Berita Altcoins · 6 min read

Tether Kembalikan Dana Hilang Hingga 1 Juta USDT

Tether, penyedia stablecoin terbesar di ekosistem mata uang crypto saat ini, menjadi bahan perbincangan dalam komunitas crypto, karena sistemnya yang masih menggunakan sistem terpusat.

Hal ini bertepatan dengan langkah CTO Tether, Paolo Ardoino, mengembalikan koin Tether dengan jumlah sekitar 1 juta USD kepada sekelompok trader Tiongkok yang telah mengirimkan USDT ke alamat yang salah.

Pengembalian Dana USDT kepada Trader

Dana sebesar 1 Juta USD hilang setelah sekelompok pengguna anonim DeFi Tiongkok mengirimkan dana ke alamat contract terjait dengan Swerve Finance, sebuah platform fork dari Curve Finance. Alamat target menerima beberapa stablecoin sebagai langkah untuk menggunakan protokol pertukaran stablecoin berbasis DeFi. Namun, ternyata trader tidak mendapatkan Tether sebagai gantinya.

Setelah itu terdapat konfirmasi bahwa token yang sudah masuk ke dalam protokol Swerve Finance tidak dapat dikeluarkan. Kemudian, Tether “membekukan” alamat tersebut, mencabut kemampuan pengiriman dan peneriman Tether ke alamat tersebut dan memastikan tidak ada token/koin lain yang masuk kemabli ke sirkulasi tersebut. 

Baca juga: Tether Memindahkan 8% Total USDT dari Tron ke Ethereum

Perdebatan Sistem Terpusat di Komunitas

Langkah dari Tether tersebut sebenarnya merupakan bentuk “tanggung jawab” kepada para trader dan membuka sudut pandang baru terkait sistem terpusat. Hal ini membuat perdebatan di komunitas crypto. Pasalnya, aksi tersebut menunjukan bahwa Tether bersifat terpusat dan sama sekali tidak terdesentralisasi. 

Di lain sisi, banyak orang juga yang berpendapat sentralisasi tidak selamanya buruk. Jika dilihat dari kasus ini, stablecoin Tether merupakan aset digital yang dipatok kepada aset lain dengan nilai dolar AS. Pembuatan stablecoin ini untuk mencegah perubahan harga besar pada keseluruhan mata uang crypto. Ini membuat nilainya sangat berpengaruh pada mata uang crypto lainnya. Apalagi nilai edar saat ini mencapai 14 miliar USD dan 2 miliar USD dalam nilai gabungan opsi stablecoin lainnya, seperti USDC.

USDC, stablecoin berbasis USD dari Coinbase dan Circle juga menggunakan sistem terpusat dan memiliki kemampuan memblokir alamat agar tidak bertransaksi menggunakan USDC jika diperlukan.

Baik Tether dan Center, berkerja sama juga dengan petugas penegak hukum untuk melacak aktivitas ilegal menggunakan stablecoin mereka. Jika ada aktivitas yang terlihat mencurigakan, dapat dipastikan akan ada pemblokiran pada alamat tersebut. 

Kemampuan pemblokiran dan pengembalian dana ini sebenarnya bertentangan dengan etos kerja desentralisasi. Tetapi tentunya, kasus di atas membuka sudut pandang baru terkait sisi positif dari sistem terpusat. 

Informasi ini dapat dibaca kembali di sini

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Anisa Giovanny

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.