Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
NFT · 6 min read
Pada Januari 2023 lalu, Casey Rodarmor meluncurkan protokol Ordinal yang memungkinkan user menambahkan ‘NFT’ pada transaksi Bitcoin, yang selanjutnya komunitas kripto menyebut Ordinal NFT.
Tidak perlu waktu lama semenjak dirilis sudah ada lebih dari 160 ribu Ordinal NFT tercetak per 23 Februari 2023, menurut data dari Dune. Bahkan berdasarkan akun bot twitter Ordinal Punk, terdapat Ordinal NFT yang terjual seharga 9,5 BTC atau sekitar Rp3,5 miliar.
Sebenarnya apa itu Ordinal, dan apa perbedaannya dengan NFT? Artikel ini membahas lengkap tentang Ordinal dari berbagai poin.
Ordinal adalah protokol yang dibuat oleh seorang software engineer Casey Rodarmor, yang secara resmi meluncurkan program di mainnet Bitcoin pada 21 Januari 2023, yang memungkinkan pembuatan ‘NFT’ pada jaringan Bitcoin.
User dapat menyisipkan file berupa gambar, video, dan audio layaknya NFT secara unik ke setiap satoshi melalui transaksi pada jaringan Bitcoin. Satoshi adalah satuan terkecil Bitcoin yakni 1 satoshi = 0,00000001 BTC.
Selanjutnya, komunitas kripto menyebut file atau data yang diunggah ke jaringan Bitcoin ini sebagai Ordinal NFT. Di sisi lain, Rodarmor lebih memilih untuk menyebutnya sebagai Inscription atau dalam dokumen Ordinal ia menyebutnya sebagai digital artefact.
Sekilas terlihat bahwa Ordinal NFT atau digital artefact seperti yang disebut Rodarmor, sama seperti NFT yang sudah dikenal secara umum. Nyatanya keduanya mirip namun memiliki perbedaan mendasar.
Ordinal bersifat kekal dan tidak dapat diubah maupun dihapus setelah diunggah. NFT juga bersifat kekal namun tidak semuanya. Terdapat NFT yang dapat diubah dan dihapus, terlebih lagi tidak ada cara membedakan NFT yang kekal atau tidak kecuali dengan mengaudit smart contract yang berkaitan.
Ordinal yang diunggah ke jaringan Bitcoin selalu berada on-chain dan mengambil ruang pada blok Bitcoin.
Kelebihannya, file yang diunggah lebih aman karena berada pada chain tanpa pihak ketiga. Namun kekurangannya, Ordinal akan memakan banyak ruang pada blockchain sehingga ukuran blockchain semakin besar.
Beberapa NFT contohnya pada Ethereum berada on-chain, tapi banyak disimpan off-chain pada platform seperti Inter Planetary File System (IPFS).
Untuk mengunggah Ordinal diperlukan transaksi satoshi secara unik. Oleh karena total peredaran Bitcoin terbatas, maka jumlah Ordinal juga akan terbatas yakni 2.100 triliun Ordinal.
NFT memang sering dikatakan sebagai unik dan langka, dimana pernyataan ini benar jika mengacu pada sebuah koleksi NFT. Akan tetapi, jumlah NFT tidak terbatas sebab siapapun dapat melakukan minting NFT.
Langkah pertama dalam pembuatan Ordinal yakni user mengunduh Bitcoin Core dan menyinkronkan node ke blockchain. Perlu diperhatikan bahwa untuk menjalankan node, maka harus tersedia penyimpanan sebesar lebih dari 400 GB untuk menyimpan salinan blockchain Bitcoin.
Setelah sinkronisasi selesai, langkah selanjutnya adalah membuat wallet Ordinal dan mengirimkan beberapa satoshi ke dompet tersebut. Wallet Bitcoin yang mendukung Ordinal antara lain: Ordinal Wallet, Xverse, Hiro, dan Sparrow Wallet.
Jika besar penyimpanan menjadi masalah, maka pembuatan Ordinal dapat melalui pihak ketiga seperti Gamma.
Melalui platform ini, Ordinal dapat dibuat layaknya seperti NFT biasa yakni mengunggah file dan membayar biaya layanan. Dengan demikian, user tidak perlu untuk menjalankan node.
Hadirnya Ordinal pada jaringan Bitcoin berpotensi menaikkan jumlah transaksi Bitcoin dan meningkatkan jumlah wallet baru. Hal ini dikarenakan adopsi Ordinal yang terbilang baru sehingga menarik banyak orang untuk mencobanya, layaknya euporia NFT.
Pasca rilisnya Ordinal, tercatat Bitcoin mencapai transaksi harian tertinggi dalam 2 tahun terakhir yakni 369.337 transaksi harian pada 9 Februari 2023.
Pada awal NFT naik daun, komunitas kripto sangat antusias terhadap NFT karena sebagian dari mereka sukses dalam perdagangan NFT dan menghasilkan cuan.
Disisi lain, peran marketplace NFT yang mendukung transaksi secara desentralisasi sangat vital, sebab tanpa marketplace tentu tidak ada transaksi NFT yang aman dan praktis.
Ordinal bisa menjadi contoh awal-awal masa NFT, dimana saat ini per Februari 2023, belum ada marketplace terdesentralisasi yang melayani perdagangan Ordinal.
Jika pernah mendengar tentang penjualan Ordinal, maka semua transaksi yang terjadi adalah secara over the counter (OTC) atau transaksi secara manual tatap muka, bahkan ada yang melakukannya secara online.
Hal ini juga menjadi peluang kejahatan siber karena transaksi yang tidak terikat kontrak desentralisasi layaknya marketplace NFT, maka rawan penipuan.
Dengan adanya Ordinal dan kebutuhan akan platform marketplace akan sangat diperlukan sehingga mendorong developer untuk membuat platform perdangan Ordinal yang terdesentralisasi.
Selain marketplace, peluang lainnya adalah platform pembuat Ordinal. Membuat Ordinal bisa jadi tidak bisa dilakukan oleh semua orang sebab menjalankan node Bitcoin memerlukan penyimpanan yang cukup besar.
Adanya platform pembuat Ordinal dapat membantu mereka yang ingin memiliki Ordinal dan tentunya dapat menarik keuntungan dari biaya layanan yang dibayarkan.
Bitcoin memang dianggap sebagai raja kripto selama bertahun-tahun, di sisi lain komunitas kripto beranggapan bahwa usecase dari Bitcoin hanya sebagai metode transfer dan pembayaran.
Hadirnya Ordinal mendapat sambutan baik dari sebagian komunitas kripto. Ordinal dianggap sebagai usecase lain yang dapat dimiliki Bitcoin, layaknya NFT pada Ethereum.
Salah satu crypto twitter, Dan Held (@danheld) menyatakan bahwa Ordinal memberikan usecase finansial terhadap Bitcoin. Ia juga menambahkan bahwa kemungkinan spam transaksi bukan disebut spam selama membayar fee.
Akan tetapi, Ordinal juga menimbulkan kontra terutama masalah biaya untuk menjalankan node Bitcoin. Ordinal diletakkan secara on-chain pada jaringan Bitcoin menyebabkan ukuran blockchain semakin besar. Dengan demikian, menjalankan node menjadi lebih mahal terutama untuk upgrade hardware.
Selain itu, jika Ordinal menjadi booming seperti NFT maka jaringan Bitcoin akan menjadi sibuk dan peningkatan fee transaksi akan terjadi. Ini tentu baik untuk miner, namun tidak baik untuk pengguna jaringan Bitcoin.
Baca juga: Protokol NFT Ordinals di Ekosistem Bitcoin Memicu Pro-Kontra
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.