
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Hack dan Scam · 7 min read
Gelombang kejahatan di dunia aset kripto kini semakin mengkhawatirkan, dengan lonjakan penggunaan kecerdasan buatan (AI) mendorong evolusi baru dalam modus penipuan kripto. Salah satu taktik yang berkembang paling pesat adalah pemanfaatan teknologi deepfake untuk memperdaya pengguna secara psikologis.
Laporan Anti-Scam Research Report 2025 dari Bitget, SlowMist, dan Elliptic, yang dirilis Selasa (10/6/2025), mengungkap bahwa nilai kerugian akibat penipuan kripto mencapai US$4,6 miliar atau sekitar Rp74 triliun sepanjang 2024, naik 24% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total itu, hampir 40% kasus penipuan bernilai besar melibatkan penggunaan teknologi deepfake, dengan pelaku yang makin sering menyamar sebagai tokoh publik, pendiri proyek, maupun eksekutif platform untuk menipu pengguna.
Baca juga: Waspada Scam Kripto Berbasis Deepfake CEO Apple di Event iPhone 16
Laporan tersebut merinci anatomi penipuan kripto modern, yang saat ini didominasi oleh tiga kategori utama, termasuk penyamaran berbasis deepfake yang dihasilkan AI, skema rekayasa sosial, serta skema penipuan bergaya Ponzi yang disamarkan sebagai proyek keuangan terdesentralisasi (DeFi) atau GameFi.
Khusus deepfake, laporan memperingatkan bahwa teknologi ini sangat sulit dideteksi. Dalam kuartal pertama 2025 saja, lebih dari 87 jaringan penipuan berbasis deepfake berhasil dibongkar.
“Kecepatan para pelaku dalam menghasilkan video sintetis, ditambah sifat viral media sosial, memberikan deepfake keunggulan unik, baik dalam jangkauan maupun tingkat kredibilitas,” ujar Gracy Chen, CEO Bitget.
Teknologi AI kini mampu mensimulasikan teks, pesan suara, ekspresi wajah, bahkan gerakan tubuh. Salah satu contohnya adalah video endorsement palsu terhadap platform investasi yang menampilkan tokoh publik seperti CEO Apple Tim Cook atau CEO Tesla Elon Musk, yang disebarluaskan lewat Telegram, X, dan platform media sosial lain untuk mengecoh kepercayaan publik.
Selain itu, penipu kerap memanfaatkan video AI semacam ini untuk mengakali sistem verifikasi Know-Your-Customer (KYC) serta memancing korban agar bergabung dalam panggilan Zoom phishing secara langsung.
Sementara itu, penipuan berbasis rekayasa sosial kini telah merambah ke dunia rekrutmen kerja. Pelaku kerap menyamar sebagai perekrut yang mencari pengembang, lalu meminta kandidat mengunduh file “tes proyek” yang sebenarnya berisi virus Trojan, yang dapat mengambil alih kendali perangkat korban.
Baca juga: Kerugian Kripto Akibat Deepfake Ditaksir Hampir US$25 Miliar di 2024
Menanggapi fenomena penipuan berbasis AI ini, SlowMist memberikan sejumlah kiat penting bagi pengguna untuk melindungi diri, termasuk pentingnya sikap skeptis terhadap berbagai konten promosi di media sosial, terutama yang menawarkan pekerjaan, bot trading berbasis ChatGPT, atau iming-iming keuntungan staking yang terdengar menggiurkan. Banyak dari penawaran ini sengaja dirancang untuk memancing rasa percaya atau keserakahan pengguna.
Selain itu, pengguna perlu waspada terhadap taktik rekayasa sosial yang sering kali menciptakan rasa urgensi palsu. Pelaku penipuan sengaja membangun narasi seolah-olah kesempatan yang ditawarkan sangat terbatas, mendorong korban untuk segera mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.
SlowMist juga mengingatkan agar pengguna tidak mudah percaya begitu saja pada video tokoh publik yang mempromosikan peluncuran aset kripto dengan melakukan verifikasi informasi secara mandiri melalui situs resmi atau sumber berita yang kredibel serta perlu menghindari mengklik tautan atau mengunduh file yang beredar di grup obrolan maupun kolom komentar media sosial.
Baca juga: 3 Sinyal Penting Bitcoin Pekan Ini!
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.