Berita Bitcoin · 7 min read

Volume Transaksi Aset Investasi Berbasis Crypto Turun, Apa Penyebabnya?

Volume Transaksi Aset Investasi Berbasis Crypto Turun, Apa Penyebabnya?

Di dunia crypto saat ini telah terjadi banyak inovasi yang membuat investor lebih mudah untuk investasi crypto tanpa mengambil risiko tinggi. 

Salah satu caranya adalah melalui aset investasi berbasis crypto seperti contohnya reksadana crypto yang diterbitkan oleh Grayscale. 

Dalam kondisi pasar yang relatif stagnan setelah mengalami koreksi signifikan, mayoritas manajer investasi terlihat mencatat penurunan dalam volume transaksi aset tersebut.  

Penurunan dalam Minat Investasi Produk Berbasis Crypto

Dalam kondisi pasar crypto dan mayoritas aset berisiko lain yang masih relatif stagnan, investor terlihat mencari aset investasi lain yang lebih aman. 

Hasilnya manajer investasi yang menerbitkan produk investasi berbasis crypto melihat banyaknya dana yang keluar terutama di Bulan April 2022. 

Tercatat bahwa rata-rata volume transaksi per hari mengalami penurunan hingga 16,3% di Bulan April 2022 ini. 

Penurunan ini adalah kelanjutan dari enam bulan terakhir yang menandakan bahwa minat untuk pembelian atau penjualan terlihat menurun sehingga volume transaksi turun. 

Menurut data dari salah satu perusahaan manajer investasi crypto bernama CryptoCompare dari laporan manajemen aset digitalnya, volume transaksi dari produk investasi berbasis kripto telah turun sekitar 71% sejak Oktober 2021. 

Mereka mengalami penurunan sebesar 83,3% dalam volume transaksi dari volume tertingginya di Januari 2021 saat awal dari bull market dimulai. 

Volume Transaksi Aset Investasi Berbasis Crypto Turun, Apa Penyebabnya?
Data Volume Transaksi
Sumber: CryptoCompare

Grayscale Bitcoin Trust atau GBTC, reksadana Bitcoin yang diterbitkan oleh Grayscale, masih menjadi produk dengan volume transaksi di bulan ini. 

Kedudukan ini tetap terjaga walau volume transaksinya mengalami penurunan hingga 17,3% hanya dalam satu bulan terakhir. 

Tidak hanya produk Grayscale berbasis Bitcoin, produk reksadananya yang berbasis Ethereum juga mengalami penurunan hingga 11,5% hanya dalam satu bulan terakhir. 

Reksadana Bitcoinnya atau GBTC masih menjadi produk dengan volume jual terbesar di Bulan April 2022 dibandingkan produknya yang lain. 

CryptoCompare memberikan pandangannya terkait kondisi penurunan volume transaksi ini. 

Menurut perusahaan tersebut, penurunan dalam volume transaksi produk investasi berbasis crypto mengalami penurunan yang lebih jauh dibandingkan volume transaksi crypto itu sendiri. 

Pandangannya ia sampaikan berdasarkan data yang didapatkan dari transaksi sejak enam bulan terakhir. 

Walaupun begitu, secara keseluruhan mayoritas perusahaan investasi berbasis crypto melihat produknya hanya turun sekitar 1,34% di Tahun 2022. 

Jadi mayoritas masih menyatakan bahwa pergerakan turun ini masih dapat dihadapi karena masih dalam golongan stabil. 

Penyebab Penurunan Volume Transaksi

Penurunan ini terjadi nampaknya akibat kondisi pasar yang terlihat relatif stagnan bahkan negatif sejak awal Tahun 2022 ini. 

Beberapa analis berasumsi bahwa kondisi ini disebabkan adanya investor yang membeli kemudian melupakan asetnya. Asumsi lain adalah banyaknya investor besar yang kembali investasi ke aset pengaman dibandingkan aset berisiko. 

Dengan adanya pandangan makroekonomi yang kembali kontraktif atau ingin mengurangi jumlah uang beredar, maka terdapat kemungkinan nilai fiat terutama Dolar Amerika akan kembali naik. 

Jika terjadi pandangan kontraktif, maka suku bunga acuan mayoritas bank negara akan kembali naik, membuat bank komersil juga ikut naik dari sisi keuntungan produknya. 

Deposito, surat utang, dan tabungan kemungkinan akan mulai naik dari sisi suku bunga atau keuntungannya. Melihat aset tersebut yang tergolong aman, maka banyak investor yang kembali ke aset tersebut dan keluar dari aset berisiko seperti crypto dan saham. 

Baca juga: Jerome Powell Prediksi Suku Bunga Acuan Maret 2022, Ancaman untuk Crypto?

Kondisi ini menjadi penyebab mengapa harga crypto sedang turun dan membuat aset atau produk investasi yang didasari oleh crypto juga mengalami penurunan volume. 

Kemungkinan besar kondisi ini akan mulai pulih saat daya beli masyarakat di seluruh dunia mulai pulih bersama dengan inflasi yang kembali normal. 

Kondisi ini diprediksi akan terjadi pada Tahun 2024 atau 2025 sehingga kemungkinan pergerakan stagnan akan terus terjadi dalam produk investasi berisiko seperti crypto. 

*Disclaimer

Artikel ini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan saran atau ajakan untuk investasi atau trading. Risiko ditanggung oleh investor masing-masing. 

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Naufal Muhammad

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.