Berita Blockchain · 8 min read

Blockcircle Ungkap Strategi Alpha Hunting untuk Membaca Peluang Pasar Kripto

blockcircle
Coinvestasi Ads Promo - Advertise

Dunia kripto sangat dinamis, bergerak super cepat, dan selalu aktif 24 jam. Trader tidak hanya mencari coin yang naik, tetapi juga menemukan peluang dengan risk–reward terbaik sebelum menjadi arus utama.

Proses ini disebut alpha hunting, yaitu upaya mencari momen ketika data, narasi, dan timing selaras untuk memberikan potensi profit di atas rata-rata pasar, bukan sekadar FOMO. Agar tidak menjadi tebak-tebakan, alpha hunting membutuhkan dua fondasi utama: mindset disiplin dan tools yang mampu memilah sinyal berkualitas dari kebisingan.

Artikel ini merangkum metode praktis yang dijelaskan CEO Blockcircle, Basel Ismail, tentang bagaimana proyeknya mengejar peluang sejak tahap pra-tokenisasi sampai setelah token masuk ke exchange besar. Penekanannya ada pada manajemen risiko dan validasi data.

Tangkapan layar “BLOCKCIRCLE ALTCOIN MARKET SCORECARD (AMS)” yang menampilkan daftar metrik seperti BTC Dominance Weak, ETH/BTC Strength, Stablecoin Dominance Weak, perbandingan altcoins vs indeks saham, serta ringkasan Bullish/Neutral/Bearish Count dan “Altcoin Score”. Sumber: Blockcircle

Baca juga: Mengenal Fitur Alpha Hunter Blockcircle untuk Investasi Kripto

Apa Itu “Crypto Alpha” dan Kenapa Sulit Ditemukan?

Alpha adalah performa yang lebih unggul dan terukur dibanding pasar. Satu dekade lalu, aktivitas kripto masih sangat terpusat atau banyak terjadi di centralized exchange (CEX). Kini, ranah on-chain justru membuka akses ke ribuan peluang baru, tetapi juga menghadirkan banyak risiko seperti rug pull, pump and dump, honeypot, kontrak berbahaya, dan hot wallet rentan.

Tantangannya bukan lagi sekadar menemukan satu proyek menjanjikan, tetapi menyaring ratusan ribu peluncuran token lintas lebih dari 30 blockchain setiap hari.

Untuk membantu menavigasi kondisi ini, Blockcircle memetakan peluang ke dalam tiga fase terstruktur yang bisa diikuti oleh pemula maupun profesional.

Pra-Tokenisasi

Dalam fase ini, kamu mulai aktif menggunakan ekosistem atau protokol sejak sangat dini, sebelum mereka memiliki token tetapi sudah menunjukkan potensi airdrop di masa depan. Fokusnya adalah benar-benar menggunakan produk mereka secara riil, seperti bridging, swap, staking, atau mencoba fitur inti protokol, sambil memperlakukan semua ini sebagai proses belajar, bukan sekadar spam transaksi demi airdrop.

    Agar rapi dan mudah dievaluasi, catat aktivitasmu: kapan mulai, protokol apa yang dipakai, berapa volume transaksi, dan alamat wallet yang digunakan. Contohnya blockchain baru seperti Monad atau Abstract dan aplikasi yang dibangun di atasnya. Secara sederhana, kamu sengaja “hadir duluan” sebelum token resmi dirilis.

    Pasca-Tokenisasi (Baru Rilis)

    Dalam fase kedua, token baru diluncurkan dan umumnya pertama kali diperdagangkan di DEX. Di momen ini banyak trader mulai tertarik, tetapi tugas utama justru menyaring proyek mana yang layak diperhatikan. Singkatnya, pada tahap ini para trader melakukan “cek kesehatan” dasar sebelum mempertimbangkan entry.

    Fokus utama fase ini adalah melakukan penyaringan cepat namun tetap sistematis. Cek kondisi likuiditas apakah dikunci atau dibakar, lihat distribusi holder, pergerakan whale, kemudian meniru alur audit dasar dengan tools seperti TokenSniffer, RugCheck, Honeypot, dll. Targetnya adalah membuang secepat mungkin proyek yang berisiko.

