Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Bitcoin · 6 min read
Pada tanggal 5 Agustus, pasar kripto mengalami penurunan yang signifikan, dengan Bitcoin (BTC) turun 10% dari US$58.350 menjadi US$52.500 dalam waktu kurang dari dua jam.
Saat artikel ini dibuat, harga BTC telah menanjak kembali ke level US$54.000. Namun tetap tercatat mengalami penurunan 11% dalam 24 jam terakhir.
Penurunan mendadak ini menandai pertama kalinya BTC diperdagangkan di bawah US$55.000 sejak Februari. Demikian pula, Ether (ETH) juga anjlok, turun 21% ke level terendah US$2.291.
Menurut data CoinGlass, 208.200 trader mengalami likuidasi dengan total nilai kumulatif lebih dari US$800 juta atau setara dengan Rp12,8 triliun, dengan 90% merupakan posisi long.
Baca juga: Harga Bitcoin Alami Volatilitas Tinggi di Tengah Kondisi Ekonomi Makro Global
Penurunan tajam harga Bitcoin disebabkan oleh kombinasi ketidakpastian ekonomi makro dan ketegangan geopolitik.
Analis menunjuk pemilihan umum AS, fluktuasi suku bunga, dan tensi geopolitik di Timur Tengah yang kian memanas sebagai pendorong utama volatilitas pasar.
Dilansir dari Decrypt, Rich Rosenblum, salah satu pendiri perusahaan perdagangan GSR, menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut secara kolektif telah menyebabkan lonjakan likuidasi pasar.
“Jika terjadi keruntuhan makro atau geopolitik, mirip dengan Maret 2020, kita cenderung melihat kripto menanggung bebannya, karena ini bukan permainan yang memiliki keyakinan tinggi dari sebagian besar ‘turis’ yang telah memasuki pasar tahun lalu,” katanya.
Pembaruan ekonomi makro, seperti angka penggajian yang lebih rendah dari perkiraan dan pergerakan saham yang signifikan, menambah tekanan pada pasar. Selain itu, pergerakan Jump Crypto sebesar ratusan juta dolar dalam aset kripto di tengah investigasi CFTC semakin membuat investor takut.
Pemilihan presiden AS juga menambah ketidakpastian, dengan Wakil Presiden Kamala Harris unggul dalam jajak pendapat melawan Donald Trump yang pro-kripto, meningkatkan kekhawatiran tentang kebijakan kripto di masa mendatang.
Penurunan ini juga terjadi bertepatan dengan aksi jual tajam di pasar saham Jepang, dengan indeks Nikkei 225 turun sebesar 7,1%. Hal ini disebabkan oleh keputusan Bank Jepang untuk menaikkan suku bunga.
Baca juga: Harga Bitcoin Berpeluang Sentuh US$100 Ribu di Akhir 2024
Meskipun pasar sedang menurun, beberapa analis melihat ini sebagai peluang pembelian yang potensial. Ryan McMillin, kepala investasi di Merkle Tree Capital, mencatat bahwa harga Bitcoin saat ini dapat dilihat sebagai titik terendah dari kisaran lima bulannya, yang menghadirkan kondisi pembelian yang menguntungkan.
Baca juga: 7 Cara Manajemen Risiko dalam Trading Kripto
Rich Rosenblum menambahkan bahwa peningkatan pencetakan uang sebagai respons terhadap tantangan ekonomi dapat membuat Bitcoin lebih menarik bagi investor.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.