Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Trading · 6 min read
Terdapat banyak cara untuk mencari keuntungan di pasar crypto. Hal ini disebabkan crypto seperti aset lainnya, memiliki turunan atau derivatif dari asetnya.
Selain itu di dunia crypto, seorang individu yang sedang mencari keuntungan, dapat melakukan beberapa jenis cara.
Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai jenis transaksi yang dapat dilakukan di pasar crypto, mulai dari jenis aset hingga cara transaksi.
Pertama adalah jenis transaksi di pasar crypto berdasarkan aset yang digunakan saat diperjualbelikan.
Sama seperti emas, mata uang, atau bahkan saham, crypto juga memiliki dua jenis aset yaitu aset aslinya dan aset derivatif.
Aset spot dan derivatif umumnya diperdagangkan dengan dua cara bahkan dua pasar yang berbeda sehingga dapat memiliki perbedaan harga.
Penjelasan pertama adalah untuk transaksi spot atau trading jual beli aset murni yang disebutkan.
Contoh dari transaksi spot adalah trader akan memperdagangkan aset asli seperti contohnya Bitcoin dan bukan aset atau produk keuangan lain yang mengatasnamakan Bitcoin.
Jenis perdagangan ini adalah jenis paling umum dan paling rendah risiko, karena intinya trader atau investor akan membeli aset seperti Bitcoin saat harganya rendah dan menjualnya saat harganya naik.
Semua perdagangan tidak menggunakan utang atau pinjaman apa pun yang menambah risiko.
Baca juga: Aplikasi Trading Bitcoin Terbaik dan Legal di Indonesia
Karena tidak adanya utang atau leverage apa pun, jika harga Bitcoin turun hingga 99%, Bitcoin tersebut tetap milik trader.
Jika harga Bitcoin turun hingga 99% dan ia membeli 1 Bitcoin, nilai Bitcoin yang ia miliki akan tetap 1 Bitcoin dan tidak akan diambil oleh siapapun.
Jadi walau terdapat fluktuasi atau volatiltas hingga harga turun secara signifikan setelah naik, kepemilikan Bitcoin tersebut tidak akan berubah selama tidak dijual pemilik.
Kondisi tersebut membuat aset saat transaksi spot sangat cocok untuk investor yang ingin melakukan investasi untuk jangka panjang.
Jenis transaksi kedua adalah jenis yang lebih berisiko yaitu transaksi derivatif. Transaksi di pasar derivatif tidak menggunakan aset asli.
Dalam transaksi derivatif, umumnya trader atau investor akan menggunakan kontrak yang menyatakan kepemilikan terhadap sebuah aset.
Contoh transaksi derivatif adalah saat trader melakukan transaksi di pasar futures atau options.
Dalam dunia crypto, aset derivatif tersebut akan mewakilkan aset crypto, seperti contohnya Kontrak Bitcoin Futures.
Transaksi ini merupakan jenis perdagangan dengan yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko transaksi spot.
Baca juga: Cara Analisis Harga Spot Crypto Dengan Data Futures
Hal tersebut disebabkan oleh transaksi derivatif yang umumnya menggunakan pinjaman dan utang bernama leverage.
Tujuan dari leverage yang digunakan tersebut adalah untuk meningkatkan atau menambah jumlah posisi saat trading.
Leverage merupakan utang, sehingga penggunanya harus memiliki jaminan layaknya utang di dunia keuangan lain.
Penggunaan leverage ini contohnya adalah saat seorang trader memiliki hanya Rp1 Juta namun menggunakan leverage 20x sehingga dapat membeli kontrak hingga Rp20Juta.
Namun dengan leverage tersebut ia juga harus memiliki jaminan, yang membuat trader tersebut hanya bisa membeli kontrak senilai Rp10 Juta maksimal.
Melalui Rp10 Juta dan Leverage 20x ia hanya perlu mengeluarkan Rp500 Ribu sehingga sisa Rp500 ribu dari Rp1 Juta yang dimiliki dijadikan jaminan.
Rumus untuk jaminan atau margin adalah jumlah transaksi dengan leverage dibagi dengan nilai leverage.
Dengan transaksi derivatif, trader dapat menghasilkan keuntungan saat harga suatu aset bergerak turun atau naik.
Keuntungan saat harga naik didapatkan melalui membeli kontrak futures dan menjual saat harga naik.
Keuntungan saat harga turun didapatkan melalui pinjaman kontrak futures kepada broker atau bursa dan langsung menjualnya dengan ekspektasi harga turun.
Saat harga turun, trader akan membeli kembali kontrak futures untuk mengembalikan kepada broker atau bursa.
