
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Blockchain · 6 min read
Co-Founder Ethereum, Vitalik Buterin, baru-baru ini mengajukan sebuah proposal untuk mengganti bahasa kontrak pada Ethereum Virtual Machine (EVM) dengan arsitektur instruksi RISC-V, demi meningkatkan efisiensi dan kecepatan pada execution layer jaringan Ethereum.
Proposal yang dirilis pada Minggu (20/4/2025) ini menyoroti berbagai hambatan jangka panjang yang selama ini menghambat skalabilitas Ethereum. Di antaranya adalah stabilitas sampling data, persaingan dalam produksi blok, dan efektivitas teknologi zero-knowledge proof (ZK-proof).
Sebagai informasi, RISC-V adalah arsitektur prosesor berbasis standar terbuka yang dikenal hemat daya dan fleksibel. Vitalik meyakini bahwa adopsi RISC-V dapat mempercepat kinerja Ethereum secara signifikan, terutama di tengah tekanan untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi.
“Inisiatif beam chain adalah cara yang sangat menjanjikan untuk menyederhanakan lapisan konsensus Ethereum secara signifikan,” tulisnya. “Namun perubahan radikal semacam ini mungkin menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai peningkatan serupa pada execution layer.”
Baca juga: Pectra Ethereum Siap Hadir di Mainnet, Catat Tanggalnya!
Konsep RISC-V yang diusulkan Vitalik Buterin memicu perdebatan di dalam komunitas Ethereum. Sejumlah pengembang menyambutnya sebagai langkah berani yang bisa membantu memastikan masa depan Ethereum. Mereka meyakini bahwa transisi ke RISC-V akan membuat Ethereum lebih kompetitif terhadap blockchain baru yang lebih cepat seperti Solana dan Sui.
Namun, sebagian lainnya khawatir bahwa perombakan execution layer merupakan proyek besar dengan risiko tinggi. Ini bisa melibatkan pembangunan ulang sebagian besar sistem Ethereum dari nol, yang berpotensi memakan waktu bertahun-tahun, membutuhkan banyak sumber daya, serta membuka kemungkinan munculnya celah keamanan baru.
Isu lainnya adalah terkait migrasi smart contract lama ke sistem baru. Perubahan ini dapat menimbulkan masalah besar dalam hal backward compatibility.
Proposal ini mendorong banyak pihak menyimpulkan bahwa Ethereum memang harus berevolusi agar tetap relevan. Saat blockchain generasi baru menawarkan kecepatan super dan waktu tunggu hampir nol, Ethereum harus terus maju sambil berinovasi agar tidak kehilangan esensi utamanya.
Komunitas pun tengah menyusun proposal resmi untuk dikomentari publik. Jika disetujui, hal ini bisa menjadi awal babak baru bagi Ethereum.
Baca juga: SEC AS Setujui ETF Ether Spot Opsi di AS
Saat ini, Ethereum sendiri tengah menghadapi tekanan karena biaya transaksi yang menjadi sumber utama pendapatan jaringan kini telah jatuh ke level terendah dalam lima tahun terakhir.
Pada 17 April 2025, laporan dari Santiment menyebut bahwa rata-rata biaya transaksi Ethereum saat ini hanya sekitar US$0,168, turun signifikan karena makin sedikit pengguna yang mengirim Ether atau berinteraksi dengan smart contract. Angka ini merupakan yang terendah sejak 2 Mei 2020.
Sementara itu, blob fees, jenis biaya khusus dari solusi layer-2 Ethereum, juga merosot tajam. Untuk minggu yang berakhir pada 30 Maret, total blob fees hanya mencapai 3,18 ETH atau sekitar US$5.000, anjlok 95% sejak pertengahan Maret.
Marketing Director Santiment, Brian Quinlivan, mengatakan penurunan drastis ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas pengguna di jaringan utama Ethereum. Sebagian besar pengguna kini memilih menggunakan smart contract atau beralih ke jaringan layer-2 yang lebih murah dan cepat.
Solusi layer-2 memang telah membuat transaksi jauh lebih murah, namun di sisi lain juga “memakan” pendapatan jaringan utama Ethereum. Banyak yang khawatir bahwa layer utama Ethereum mulai dibunuh oleh solusi skalabilitasnya sendiri.
Hal ini berarti semakin sedikit pengguna yang melakukan transaksi biasa, ujar Quinlivan. Mereka lebih memilih menggunakan smart contract atau platform layer-2 dengan biaya lebih rendah.
Jika tren ini terus berlanjut, Ethereum bisa menghadapi krisis keuangan yang serius. Sentimen investor saat ini pun sudah rapuh. Laporan Cointelegraph bahkan memperkirakan harga Ether (ETH) bisa turun hingga mendekati US$1.100 jika situasi semakin memburuk.
Baca juga: Biaya Transaksi Ethereum Jatuh ke Level Terendah Sejak 2020
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.