
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Blockchain · 7 min read
Dua anggota komunitas Ethereum, Kevin Owocki dan Devansh Mehta, baru-baru ini mengajukan sebuah proposal untuk menerapkan struktur biaya dinamis pada app layer Ethereum. Inisiatif ini bertujuan menemukan keseimbangan antara kebutuhan menghasilkan pendapatan bagi pengembang aplikasi dan prinsip keadilan dalam mekanisme pengenaan biaya.
Dalam proposal yang dirilis pada Minggu (27/4/2025), Owocki dan Mehta memperkenalkan sebuah rumus sederhana berbasis fungsi akar kuadrat. Mekanisme ini dirancang agar semakin besar pendanaan yang dialokasikan untuk sebuah proyek, persentase biaya yang dipotong akan semakin kecil secara proporsional.
“Untuk jumlah pendanaan yang kecil, struktur biaya mengikuti fungsi akar kuadrat (√(1000 x N)), sehingga memberikan pengembalian yang lebih besar secara proporsional dan membuat pengembangan mekanisme untuk pendanaan kecil menjadi tetap menarik. Misalnya, jika total dana sebesar US$170.000, maka akar dari 1000 x 170.000 adalah sekitar 13.038,4, yang setara dengan potongan biaya sekitar 7%,” tulis mereka.
Lebih lanjut, Owocki dan Mehta menambahkan bahwa begitu dana proyek melampaui US$10 juta, biaya tersebut akan dibatasi pada 1%. Dengan adanya batasan ini, pengembang aplikasi kecil tetap memiliki peluang untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApp) tanpa terbebani biaya berlebih, sekaligus mendorong pertumbuhan proyek dengan memberikan insentif biaya yang semakin ringan seiring skala proyek bertambah.
Baca juga: Ethereum Foundation Alih Fokus ke Scaling Layer-1
Proposal ini mencerminkan meningkatnya dorongan dari komunitas Ethereum untuk mereformasi struktur biaya dan mekanisme akumulasi nilai. Hal ini dinilai penting demi menjaga daya saing ekonomi Ethereum, terutama di tengah tekanan dari jaringan-jaringan pesaing.
Faktanya, sepanjang 2024, ekosistem Solana berhasil menarik lebih banyak pengembang baru dibandingkan Ethereum, dengan mencatat 7.625 pengembang baru, sementara Ethereum hanya mencatat 6.456. Data ini menunjukkan bahwa posisi Ethereum sebagai ekosistem utama bagi para pengembang dApp mulai mendapat tantangan serius.
Sementara itu, laporan Santiment baru-baru ini menyoroti biaya transaksi di jaringan Ethereum bahkan sempat menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir pada April 2025. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas pada lapisan dasar Ethereum, yang utamanya berasal dari melemahnya permintaan atas penggunaan smart contract, termasuk di sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Akibatnya, banyak institusi yang mulai mengurangi kepemilikan Ether (ETH) atau bahkan melepas sebagian investasinya. Sentimen investor terhadap platform smart contract pertama di dunia ini kian tergerus, seiring belum munculnya katalis kuat yang mampu membalikkan tren tersebut.
Baca juga: Biaya Transaksi Ethereum Jatuh ke Level Terendah Sejak 2020
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.