Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Analisis · 5 min read
Bitcoin berhasil bertahan di atas $17.000 setelah Dollar AS kembali menunjukan penurunan nilai terlihat dari indeks dollar DXY yang kembali mencatatkan nilai terendahnya terhitung semenjak awal November 2022.
Per 5 Desember 2022, 1 USD setara dengan Rp15.440 yang dimana pada bulan lalu sempat menyentuh Rp15.740 per USD.
Indeks DXY secara garis besar memiliki korelasi negatif dengan harga Bitcoin dimana ketika DXY mengalami penurunan, harga Bitcoin cenderung menguat.
Per 5 Desember 2022 pukul 18.23 WIB, Bitcoin diperdagangkan pada harga $17,316.06 , mengalami kenaikan +6,85% dalam sepekan terakhir.
Jika dilihat dari timframe tinggi yakni 1 hari, Bitcoin terlihat dalam tren turun, tetapi jika dibandingkan dengan pergerakan pada bear market 2018 setelah bullrun 2017, Bitcoin mengalami sideway hingga bulan Maret dan kemudian tren berbalik menjadi tren naik.
Kemudian harga Bitcoin di tanggal yang sama yakni 5 Desember 2018 dibandingkan harga teringgi Bitcoin pada 2017 mengalami penurunan -81,3%. Sementara per 5 Desember 2022, Bitcoin mengalami penurunan -75,0% dibandingkan harga tertingginya pada tahun 2021.
Baca juga: Harga Bitcoin Sentuh $17.000, FTM dan DOGE Naik Signifikan
Jika mempertimbangkan pola harga sebelumnya, kemungkinan besar nilai terendah Bitcoin sudah dekat dan bersiap untuk membalik tren di tahun berikutnya.
Kesamaan lainnya pada bull-bear market sebelumnya adalah biaya mining (mining cost) yakni biaya operasional yang dikeluarkan miners untuk menambang bitcoin.
Dilansir dari MacroMicro, per 5 Desember 2022 sudah di atas harga Bitcoin saat ini yakni biaya rata-rata sebesar $20.315 per harga Bitcoin $17.314.
Ternyata kejadian ini juga terjadi pada tanggal yang sama di tahun 2018 dimana mining cost saat itu adalah $4.395 sedangkan harga Bitcoin saat itu adalah $3.753.
Ketika mining cost lebih besar daripada harga Bitcoin, maka miners mengalami kerugian dan cenderung keluar dari jaringan Bitcoin. Biasanya setelah hal ini terjadi, harga Bitcoin akan mengalami peningkatan dan miners akan profitable kembali.
Dari pertimbangan di atas, maka kemungkinan terjadinya rebound Bitcoin pada 2023 cukup besar dan kemungkinan terjadi setelah Maret 2023.
Berdasarkan Fibonacci Retracement pada timeframe 1 hari, terbentuk kemungkinan harga terendah Bitcoin yakni pada $11.570. Jika skenario mirip dengan bull-bear market sebelumnya, maka Bitcoin akan mengalami rally harga ke $24.420 dan mencapai puncak rally di harga sekitar $32.000.
Baca juga: CEO Ark Invest Prediksi Bitcoin 1 Juta US Dollar di 2030!
Artikel ini hanya bentuk riset dan pertimbangan dalam trading. Kejadian historis masa lalu hanya dirujuk sebagai pertimbangan untuk membangun riset dan tidak ada jaminan untuk terulang kembali di masa mendatang.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.