Vietnam Berhasil Ungguli Indonesia dalam Adopsi Kripto

Vietnam menjadi negara di kawasan Asia Tenggara di mana adopsi kripto tumbuh subur. 

Berdasarkan data dari Chainalysis 2023, negara sosialis ini meraih peringkat ketiga dalam adopsi kripto global tertinggi dan pertama untuk kawasan Asia Tenggara. Ini jelas mengungguli Filipina (6), Indonesia (7), dan Thailand (10).

Peningkatan adopsi kripto di Vietnam ini juga diamini oleh Mai Ngo, Manager Regional SEA untuk Gate.io.

Diwawancarai secara eksklusif di acara South East Asia Blockchain Convention 2024 (10/13), Ia mengatakan, “Saya pikir wilayah Asia Tenggara akan jadi tempat yang paling aktif di pasar ini, utamanya Vietnam. Dua tahun berturut-turut negara ini ada di peringkat pertama adopsi kripto global.”

Menurut Ngo faktor yang membuat adopsi kripto di Vietnam tinggi adalah antusiasme seputar NFT dan game play to earn. Ia juga menekankan bagaimana masyarakat negara ini tahu cara mengembangakan game telah menjadi faktor pendukung lainnya.

Dalam sebuah survei hampir 70,2% responden terlibat di GameFi, 73,7% di token non fungible (NFT), dan 54,9% untuk SocialFi .Vietnam juga menjadi salah satu negara dengan sumber daya developer yang melimpah. 

Melansir dari Tech Funding News, negara ini diketahui memiliki lebih dari 400.000 insinyur perangkat lunak yang terampil dan sekitar satu juta pekerja TI di sektor teknologi.

Tercatat Vietnam telah memiliki 3.800 proyek terkait blockchain, 200 dana modal ventura, dan 100 dana inkubasi proyek untuk mendukung startup di negara tersebut. 

Faktor-faktor lain seperti hampir 70% masyarakat Vietnam tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan tradisional dan penggunaan kripto untuk mengirim uang dengan cara yang lebih murah dan mudah turut menyumbang tingginya adopsi kegunaan kripto di wilayah ini. 

Baca juga: SEABC 2024 Vietnam Dorong Ekosistem Kripto Asia Tenggara

Vietnam Masih Tertinggal dalam Regulasi

Kendati demikian, Vietnam masih tertinggal dari Indonesia mengenai regulasi. Menurut Ngo dalam hal regulasi Vietnam perlu belajar banyak dari Indonesia. 

“Indonesia sekarang sudah mempunyai regulasi dan lebih terbuka bagi pengguna kripto, bahkan Indonesia mempunyai bursa kripto lokal, hal ini cukup membuat saya takjub. Vietnam dapat belajar dari apa yang telah dilakukan Indonesia untuk diterapkan pada operasional dan peraturan yang sedang disiapkan,” kata Ngo. 

Pada 2024, Vietnam belum mengakui kripto sebagai komoditas atau alat pembayaran. Hal ini menyebabkan transaksi kripto berlangsung bebas tanpa aturan yang mengikat, namun juga membuat investor Vietnam tidak terlindungi saat melakukan transaksi atau investasi kripto berisiko.

“Kerangka hukum untuk kripto belum diputuskan di Vietnam, itulah sebabnya pasarnya lebih terbuka dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, perusahaan memanfaatkan waktu ini untuk memperluas operasinya. Namun, saya kira aturannya akan segera terbit,” ungkap Ngo.

Sementara itu, Indonesia sudah memiliki regulasi cukup jelas dengan memberikan legalitas terhadap 545 aset kripto dan menyediakan ekosistem kripto lengkap terdiri dari bursa, kliring, depositori, dan pedagang aset kripto. Legalitas kripto di Indonesia ini juga melahirkan pajak kripto yang dapat memberikan sumbangan kas bagi negara.

Baca juga: Bappebti Rilis 545 Aset Kripto Legal di Indonesia, Ini Daftar Token yang Baru Masuk!