    Pasca-Listing (CEX)

    Pada tahap ini, token mulai terdaftar di berbagai centralized exchange secara bertahap. Dimulai dari futures market atau exchange kecil, lalu bergerak ke exchange tier-3 dan tier-2, hingga akhirnya terdaftar di platform besar seperti Binance atau Coinbase. Setiap pengumuman listing baru sering memicu pergerakan harga yang kuat.

      Hal penting yang perlu diperhatikan adalah mengambil posisi berdasarkan perhitungan yang jelas, bukan ikut terpancing oleh orang lain. Pahami dengan baik urutan listing, atur ukuran posisi sesuai risiko dan likuiditas, serta selaraskan keputusan entry–exit dengan kondisi market. Dengan pendekatan yang disiplin, proses listing bertahap menjadi sumber peluang risk–reward yang menarik, bukan sekadar FOMO.

      Baca juga: 3 Top Platform Prediction Market Kripto di 2025

      Menemukan Momen “Hijau” dengan Market Scorecard

      Sebelum mulai berburu altcoin, pastikan kondisi makro pasar kripto sedang mendukung. Blockcircle merangkum 11 metrik utama dalam Altcoin Market Scorecard (AMS) untuk menentukan suasana pasar, antara lain:

      • M1: BTC Dominance Weak → Dominasi BTC melemah memberi ruang bagi altcoin untuk bergerak.
      • M2: ETH/BTC Strong → ETH menguat terhadap BTC, menandakan rotasi awal ke aset di luar BTC.
      • M3: BTC/USD Strong → Struktur harga BTC terhadap USD berada dalam kondisi kuat dan mendukung risk-on.
      • M4: Alts/BTC Strong → Pasangan altcoin terhadap BTC menunjukkan kekuatan, sinyal rotasi lebih luas.
      • M5: Small Alts/BTC Strong → Kenaikan mulai terlihat pada small caps vs BTC, biasanya fase lanjutan dari rotasi sehat.
      • M6: Stablecoin Dominance Weak → Dominasi stablecoin menurun, indikasi dana keluar dari “parkiran” menuju aset berisiko.
      • M7: Stablecoin Inflow Strong → Arus masuk stablecoin meningkat, menyediakan “bahan bakar” untuk pasar risk-on.
      • M8: DXY Weak → Penguatan dolar melemah, kondisi global lebih ramah untuk aset berisiko termasuk kripto.
      • M9: Crypto vs Russell 2000 Strong → Kripto mengungguli indeks saham mid–small cap AS, menandakan risk appetite meningkat.
      • M10: Crypto vs S&P 500 Strong → Kripto outperform indeks saham besar AS, mengonfirmasi momentum aset berisiko.
      • M11: Crypto vs Nasdaq Strong → Kripto mengalahkan performa Nasdaq, menunjukkan kekuatan relatif di sektor teknologi berisiko tinggi.

      Saat skor AMS menunjukkan bullish count tinggi, berburu alpha jadi jauh lebih masuk akal. Namun jika indikator masih merah, strategi bijak adalah defensif: mengurangi posisi berisiko, fokus pada aset dengan likuiditas kuat, atau sementara waktu memilih menunggu.

      Gambar di atas menampilkan contoh tampilan skor AMS ala Blockcircle (bergaya terminal) dengan stempel waktu, daftar metrik, serta agregasi bullish/neutral/bearish. Tujuannya edukatif: membantu menentukan kapan agresif dan kapan menahan diri.

      Pra-Tokenisasi: Cari Nilai Sebelum Token Ada

      • Pilih ekosistem prioritas: chain baru yang serius teknologinya dan aktif membangun.
      • Interaksi bernilai: gunakan dApp inti, bridge, jalankan transaksi nyata yang masuk akal (bukan spam).
      • Catat & buktikan: simpan tx hash, tanggal, dan aktivitas untuk klaim airdrop di masa depan.
      • Etika & keamanan: hindari sybil/otomasi berlebihan yang melanggar ketentuan proyek.

      Ini bukan jaminan airdrop, namun expected value bisa positif jika dilakukan sistematis.

