
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Hack dan Scam · 7 min read
Industri kripto kembali dibayangi gelombang serangan siber. Sepanjang kuartal pertama 2025, total kerugian akibat peretasan kripto tercatat lebih dari US$1,63 miliar atau lebih dari Rp27 triliun.
Menurut laporan PeckShield, jumlah ini melonjak tajam 131% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana kerugian hanya mencapai US$706 juta. Serangan terhadap exchange Bybit menjadi insiden paling menonjol sekaligus penyumbang kerugian terbesar, yakni sekitar 92% dari total nilai tersebut. Peretasan ini disebut-sebut sebagai salah satu pencurian aset kripto terbesar sepanjang sejarah industri.
Pada Januari 2025 saja, kerugian akibat peretasan mencapai lebih dari US$87 juta. Namun lonjakan signifikan terjadi pada Februari, dengan nilai kerugian melejit menjadi US$1,53 miliar, mayoritas disumbang oleh insiden Bybit.
Di samping Bybit, PeckShield melaporkan bahwa total kerugian dari insiden kripto lainnya pada bulan tersebut mencapai US$126 juta. Salah satu yang paling mencolok adalah peretasan terhadap platform Infini, dengan nilai kerugian mencapai US$50 juta.
Selain itu, protokol zkLend kehilangan dana sebesar US$9,5 juta, dan Ionic harus menanggung kerugian senilai US$8,5 juta akibat serangan eksploitasi.
Baca juga: Korea Utara Jadi Negara Pemegang Bitcoin Terbesar Ketiga Pasca Hack Bybit
Setelah gelombang peretasan besar di Februari, jumlah kerugian akibat peretasan kripto mengalami penurunan drastis pada Maret 2025. PeckShield melaporkan bahwa total dana yang dicuri bulan lalu hanya sekitar US$33 juta, turun 97% dibanding bulan sebelumnya.
Salah satu insiden terbesar yang terjadi pada bulan tersebbut termasuk erangan terhadap protokol DeFi Abracadabra.Money yang terjadi pada 25 Maret. Dalam insiden ini, peretas berhasil menguras sekitar 6.260 Ether atau senilai US$13 juta dari kontrak pintar milik protokol tersebut.
Serangan besar lainnya terjadi pada protokol restaking Real-World Asset (RWA), Zoth. Pada 21 Maret, perusahaan keamanan siber Cyvers mendeteksi aktivitas mencurigakan di dompet milik Zoth, di mana seorang peretas menarik dana sebesar US$8,4 juta. Dana tersebut segera dikonversi menjadi stablecoin dan dipindahkan ke alamat lain.
Di tengah gelombang peretasan ini, Maret juga mencatat fenomena pengembalian dana oleh peretas. Pada 7 Maret 2025, seorang peretas yang telah mencuri US$5 juta dari decentralized exchange (DEX) 1inch, memutuskan untuk mengembalikan sebagian besar aset curiannya.
Setelah eksploitasi terhadap kerentanan smart contract di platform tersebut, pihak 1inch menawarkan imbalan 10% sebagai bug bounty senilai sekitar US$500.000 kepada pelaku, dengan syarat dana sisanya dikembalikan. Menanggapi tawaran ini, peretas tersebut mengembalikan dana senilai US$4,5 juta ke 1inch.
Baca juga: 5 Pencurian Kripto Terbesar Sepanjang Sejarah
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.