Bitwise: Prediksi Bitcoin Tembus US$200.000 di Akhir 2025 Masih Relevan

Meski ketegangan perdagangan global terus meningkat akibat tarif impor Amerika Serikat, manajer aset Bitwise tetap mempertahankan prediksi bullish-nya terhadap harga Bitcoin di akhir 2025.

Dalam sebuah unggahan blog pada Rabu (9/4/2025), Chief Investment Officer Bitwise, Matt Hougan, menyatakan bahwa proyeksi harga Bitcoin mencapai US$200.000 pada akhir tahun ini masih sangat mungkin tercapai.

“Pada Desember lalu, kami memproyeksikan bahwa Bitcoin akan menutup tahun di angka US$200.000. Saya masih yakin itu bisa terjadi,” ujarnya.

Baca juga: Bitcoin Melesat 8% Usai Donald Trump Tunda Kenaikan Tarif Impor

Pemerintahan Trump Justru Bisa Jadi Angin Segar untuk Bitcoin

Hougan menyoroti kebijakan tarif dagang dari Presiden AS Donald Trump sebagai salah satu faktor yang bisa memperkuat posisi Bitcoin. Ia menjelaskan bahwa pemerintahan Trump secara terang-terangan menginginkan dolar AS yang lebih lemah, bahkan jika harus mengorbankan perannya sebagai mata uang cadangan dunia.

Ia merujuk pada pidato Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Steve Miran, yang sebelumnya mengkritik status dolar AS sebagai mata uang cadangan global. Menurut Miran, dominasi dolar telah menciptakan “distorsi nilai tukar yang terus-menerus” dan menyebabkan “defisit perdagangan yang tidak berkelanjutan” sehingga menghancurkan industri manufaktur AS.

Hougan menjelaskan bahwa pelemahan dolar bisa berdampak signifikan terhadap Bitcoin, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

“Dalam jangka pendek, pelemahan dolar historisnya berkorelasi positif dengan penguatan Bitcoin. Dolar turun, Bitcoin naik, dan saya rasa pola ini akan terus berlanjut,” jelas Hougan.

Menurut TradingView, indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, telah turun lebih dari 7% sejak awal 2025.

Dalam jangka panjang, Hougan melihat adanya potensi pergeseran sistem keuangan global. Ketika kepercayaan terhadap dolar sebagai mata uang cadangan melemah, negara maupun korporasi kemungkinan akan mencari alternatif lain yang lebih stabil seperti emas dan Bitcoin.

“Stabilitas adalah alasan utama mengapa dunia menggunakan dolar dalam perdagangan internasional. Jika stabilitas itu terganggu, mereka akan mencari alternatif,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa dunia akan bergerak dari sistem cadangan tunggal menuju sistem cadangan yang lebih terfragmentasi, di mana aset keras seperti Bitcoin dan emas akan memainkan peran yang lebih besar.

Pada Rabu (9/4/2025), Trump mengumumkan penangguhan sementara selama 90 hari terhadap hampir seluruh tarif balasan yang sebelumnya telah ia umumkan. Namun, tarif dasar 10% tetap diberlakukan untuk semua negara, kecuali Tiongkok yang dikenakan tarif sebesar 125%.

Di sisi lain, trader dan analis kripto Will Clemente juga memberikan pandangan optimis. Dalam unggahan di platform X, ia menyebut bahwa “Bitcoin akan menjadi kuda tercepat” yang keluar dari fase penurunan ini.

“Bitcoin adalah cerminan murni dari likuiditas dan tidak bergantung pada pendapatan. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan tren deglobalisasi, Bitcoin justru bisa mendapat angin segar,” tulis Clemente.

Coming out of this drawdown, likely post-intervention, I feel strongly that Bitcoin will be the fastest horse.

It's a pure reflection of liquidity and no earnings, if anything, economic uncertainty/deglobalization are positive for Bitcoin.

Feeling marginally more bullish. pic.twitter.com/67o2kHBJgk

— Will (@WClementeIII) April 9, 2025

Hingga saat ini, Bitcoin tercatat naik 5% dalam 24 jam terakhir menjadi US$81.700. Meskipun masih terkoreksi sekitar 32% dari rekor tertingginya pada 20 Januari lalu, tren ini dianggap masih sejalan dengan pola koreksi di siklus bull market sebelumnya.

Baca juga: Bitcoin Ambruk ke US$78.000 Gegara Ini!