
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Industri · 6 min read
Sebuah operasi penegakan hukum internasional berskala besar berhasil membongkar jaringan perdagangan narkoba berbasis pasar gelap atau darknet yang terlibat dalam krisis fentanyl global.
Dalam keterangan resmi pada Kamis (22/5/2025), Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) mengumumkan bahwa operasi bertajuk Operation RapTor ini menghasilkan penyitaan lebih dari US$200 juta atau setara Rp3,2 triliun dalam bentuk uang tunai dan aset digital, serta penangkapan 270 tersangka di 10 negara.
Operasi ini dipimpin oleh tim gabungan DOJ, Joint Criminal Opioid and Darknet Enforcement (J-CODE), bekerja sama dengan Europol dan sejumlah lembaga internasional. Negara-negara yang terlibat dalam penggerebekan meliputi Austria, Brasil, Prancis, Jerman, Belanda, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.
Dalam keterangannya, DOJ menyebutkan bahwa barang bukti yang disita mencakup lebih dari dua ton narkoba, 144 kilogram zat yang mengandung fentanyl, 180 senjata api, serta ratusan juta dolar dalam aset kripto. Ini menjadi penyitaan terbesar sepanjang sejarah inisiatif J-CODE, yang sejak didirikan pada 2018 memang ditujukan untuk membongkar jaringan kriminal berbasis internet yang memperdagangkan opioid.
Sejumlah pelaku utama dalam jaringan ini telah ditangkap dan dijerat hukum. Salah satunya adalah Behrouz Parsarad, warga negara Iran yang didakwa atas pengoperasian Nemesis Market, sebuah darknet untuk opioid. Parsarad juga masuk dalam daftar sanksi Departemen Keuangan AS melalui OFAC sebagai bagian dari inisiatif J-CODE.
Selain itu, Rui-Siang Lin mengaku bersalah atas dakwaan konspirasi narkoba, pencucian uang, dan penjualan obat-obatan ilegal setelah mengelola Incognito Market, salah satu marketplace narkoba terbesar di internet.
Baca juga: Pemerintah AS Transfer Bitcoin Bernilai Rp64,2 Miliar yang Disita dari Pengedar Narkoba
Operasi ini menggarisbawahi meningkatnya peran aset kripto dalam ekosistem perdagangan narkoba global. Laporan Chainalysis mengungkapkan adanya hubungan finansial langsung antara kartel narkoba Meksiko dan pemasok prekursor fentanyl asal Tiongkok. Transaksi dilakukan melalui stablecoin seperti USDT.
Dalam laporan terpisah, TRM Labs menemukan bahwa 97% pemasok bahan kimia di Tiongkok menerima aset kripto sebagai metode pembayaran, memperkuat argumen bahwa stablecoin telah menjadi infrastruktur penting dalam jaringan perdagangan gelap lintas negara.
Baru-baru ini, Telegram berhasil menghentikan operasi Haowang Guarantee, sindikat kriminal kripto terbesar di Asia yang disebut oleh Elliptic sebagai pasar gelap berbasis kripto paling aktif di dunia. Platform ini terlibat dalam pencucian dana senilai lebih dari US$27 miliar, serta menyediakan identitas palsu dan alat penipuan industri yang mengeksploitasi korban di dalam scam compound.
Baca juga: Telegram Tutup Jaringan Marketplace Kripto Ilegal Terbesar Asal Kamboja
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.