Berita Mining · 7 min read

Harga Saham Marathon Digital Turun pada Q2, Imbas Bitcoin Halving

miner bitcoin

Marathon Digital, perusahaan mining Bitcoin berbasis di Amerika Serikat, melaporkan pendapatan kuartal kedua 2024 yang tidak sesuai dengan ekspektasi Wall Street. Hal ini menyebabkan penurunan harga saham perusahaan tersebut.

Selama periode April hingga Juni 2024, Marathon Digital mencatat total pendapatan sebesar US$145,1 juta atau sekitar Rp2,3 triliun. Menurut data dari Yahoo Finance, angka ini 9% lebih rendah dari prediksi analis Wall Street yang sebesar US$157,9 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.

Marathon mengungkapkan bahwa penjualan mereka terpengaruh oleh beberapa tantangan operasional yang menghambat kemampuan untuk menambang Bitcoin. Adapun dampak dari Bitcoin Halving pada April 2024 turut membebani sektor mining mereka.

“Selama kuartal kedua 2024, produksi BTC kami terpengaruh oleh kegagalan peralatan yang tak terduga dan pemeliharaan saluran transmisi di situs Ellendale yang dioperasikan oleh Applied Digital, peningkatan hash rate global, dan Halving pada April,” kata CEO Marathon Digital, Fred Thiel.

Akibat laporan tersebut, harga saham MARA turun sebesar 7,78% di harga US$18,14 pada perdagangan Kamis (1/8/2024), menurut data Google Finance. Dalam sepekan terakhir, harga MARA telah mengalami penurunan hingga 16%.

Grafik pergerakan harga saham MARA dalam sepekan terakhir. Sumber: Google Finance

Baca juga: Solo Miner Raup Untung Rp3,3 Miliar Setelah Sukses Produksi Blok Bitcoin

Jual Bitcoin Guna Menutup Biaya Operasional yang Tinggi

Laporan pendapatan Marathon menyoroti bahwa harga rata-rata Bitcoin yang ditambang selama kuartal kedua berkisar 136% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Adapun dalam upaya untuk menutupi biaya operasional, Marathon Digital menjual 51% dari Bitcoin yang mereka tambang selama kuartal ini. 

Di samping itu, EBITDA yang disesuaikan untuk kuartal kedua beralih ke kerugian sebesar US$85,1 juta setara Rp1,3 triliun dari keuntungan sebesar US$35,8 juta atau sekitar Rp580 miliar pada tahun 2023. Hal ini terutama disebabkan oleh penyesuaian nilai wajar yang tidak menguntungkan dari aset digital mereka dan penurunan jumlah Bitcoin yang ditambang.

Meski demikian, perusahaan menyatakan bahwa mereka telah mencapai rekor hash rate sebesar 31,5 exahash per detik (EH/dtk) pada periode tersebut. Adapun pihaknya optimis untuk mencapai hashrate sebesar 50 EH/dtk pada akhir tahun 2024.

Baca juga: Produksi Bitcoin Menurun, Profit Miner Merosot

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dilla Fauziyah

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.