      Pasca-Tokenisasi: Saring 100 Proyek Jadi 3 atau 4

      Tahap ini membutuhkan daftar pengecekan sederhana yang membantu menyaring ratusan proyek menjadi beberapa kandidat paling layak. Hal yang harus diperhatikan:

      • Likuiditas: cek kedalaman orderbook/LP. Hindari slippage ekstrem.
      • Kepemilikan & distribusi: top holder terlalu terkonsentrasi? ada bundling mencurigakan?
      • Kualitas volume: deteksi wash trading.
      • Kontrak & izin: mint/burn/blacklist? trading disable?
      • Narasi & eksekusi: tim, roadmap, komunitas, shipping cadence.

      Fokusnya bukan entry cepat, tetapi menyingkirkan proyek yang berisiko. Dari ratusan token baru, biasanya hanya 3–4 yang lolos seleksi dan angka ini sudah sangat baik.

      Baca juga: Mengenal Blockcircle, Platform Analitik Blockchain untuk Trader dan Investor Kripto

      Pasca-Listing: Manfaatkan “Rantai” Pengumuman

      Blockcircle memantau token yang akan dan sudah listing di puluhan exchange. Pola umum:

      1. Derivatives/futures niche
      2. CEX tier-3/2
      3. CEX tier-1
      4. Coinbase/Binance

      Setiap loncatan sering menjadi pemicu harga (tidak selalu, tetapi secara probabilitas menarik saat scorecard hijau).

      Strateginya:

      • Tetapkan entry plan berbasis event, bukan FOMO.
      • Ukur position size dan pasang stop yang realistis.
      • Ambil profit bertahap, jangan berharap garis lurus.

      Tools & Komunitas: Menggabungkan Otomasi dan Otak Manusia

      Blockcircle membangun Alpha Hunter untuk menelan arus data lintas 50+ chain, menandai fake volume, perilaku whale, liquidity lock, hingga cabal rate. Namun, alat hanyalah alat. Keunggulan nyata lahir dari:

      • Post-mortem rutin untuk belajar dari salah/benar
      • Kurasi komunitas yang berani mengkritik
      • Dokumentasi proses

      Risk Management: Aturan Main yang Tidak Boleh Dilanggar

      • Likuiditas dulu: mulai dari aset/ekosistem yang kedalaman pasarnya kuat.
      • Ukuran posisi: kecilkan size di fase eksplorasi, besarkan hanya setelah bukti.
      • Exit rule: lebih baik take profit terlalu dini daripada terlambat; gunakan trailing bila perlu.
      • Diversifikasi yang benar: jangan kumpulkan token dengan korelasi identik.
      • Catatan transaksi: bukti dan data membuat Anda berkembang, bukan vibes.

      Ringkasan yang Mungkin Bisa Dieksekusi

      • Pasang dashboard sederhana: BTC.D, Stablecoin.D, ETH/BTC, ALT/BTC, dan relative strength kripto vs indeks saham.
      • Pilih 1–2 ekosistem pra-tokenisasi untuk dieksplor (dengan transaksi riil yang masuk akal).
      • Buat watchlist rilis baru (GeckoTerminal → New Pools) dan jalankan linting dasar (RugCheck, TokenSniffer, Honeypot).
      • Nyalakan alert pengumuman listing CEX besar.
      • Tulis playbook masuk/keluar beserta ukuran posisi. Uji kecil, ulangi yang berhasil.

      Alpha di 2025 bukan soal “menangkap semua”, tetapi soal kerangka yang konsisten: membaca konteks makro (scorecard), memilih jalur (pra-tokenisasi, rilis baru, atau pasca-listing), menguji cepat, dan disiplin mengelola risiko. Dengan begitu, kamu tidak hanya ikut hiruk-pikuk, tapi kamu membangun edge yang bisa dipertanggungjawabkan.

      Baca juga: Blockcircle Kenalkan Momentum Trading Engine untuk Tingkatkan Akurasi Trading Otomatis

      Coinvestasi Ads Promo - Advertise

      Disclaimer

      Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

      Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

      Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

      author
      Blockcircle Indonesia

      Editor

      arrow

      Terpopuler

      Loading...
      Coinvestasi Ads Promo - Advertise
      Loading...
      Loading...
      Loading...
      Loading...

      #SemuaBisaCrypto

      Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

      Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.