oleh kumpulan likuiditas dan dapat berfluktuasi seiring perubahan harga token.
Staking memiliki kebijakan yang ketat, dan secara langsung terkait dengan konsensus blockchain. Jika pelaku jahat mencoba mengelabui sistem, mereka berisiko kehilangan dana.
Yield farming bergantung pada protokol DeFi dan smart contract yang mungkin rentan terhadap peretas jika pemrograman dilakukan dengan cara yang salah.
Jaringan blockchain untuk staking mengharuskan pengguna untuk staking dana mereka pada jangka waktu tertentu. Beberapa juga memiliki persyaratan jumlah minimum. Yield farming tidak mengharuskan pengguna untuk mengunci dana mereka untuk jangka waktu tertentu.
Sebenarnya yield farming direkomendasikan kepada para pengguna kritpto tingkat lanjut, mengingat strategi dan kompleksitas di dalam protokol itu sendiri.
Terlebih yield farming ini biasanya dilakukan oleh mereka yang memang memiliki banyak modal atau investor dengan kepemilikan aset kripto yang banyak.
Selain itu, risiko yang sebenarnya menghantui yield farming ini terletak pada smart contract-nya. Banyak dari pengembang proyek DeFi dibangun oleh tim kecil dengan anggaran terbatas, hal ini dapat meningkatkan risiko bug pada pemrograman smart contract tersebut.
Biasanya, bug ditemukan ketika dilakukan pengecekan oleh perusahan audit, ditambah protokol sudah berjalan. Hal ini membuat dana pengguna yang telah terkunci dalam protokol rentan untuk hilang begitu saja.
Sebenarnya, DeFi muncul dengan gagasan yang sangat cemerlang, platform-platform ini dibangun dengan konsep penyesuaian diri atau komposabilitas, didasarkan pada protokol yang terintegrasi satu sama lain.
Konsep di atas membuat ekosistem DeFi sangat bergantung pada setiap blok penyusunnya. Kondisi ini membuat rentan terhadap error pada protokol.
Bayangkan saja, jika satu saja blok penyusun tidak berfungsi dengan baik, ini akan membuat seluruh ekosistem jaringan rusak. Lebih lanjut, ini dapat menimbulkan risiko terhadap para pemberi pinjaman dan juga return yang akan diterima.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.