Analisis · 8 min read

Analisis Harga Bitcoin Usai Data CPI Amerika Serikat Rilis!

Analisis harga Bitcoin

Harga Bitcoin (BTC) mengalami lonjakan setelah Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat merilis Consumer Price Index (CPI) periode Februari 2023. CPI menunjukkan penurunan 0,4%, menjadi 6%. Angka ini lebih rendah dari pada laporan di Januari 2023, senilai 6,4%.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap (14/3) pukul 20.05 WIB, Bitcoin (BTC) menyentuh harga tertingginya sejak Juni 2022, diperdagangkan pada harga US$26.514.

Baca Juga: Harga Bitcoin US$24.000, Suku Bunga AS Diprediksi Melandai!

Analisis Harga BTC dan Prediksi Selanjutnya

BTC kembali mengalami koreksi pada Rabu (15/3) pukul 10.00 WIB, diperdagangkan pada harga US$24.927, mencatat kenaikan 2,28% dalam 24 jam terakhir.

Gambar pergerakan harga Bitcoin. Sumber: TradingView
Gambar pergerakan harga Bitcoin. Sumber: TradingView

Dalam analisis pergerakan harga Bitcoin (BTC) selanjutnya, terdapat resistensi pada level harga US$29.750 – US$32.000 dalam jangka waktu harian, yang dapat tercapai apabila momentum bullish berlanjut. Namun, ada kemungkinan terjadi koreksi harga dan support terletak di kisaran US$19.450 – US$20.400.

Baca juga: Prediksi Harga Bitcoin 2023 dari Pakar Kripto Indonesia

Hubungan CPI dan Harga Bitcoin

Umumnya, Departemen Ketenagakerjaan menggunakan CPI sebagai indikator inflasi maupun pertimbangan kebijakan moneter. Sebab, indeks ini mencerminkan pola pengeluaran konsumen untuk berbagai jenis barang dan jasa.

Jika CPI naik, maka inflasi meningkat, begitu sebaliknya. Inflasi naik dan turun memiliki kaitan erat dengan harga aset berisiko, seperti kripto.

Hal tersebut disebabkan karena bank sentral negara akan menerapkan kebijakan moneter kontraktif atau hawkish. Kebijakan ini akan mengurangi jumlah uang beredar yang dapat meningkatkan nilai mata uang fiat.

Salah satu kebijakan untuk menekan inflasi adalah menaikan suku bunga. Dengan kenaikan tersebut, investor akan memilih untuk menaruh uangnya ke produk perbankan, seperti tabungan, deposito, dan lain-lain yang menggunakan mata uang fiat. Ini dilakukan karena produk tersebut dianggap lebih stabil dibandingkan dengan aset berisiko seperti kripto.

Namun, perlu jadi perhatian, harga Bitcoin tidak hanya dipengaruhi oleh faktor CPI atau inflasi saja tetapi juga oleh faktor lain seperti permintaan pasar, sentimen investor, dan kebijakan regulasi.

Baca juga: Harga Bitcoin US$24.000, Suku Bunga AS Diprediksi Melandai!

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Anggita Hutami

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.