Berita Bitcoin · 6 min read

5 Faktor Pemicu Bitcoin Ambruk ke Level US$89.000

bitcoin
Coinvestasi Ads Promo - Advertise

Bitcoin (BTC) kembali terseret ke zona merah dan mencatat penurunan terdalam dalam tujuh bulan terakhir. Aset kripto terbesar di dunia ini sempat jatuh hingga menyentuh level US$89.000, sekaligus menandai pelemahan signifikan dalam sepekan terakhir.

Menurut data CoinMarketCap pada Selasa (18/11/2025), harga Bitcoin terpantau turun lebih dari 4% dari kisaran US$95.000 menuju titik terendah baru di US$89.700. Ini merupakan level terendah sejak April 2025, tepat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif impor ke sejumlah negara yang memicu kekhawatiran pasar global.

Grafik harian BTC/USD. Sumber: CoinMarketCap

Koreksi ini membuat kapitalisasi pasar Bitcoin tergelincir ke bawah US$1,8 triliun. Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto juga merosot sekitar 5% menjadi US$3,07 triliun.

Ethereum (ETH) ikut tertekan dan turun ke sekitar US$3.000 setelah melemah hampir 5% dalam 24 jam. Aset utama lainnya seperti XRP, BNB, dan Solana (SOL) juga mencatat penurunan antara 3% sampai 4% dalam periode yang sama.

Baca juga: Bitcoin Kian Tertekan, Hapus Kenaikan Tahunan di Tengah Sentimen Ketakutan Ekstrem

Likuidasi Besar-besaran di Derivatif Kripto

Koreksi tajam ini memicu gelombang likuidasi besar pada pasar derivatif, terutama pada posisi long yang bertaruh pada kenaikan harga. Data CoinGlass menunjukkan total likuidasi harian mencapai US$948 juta, dengan lebih dari US$661 juta berasal dari posisi long pada Bitcoin dan Ethereum.

likuidasi kripto harian. Sumber: CoinGlass

XRP dan Zcash (ZEC) justru mengalami dominasi likuidasi dari sisi short, menandakan tekanan yang terjadi tidak sepenuhnya satu arah.

Indeks Fear and Greed kripto juga turun drastis ke level 11 dari 100 yang menandakan pasar berada dalam kondisi ketakutan ekstrem. Skor ini merupakan yang terendah sejak Februari, memperlihatkan meningkatnya kehati-hatian investor.

Indeks Fear and Greed kripto. Sumber: Alternative.me

Baca juga: Pemegang Klaim IQ Tertinggi Dunia Prediksi Bitcoin Tembus US$220.000 dalam 45 Hari

Apa Penyebab Utama Penurunan Harga Bitcoin?

Penurunan tajam Bitcoin dalam sepekan terakhir tidak hanya dipicu faktor teknikal, tetapi juga kombinasi tekanan makro dan sentimen pasar yang memburuk. Kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang diikuti dengan efek akibat shutdown pemerintah AS kembali memicu kekhawatiran inflasi dan terus menekan likuiditas, membuat pelaku pasar cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko, termasuk aset kripto.

Di saat yang sama, ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed melemah sehingga pasar membaca bahwa likuiditas tidak akan longgar dalam waktu dekat.

Di sisi arus dana, aliran masuk ke ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat yang sebelumnya menyerap puluhan miliar dolar AS kini hampir berhenti dalam dua pekan terakhir, menurut data Farside Investors. Arus dana ETF yang cenderung keluar ini mengurangi permintaan baru dari institusi yang sebelumnya menjadi salah satu pendorong utama reli harga Bitcoin sepanjang awal tahun.

Tekanan juga datang dari luar pasar kripto. Koreksi tajam pada saham teknologi dan perusahaan terkait AI seperti Google, Microsoft, hingga Nvidia mendorong pergeseran sikap investor ke mode risk-off. Banyak pelaku pasar memilih mengurangi posisi di aset berisiko secara luas, termasuk kripto, untuk mengamankan portofolio mereka dan beralih ke aset lindung nilai seperti emas.

“Penurunan yang terjadi pada aset digital saat ini mencerminkan pergerakan risk-off yang lebih luas akibat bertemunya berbagai tekanan makro. Pasar sedang menyesuaikan kembali ekspektasi likuiditas karena semakin kecilnya peluang pemangkasan suku bunga pada Desember. Sentimen ini semakin diperburuk oleh efek penularan risk-off dari koreksi sektor AI yang menyebar ke seluruh aset berisiko,” ujar Juan Leon, Senior Investment Strategist di Bitwise, seperti dikutip dari Decrypt.

Secara teknikal, kegagalan Bitcoin bertahan di atas level support US$93.000 dan penurunan di bawah rata-rata pergerakan 200 hari memunculkan sinyal bearish berupa death cross antara MA 50 hari dan MA 200 hari. Sinyal ini memperkuat narasi koreksi jangka menengah dan membuat banyak trader semakin defensif.

Baca juga: Bitcoin Dekati Death Cross usai Koreksi 25%, Akankah Pola Bottom Terulang?

Coinvestasi Ads Promo - Advertise

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dilla Fauziyah

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Ads Promo - Advertise
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.