Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Bitcoin · 6 min read
Penelitian terbaru dari Outlier Ventures mengungkapkan bahwa peristiwa Bitcoin halving, yang sebelumnya dipercaya sebagai pendorong utama kenaikan harga Bitcoin, kini tidak lagi memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan harga aset kripto terbesar di dunia tersebut.
Bitcoin halving merujuk pada menurunnya reward tiap blok Bitcoin yang diterima miner menjadi setengah dari sebelumnya. Peristiwa halving terakhir yang terjadi pada 20 April 2024 memangkas reward tiap blok dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Secara historis, hal ini dianggap dapat meningkatkan harga Bitcoin karena menurunnya suplai Bitcoin baru.
Baca juga: 5 Fakta Seputar Bitcoin Halving 2024 yang Perlu Kamu Tahu!
Namun dalam laporan yang dirilis pada 3 September, Jasper De Maere, Research Lead dari Outlier Ventures, pengaruh peristiwa halving terhadap harga Bitcoin semakin berkurang sejak tahun 2016. Sejak saat itu, reward blok yang diterima oleh para miner Bitcoin semakin kecil dan tidak lagi dianggap signifikan dalam pasar kripto yang kini dianggap telah lebih matang dan terdiversifikasi.
Adapun De Maere menyoroti bahwa kinerja pasar kripto pasca halving tahun ini merupakan yang terburuk dalam sejarah Bitcoin. Hingga 5 September, harga Bitcoin yang saat ini berkisar di level US$57.000 masih berada sekitar 10% di bawah harga saat halving terakhir, yakni sekitar US$63.800.
Baca juga: Produksi Mining Bitcoin Berkurang 40% Pasca Halving
Menurut laporan tersebut, pergerakan harga Bitcoin kini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kondisi ekonomi makro global. Misalnya, kinerja pasar yang kuat pasca halving 2020 lebih disebabkan oleh lonjakan modal besar-besaran setelah pandemi COVID-19.
“Kinerja pasar BTC yang kuat setelah halving 2020 adalah kebetulan karena bertepatan dengan periode suntikan modal global yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana Amerika Serikat sendiri meningkatkan jumlah uang beredar (M2) sebesar 25,3% pada tahun itu,” tulis De Maere.
Selain itu, De Maere menyoroti bahwa peluncuran ETF Bitcoin spot di AS pada Januari memiliki dampak yang lebih besar terhadap harga Bitcoin dibandingkan dengan halving. Ia menunjukkan bahwa ada perbedaan sekitar 29% dalam kinerja harga Bitcoin selama periode 100 hari setelah peluncuran ETF dibandingkan dengan kinerja harga setelah halving.
“ETF adalah katalis yang didorong oleh permintaan, sedangkan halving adalah katalis yang didorong oleh penawaran. Kedua faktor ini tidak saling eksklusif, namun jika halving masih relevan, kita seharusnya melihat pergerakan harga yang signifikan di belakang kedua katalis ini,” tambahnya.
De Maere kemudian menyimpulkan bahwa meskipun Bitcoin halving mungkin masih memiliki dampak psikologis bagi para pemegang jangka panjang, pengaruhnya terhadap pasar semakin berkurang. Ia menyarankan agar pelaku pasar lebih fokus pada faktor ekonomi makro yang lebih besar, alih-alih terus mengandalkan siklus empat tahunan yang kini dianggap kurang efektif.
Baca jgua: Harga Bitcoin Alami Volatilitas Tinggi di Tengah Kondisi Ekonomi Makro Global
Sementara itu, trader Peter Brandt menyoroti bahwa Bitcoin membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai rekor harga tertinggi baru pasca halving terakhir.
Dalam sebuah postingan di X pada 3 September, Brandt mencatat bahwa sejak halving tahun ini, harga Bitcoin belum berhasil melampaui level tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada Maret 2024, yakni US$73.800, yang telah mengecewakan banyak investor.
“Siklus saya dimulai dari titik terendah bearish sebelumnya (November ’22). Saya memperhatikan bahwa harga tertinggi dalam siklus yang dimulai pada Maret ’24 belum berhasil ditembus, dan bahkan rekor tertinggi dari siklus bull sebelumnya dalam basis inflasi masih utuh,” jelasnya.
Kendati demikian, Brandt menegaskan bahwa ini tidak berarti Bitcoin sedang dalam tren penurunan permanen, melainkan pasar sedang mencari momentum untuk kembali ke tren kenaikan yang lebih kuat.
Baca juga: Harga Bitcoin Berpotensi Anjlok ke Level US$40 Ribu Gara-gara Ini!
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.