Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Harga · 8 min read
Analis sebut bahwa terdapat tiga alasan mengapa Ethereum masih bisa naik lebih tinggi dari harganya saat ini. Walau saat ini sedang mengalami koreksi, diprediksi bahwa Ethereum dapat mencapai harga tertinggi barunya di daerah $2.000 atau sekitar Rp28,2 Juta.
Setelah jatuh sekitar 27% dalam tiga hari, harga Ethereum (ETH) menyentuh batas bawahnya sekitar $1.040 pada 22 Januari 2021. Koreksi ini mendorong tekanan likuidasi kontrak future sekitar $600 Miiar.
Namun di saat yang bersamaan harga ETH justru naik menyentuh harga tertinggi barunya bersama Bitcoin yang masih berkonsolidasi. Menurut Cointelegraph TVL atau dana yang terkunci dan volume transaksi di sektor DeFi menjadi penyebabnya.
Baca juga: Habis ATH, Ethereum Langsung Koreksi, Saatnya Beli?
Perlu diingat, peningkatan dalam penarikan dana atau likuidasi di beberapa bursa yang terjadi bersamaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti staking, yield farming, dan cold storage atau penyimpanan crypto secara offline.
Umumnya menurut salah satu teori, saat penarikan dana atau likuidasi berhubungan dengan akumulasi oleh pemain besar atau whale. Teori ini terbukti pada gerakan yang terjadi saat 23 Januari 2021 dimana mayoritas bursa sentralisasi atau DeX menyentuh jumlah persediaan ETH terendahnya sejak 2018.
Data ini juga terikat dengan jumlah dana yang terkunci (TVL) di DeFi yang mencapai $26 Miliar yang merupakan jumlah tertingginya. Akibatnya, terdapat tanda bahwa ada kesempatan keuntungan yang lebih tinggi di luar bursa tersentralisasi (DeX) yang membuat adanya tekanan beli baru di luar sehingga harga terdorong naik.
Dengan mengukur perbedaan antara pasar futures atau berjangka dan pasar spot, tingkat bullish atau apresiasi pasar dari suatu aset dapat diukur.
Kontrak berjangka kurun waktu 3 bulan umumnya memiliki perbedaan sekitar 6% hingga 20% lebih tinggi atau premium dibandingkan pasar spot. Saat kondisi ini tidak dipenuhi atau bahkan berubah negatif, umumnya harga aset tersebut akan turun.
Di sisi lain, perbedaan sekitar 20% ke atas menandakan bahwa terdapat leverage yang berlebihan dari pembeli aset. Jika ini terjadi terdapat kemungkinan lebih tinggi untuk terjadi likuidasi besar yang berujung depresiasi.
Grafik di atas menunjukkan premium telah memuncak pada 6,5% 19 Januari 2021 yang berarti 38% secara tahunan. Kondisi ini dianggap sebagai overbought atau dorongan beli yang berlebihan yang menandakan individu memerlukan harga yang lebih tinggi agar untung.
Baca juga: Mendalami Hubungan Pasar Future dan Spot Bitcoin
Saat terjadi kondisi overbought di pasar derivatif dalam jangka waktu yang cukup panjang, umumnya menjadi pertanda kecil bahwa harga akan turun. Untuk memitigasi risiko, individu sering kali membeli aset yang mendasari kontrak (ETH) saat leveragenya berlebihan di masa apresiasi.
Saat ini pasar sudah menyesuaikan setelah Ethereum mengalami koreksi yang cukup signifikan. Premium saat ini berada di 4,5% atau 28% secara tahunan. Akibat kondisi premium saat ini, terdapat pertanda bahwa apresiasi harga Ethereum di pasar spot masih berpotensi terjadi.
Selain melihat kontrak futures, umumnya volume pada pasar spot juga memperkuat analisis. Jika naik, terdapat tanda bahwa kondisi perdagangan sedang aktif.
Pekan lalu, Ethereum mengalami rata-rata volume harian sebesar $6,1 Miliar yang walau masih jauh dari $12,3 Miliar saat menyentuh harga tertingginya di 11 Januari 2021, kondisinya masih lebih tinggi dari Bulan Desember 2020.
Oleh karena itu, kondisi perdagangan pada harga tertinggi barunya di $1.477 potensi menandakan pergerakan yang positif. Untuk melengkapi analisis, individu dapat melihat perbedaan posisi jual dan beli dalam pasar spot, perpetual, dan futures dari beberapa bursa.
Rasio perbedaan posisi dari Binance dan Houbi memperlihatkan rasio sebesar 0,83 dan 0,94 dalam 30 hari terakhir. Secara keseluruhan terdapat rata-rata 0,85 yang menandakan sentimen negatif.
OKEx menjadi bursa yang memiliki rasio 2,0 yang memihak pada posisi jual dalam awal 22 Januari 2021 dan terlihat menurun menuju 1,05 di 24 Januari 2021. Tapi tekanan jual yang terjadi secara cepat dihilangkan saat koreksi terjadi dan terjadi dorongan beli di daerah dip yang membuat indeks berubah menjadi 1,17.
Perlu diingat bahwa arbitrage desks dan market makers tidak hanya berpengaruh besar pada harga namun pada indeks tersebut. Selain itu, premium yang tinggi antara pasar future dan spot umumnya membuat nasabah bursa melakukan posisi jual di pasar futures dan posisi beli di pasar spot.
Mengingat saat ini data memperlihatkan adanya penimbunan oleh whales bersama premium yang terlihat aman, kondisi pasar terlihat masih dapat terus naik. Mengingat OKEx juga melakukan pembelian saat koreksi dapat menandakan adanya potensi apresiasi lebih tinggi.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.