Irene Umar Ceritakan Pengalaman Membuat Guild Game

Game blockchain dan NFT dengan mekanisme Play to Earn mulai menjamur di industri. Game ini merupakan cara untuk mendapatkan uang dengan menyelesaikan berbagai tantangan di permainan.

Game tersebut umumnya membutuhkan investasi awal dalam bentuk crypto atau NFT untuk bisa dimainkan.

Contohnya Axie Infinity di paruh kedua 2021, saat itu seseorang membutuhkan kurang lebih $600 untuk bisa membeli tiga hewan Axie sebagai syarat untuk bermain dalam game. 

Dalam beberapa kasus hal tersebut bisa menjadi penghambat untuk sebagian pemain yang memilik modal terbatas. Karena itu dibutuhkan solusi untuk mengatasi hambatan ini, yang berusaha dijawab oleh mekanisme guild.

Guild game adalah sekelompok individu yang mengelola aset GameFi yang terdesentralisasi sambil mengaktifkan model ekonomi. NFT atau aset lain yang dimiliki oleh perkumpulan atau investor lain dipinjamkan ke pemain lain, sistem guild akan memberikan imbal hasil yang sesuai dengan syarat dan ketentuan.

Salah satu guild game terkemuka di dunia adalah YGG, yang pada kuartal pertama 2022 memiliki 29.548 scholarship  dengan hampir 90.000 aset bekerja di seluruh metaverse.

Untuk memperluas ekosistemnya, YGG juga memiliki SubDao yang diluncurkan pada 2021 dengan fokus wilayah di Asia Tenggara bernama YGG SEA. 

Pada festival kripto terbesar di Asia, Coinfest Asia 2022, Co-Founder and Indonesia Country Manager YGG SEA, Irene Umar pun berbagi pandangannya soal membangun guild game.

“ Ketika membangun guild kita harus sabar, karena berhadapan dengan komunitas, kita juga harus sabar mengajarkan membuat wallets, discord, cara bermain gamenya, dan sebagainya.

Sementara terkait dengan guild management, menurut Irene diperlukan puluhan sampai ratusan google sheets yang bisa juga dilakukan secara manual, namun ia mengingatkan jika data semakin banyak maka penggunaan alat diperlukan untuk memudahkan pekerjaan.

Irene juga mengatakan dalam membuat guild game harus tetap menganut prinsip gunakan uang yang sanggup dihilangkan, dan berani mencoba agar mengetahui seperti apa hasilnya.

“ Lakukan saja, ada kemungkinan 50% sukses dan jadi unicorn tapi ada juga kemungkinan gagal, tapi kita dapat ilmunya, pola pikir yang seperti ini menurut saya akan memudahkan,” ujarnya.

Saat ini YGG Sea diketahui telah memiliki lebih 15.000 scholar yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapore, Vietnam dan Thailand.

YGG SEA juga berfokus untuk mendukung game play-to-earn yang dikembangkan secara lokal dan memperoleh aset game yang secara unik sesuai dengan kebutuhan dan minat basis pemain SEA. 

Baca juga: YGG SEA Berhasil Ubah Kondisi Finansial Scholar

Optimis Guild dan GameFi Bisa Memiliki Dampak Luas

Irene Umar pun optimis jika suatu saat guild game dan GameFi ini akan memiliki dampak luas bagi perkembangan ekonomi, khususnya di Asia Tenggara.

Ia mengambil contoh kasus Esports yang dulu hanya bisa dimainkan segelintir orang namun kini sudah berkembang dan masuk ke berbagai kalangan, bahkan sudah dipertimbangkan sebagai profesi menguntungkan.

“ Esports pada awalnya hanya pekerjaan pemain profesional, tapi sekarang ia bisa membuka banyak pekerjaan lainnya, ke depannya menurut saya metaverse juga akan seperti itu, akan banyak talenta yang dibutuhkan, dan di situ YGG SEA hadir” katanya. 

YGG SEA menurutnya akan memberikan peluang bagi para pemain yang selama ini masih memiliki hambatan masuk ke dunia game, dalam proses ini guild game tersebut akan memberikan edukasi kepada para pemain dari semua kalangan.

Baca juga: Cara Bergabung di YGG SEA untuk Hasilkan Uang di Game Play to Earn