
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Industri · 8 min read
Changpeng “CZ” Zhao, Co-Founder dan mantan CEO Binance, mengusulkan ide cukup radikal dalam lanskap perdagangan aset kripto, dengan membangun exchange terdesentralisasi (DEX) untuk perpetual swap dengan sistem dark pool. Dalam skema ini, informasi order disembunyikan dari publik demi mencegah manipulasi pasar dan melindungi strategi trader besar.
“Saya selalu bingung dengan fakta bahwa semua orang dapat melihat pesanan Anda secara real-time di DEX. Masalahnya lebih buruk pada DEX pelaku di mana ada likuidasi,” menurut postingan di X pada Senin (2/6/2025).
Ia mencontohkan, jika seorang trader ingin membeli aset senilai US$1 miliar, tentu tak ingin order tersebut terlihat hingga transaksi selesai. Pasalnya, visibilitas ini membuka celah untuk praktik front-running dan serangan maximum extractable value (MEV), yang bisa menyebabkan harga jadi lebih mahal dan biaya transaksi melonjak.
Baca juga: Changpeng Zhao Ramal Arah Harga Bitcoin di Siklus Pasar Saat Ini
Sebagai informasi, dark pool adalah tempat perdagangan privat di mana order besar tidak terlihat publik hingga transaksi tereksekusi. Skema ini kerap digunakan institusi besar untuk menghindari tekanan pasar akibat eksposur order yang terlalu transparan.
“Trader besar di TradFi sering menggunakan dark pool, bahkan 10 kali lebih besar dibandingkan pool transparan,” jelas Zhao.
Sistem ini memberikan perlindungan terhadap front-running, slippage, dan MEV dengan menyembunyikan ukuran, harga, dan tujuan order. Namun, menerapkan sistem seperti ini dalam DEX memerlukan teknologi tingkat lanjut seperti zero-knowledge proofs (ZK-proof) atau mekanisme penyelesaian transaksi tertunda.
Menurut Zhao, kebutuhan privasi makin mendesak di pasar derivatif. Ketika titik likuidasi seorang trader dapat dilihat publik, hal itu membuka peluang bagi pihak lain untuk secara sengaja mendorong pasar ke arah yang bisa memicu likuidasi.
“Kalau orang lain tahu titik likuidasimu, mereka bisa kerja sama untuk menjatuhkanmu,” jelasnya. “Bahkan kalau kamu punya dana miliaran dolar AS, kamu tetap bisa jadi target.”
Meski begitu, Zhao juga mengakui adanya argumen tandingan. Transparansi kadang membantu market maker untuk menyerap order besar secara lebih efisien. Namun menurutnya, preferensi tiap trader berbeda dan keduanya sah untuk dikembangkan.
Usulan ini muncul tak lama setelah insiden besar di platform Hyperliquid. Seorang trader bernama James Wynn mengalami likuidasi posisi long Bitcoin senilai hampir US$100 juta, usai harga BTC anjlok di bawah US$105.000. Insiden ini memicu dugaan bahwa sejumlah pengguna berkoordinasi untuk “mengincar” titik likuidasi Wynn.
Baca juga: Trader Hyperliquid Ini Rugi Rp1,6 Triliun Usai Bitcoin Anjlok di Bawah US$105.000
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.