Berita Blockchain · 8 min read

Survei: 70% dari Perusahaan Tidak Akan Mengurangi Biaya Pengeluaran untuk Blockchain Saat Covid-19

Saat terjadinya krisis finansial akibat adanya wabah Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 200 negara di dunia, banyak perusahaan yang ada di luar sana lebih memilih untuk mengurangi biaya-biaya pengeluaran operasional mereka. Sehingga, isu PHK besar-besaran tidak dapat dihindari lagi bagi perusahaan yang terdampak secara ekonomi.

Selain melakukan PHK dan merumahkan karyawan, umumnya perusahaan akan memilih untuk menekan biaya-biaya operasional lainnya seperti pemasaran, pengembangan produk, dan lain sebagainya untuk sementara waktu hingga wabah Covid-19 mulai meredah.

Tetapi, hal ini berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Tiongkok. Di mana, mereka tetap akan melanjutkan biaya pengeluaran untuk pengembangan Blockchain di perusahaan walaupun ekonomi belum benar-benar pulih saat Covid-19.

Data ini dilaporkan dari sebuah survei yang dilakukan kepada 350 perusahaan Tiongkok, sebesar 70% perusahaan yang telah dinterview  mengatakan tidak akan mengurangi biaya pengeluaran blockchain mereka yang telah diusulkan sebelumnya karena Covid-19.

Sedangkan, 20% perusahaan lainnya mengatakan akan menghabiskan uang yang lebih untuk blockchain untuk mengimbangi efek yang ditimbulkan oleh Covid-19.

Survei dan interview kepada 350 perusahaan Tiongkok ini juga dikompilasi oleh sebuah laporan tentang “Blockchain di Zaman Pasca Epidemi” yang digabungkan dengan Unit Blockchain Federasi Logistik & Pembelian Tiongkok dan para peneliti di Universitas Tsinghua Beijing.

Dalam laporan tersebut, pandemi yang terjadi saat ini tidak mempengaruhi dampak jangka panjang dari rencana blockchain perusahaan. Laporan ini melibatkan 10 jenis industri dari berbagai bidang usaha seperti manufaktur, logistik, manajemen rantai pasokan, keuangan, dll.

Dengan skema terburuknya, para perusahaan hanya akan menunda adopsi blockchain saja, dan bukan membatalkannya. Karena, perusahaan menganggap bahwa blockchain adalah alat yang paling efektif dalam memerangi bencana alam, seperti halnya pandemi Covid-19 yang terjadi.

Hal ini pula yang didukung oleh pemerintah Tiongkok dengan membangun jaringan blockchain nasional, dan merilis digital Yuan. Sebab, dalam beberapa waktu ke depan blockchain diharapkan bisa diadopsi secara massal oleh ribuan perusahaan yang ada di Tiongkok. Di mana, untuk mendukung hal tersebut harus adanya dukungan infrastruktur internet yang memadai misalnya 5G.

Hingga saat ini, Tiongkok menjadi salah satu negara di dunia yang sudah bisa menikmati jaringan 5G. Sehingga, jaringan 5G bisa menjadi kunci dari keberhasilan adopsi blockhain secara massal oleh ribuan perusahaan di sana dalam menciptakan kemampuan blockchain untuk melakukan integrasi dengan berbagai platform dan industri yang akan menjadi pondasi dan keunggulan industri di Tiongkok di masa mendatang.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dhila Rizqia

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.