Selisih antara harga jual sebelum harga aset kontrak tersebut turun dan pembelian saat harga aset kontrak tersebut turun adalah keuntungannya.
Selain berdasarkan jenis transaksi, terdapat kategorisasi jenis trading berdasarkan jangka waktu yang digunakan.
Jangka waktu yang dimaksud adalah selisih antara saat pembelian dilakukan dan saat penjualan dilakukan.
Terdapat empat jenis transaksi yang paling umum yaitu Scalping, Day Trading, Swing Trading, dan Position Trading.
Pertama adalah Scalp Trading atau Scalping yang merupakan jenis transaksi aset dalam jangka waktu detik hingga menit.
Umumnya trader akan menggunakan grafik dengan jangka waktu dari 1 menit hingga 15 menit untuk melakukan analisis sebelum melakukan transaksi ini.
Tujuan dari Scalping adalah mendapatkan keuntungan kecil dalam jangka waktu yang cepat.
Strategi atau jenis transaksi Scalping sangat cocok untuk trader handal yang mencari volatilitas tinggi untuk keuntungan cepat.
Crypto menjadi salah satu aset yang relatif baik untuk transaksi scalping. Hal ini disebabkan kapitalisasi pasarnya yang masih di bawah aset lain.
Semakin kecil kapitalisasi pasar umumnya semakin volatil aset tersebut. Namun volatilitas yang tinggi ini dapat berubah dengan kapitalisasi pasar yang meningkat, umumnya akibat adopsi yang meningkat.
Kedua adalah Day Trading yaitu transaksi dimana trader membeli aset dan menjualnya dalam rentang waktu satu hari.
Pada jenis transaksi ini, trader akan melakukan pembelian dan penjualan suatu aset dalam selisih per jam.
Contohnya adalah, seorang trader akan membeli Bitcoin pada pukul 08.00 dan menjualnya pada pukul 21.00.
Jenis transaksi ini umumnya dilakukan oleh investor ritel, namun terdapat beberapa institusi yang juga melakukan transaksi ini.
Keuntungan yang umumnya didapatkan dari jenis transaksi ini relatif memuaskan untuk trader ritel.
Selain itu, cara ini juga menjadi salah satu yang umum akibat dapat mengakomodir trader yang menjadikan kegiatan trading sebagai pekerjaan paruh waktu.
Ketiga adalah Swing Trading dimana trader membeli dan kemudian menjual asetnya dalam jangka waktu beberapa hari.
Jangka waktu beberapa hari yang dimaksud dapat mencapai tiga hingga lima hari, dan dalam waktu tersebut trader tidak mengubah posisi transaksinya.
Trader ritel dan institusional umumnya sangat berkecimpung di jenis transaksi ini akibat keuntungan yang relatif besar.
Namun dalam swing trading, keuntungan yang besar juga dapat disandingkan dengan kerugian yang besar.
Sehingga dalam jenis transaksi ini, umumnya manajemen risiko menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan.
Baca juga: Minimalisir Kerugian Trading Bitcoin Dengan Manajemen Risiko Trading
Walau manajemen risiko digunakan dalam semua transaksi, hal tersebut menjadi penting di swing trading akibat panjangnya jangka waktu terutama jika menggunakan aset derivatif.
Transaksi ini relatif cocok untuk ritel akibat dapat mengakomodir trader yang memiliki pekerjaan.
Untuk institusi, umumnya trader tersebut akan membeli di Hari Senin dan menjual di Hari Jumat atau sebaliknya, karena menyesuaikan dengan jam kerja.
Keempat adalah Position Trading dimana trader membeli asetnya kemudian menyimpannya dan menjual setelah beberapa pekan atau beberapa bulan.
Jenis transaksi ini umumnya dilakukan oleh trader institusional seperti trader dari perusahaan hedge fund atau manajer aset keuangan.
Position trading umumnya dilakukan dengan menggunakan aset asli atau transaksi spot karena dianggap lebih aman.
Namun terdapat beberapa institusi yang menggunakan kontrak derivatif tradisional dengan waktu kedaluwarsa.
Tujuannya adalah untuk hedging atau menjaga kekayaan dari klien atau dana yang dikelola oleh trader tersebut.
Tapi strategi tersebut memiliki risiko yang tinggi dan umumnya hanya dilakukan oleh trader handal.
Secara keseluruhan jenis transaksi di pasar crypto relatif sama dengan jenis transaksi di pasar keuangan lain.
Jadi trader atau investor juga dapat memanfaatkan pengalaman yang dimiliki di aset keuangan lain.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.