14 Tahun Hold Bitcoin, Whale Ini Mulai Lepas 11.000 BTC Bernilai Rp21 Triliun

Sebuah data on-chain terbaru mengungkap bahwa seorang whale Bitcoin yang pertama kali membeli BTC pada 2011 telah melepaskan seluruh kepemilikannya senilai sekitar US$1,3 miliar atau Rp21,7 triliun.

Menurut data Arkham Intelligence pada Kamis (20/11/2025), whale tersebut dikaitkan dengan nama Owen Gunden, salah satu trader Bitcoin paling awal yang sebelumnya diyakini masuk jajaran tiga orang terkaya di industri kripto.

Baca juga: Trader Nilai Bitcoin Sulit Tembus US$200.000, Target Realistis di 2029

Dugaan Aksi Jual

Arkham mencatat bahwa selama bertahun-tahun Gunden beberapa kali memindahkan dananya, tetapi aktivitas tersebut meningkat tajam dalam sebulan terakhir. Salah satu transaksi terbesar adalah pemindahan lebih dari US$344 juta ke exchange terpusat Kraken.

Menurut Arkham, rangkaian perpindahan dana itu mengindikasikan bahwa Gunden kemungkinan besar telah menjual seluruh 11.000 BTC miliknya. Meski begitu, Arkham menegaskan bahwa aset yang sudah masuk exchange tidak dapat dilacak lebih lanjut. Ada kemungkinan Gunden sekadar menitipkan asetnya atau ingin mengakses fitur staking untuk mendapatkan yield tambahan.

Namun, jika seluruh perpindahan dana sejak akhir Oktober itu benar-benar merupakan penjualan, Arkham memperkirakan total nilai yang dicairkan mencapai US$1,3 miliar.

Selama 14 tahun menahan Bitcoin, nilai kekayaan Gunden bergerak mengikuti siklus pasar kripto. Pada 2021, saat bull market memuncak, kepemilikannya sempat bernilai US$936 juta, sebelum anjlok menjadi US$209 juta ketika bear market 2022 terjadi.

Pada 10 Juli 2025, ketika harga Bitcoin berada di kisaran US$115.000, Arkham memperkirakan Gunden memegang sekitar US$1,4 miliar dalam wallet yang dapat dilacak, menjadikannya orang kripto terkaya ketiga setelah Satoshi Nakamoto dan Justin Sun.

Namun per 12 November 2025, setelah mulai memindahkan dana ke Kraken, estimasi nilai on-chain kepemilikannya turun menjadi US$561 juta, menempatkannya di posisi kedelapan pemilik kripto terbesar.

Baca juga: Bitcoin Berpotensi Terkoreksi ke US$75.000, Namun Analis Lihat Peluang Rebound Akhir Tahun

Penjualan Terjadi di Tengah Koreksi Bitcoin

Aksi ini berlangsung ketika pasar sedang mengalami koreksi tajam. Menurut CoinGecko pada Jumat (21/11/2025), harga Bitcoin telah turun 31% menjadi US$85.400, dari rekor tertinggi US$126.080 yang dicapai sebulan sebelumnya. Penurunan ini memicu kekhawatiran baru mengenai potensi dimulainya fase bear market.

Adapun, level saat ini menjadi yang terendah sejak April 2025, ketika pasar global sempat terguncang oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang memicu kepanikan investor.

Salah satu pemicu utama penurunan ini berasal dari perubahan sikap The Federal Reserve yang kembali menunjukkan pendekatan hawkish, dengan pernyataan terbaru menegaskan bahwa inflasi masih terlalu tinggi sehingga pemangkasan suku bunga kemungkinan ditunda.

Pudarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga membuat pelaku pasar mulai mengurangi eksposur terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin. Ketidakpastian makro ini memicu tekanan jual yang lebih besar dan mempercepat koreksi BTC di pasar spot maupun derivatif.

Baca juga: Bitcoin Ambruk ke US$86.000, Tiga Faktor Ini Jadi Pemicu