Linkedin Share
twitter Share

Ekonomi · 5 min read

Saham Blue Chip dan Bedanya dengan Crypto

Saham Blue chip

Saham blue chip adalah istilah yang sering digunakan saat mengenal pasar saham. Istilah ini mengacu pada chip dengan nilai tertinggi yang digunakan saat bermain poker.

Istilah blue chip digunakan pertama kali oleh Oliver Gingold, seorang karyawan Dow Jones, indeks saham terbesar di Amerika, pada Tahun 1923.

Saat itu ia merujuk pada beberapa saham yang nilainya tinggi relatif terhadap harga pasar, dan istilah tersebut dipakai hingga saat ini. Namun saat ini istilah Blue Chip telah digunakan untuk mendeskripsikan aset keuangan utamanya saham. .

Kategori Saham Blue Chip

Untuk saham dikategorikan sebagai sebuah saham Blue chips, umumnya terdapat beberapa ciri yang harus dipenuhi. Di antaranya adalah sebagai berikut: 

Kapitalisasi Pasar

Kapitalisasi pasar yang besar mencerminkan jumlah investor atau dana yang ada pada saham tersebut. Sebab rumus dari kapitalisasi pasar adalah harga dikali jumlah saham beredar.

Semakin tinggi harga umumnya berarti semakin banyak permintaan, dan semakin tingginya permintaan juga berarti semakin banyak investor di dalamnya.

Volume dan Likuiditas

 Kedua hal ini terkait dengan jumlah transaksi dan juga kemudahan saham tersebut untuk diperdagangkan. Semakin mudah saham untuk diperdagangkan, semakin tinggi volumenya, yang menandakan permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut cukup tinggi.

Lama Perusahaan

Semakin lama umur perusahaan maka bisa  menjadi pertanda bahwa perusahaan tersebut telah stabil. Semakin unggul produknya, menandakan bahwa perusahaan tersebut menguntungkan. Dengan kedua kondisi tersebut, kekuatan perusahaan telah teruji dan terbukti mampu melewati berbagai krisis dengan baik. 

Saham yang Termasuk Saham Blue Chip

Di Indonesia, saham Bluechip adalah sebutan untuk saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 atau IDX30. Hal tersebut dikarenakan indeks LQ45 dan IDX30 merupakan saham yang kuat, memiliki kapitalisasi besar, volume dan likuiditas tinggi, serta kondisi perusahaan yang sehat.

Umumnya kategori tersebut diisi dengan saham perusahaan negara (BUMN) dari berbagai sektor, namun beberapa saham swasta juga masuk ke daftar tersebut.

Saham Bluechip di Indonesia 2021 yang paling dikenal dan sering menjadi pilihan adalah saham perbankan seperti Bank BNI (BBNI), Bank Mandiri (BMRI), Bank BRI (BBRI), dan Bank BCA (BBCA).

Kemudian ada saham Unilever Indonesia (UNVR), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan Astra Internasional (ASII) juga masuk ke kategori tersebut. Saat ini saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dengan keuntungan serta memberikan dividen yang cukup menarik adalah BBCA. 

Baca juga: Simpan Bitcoin dan 5 Saham Ini Selama 4 Tahun, Ternyata Segini Untungnya!

Beda Saham Blue Chip dengan Saham Gorengan

Di pasar saham, perlu diketahui bahwa terdapat tiga kategori saham berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Di antaranya adalah sebagai berikut. 

Saham Blue Chip atau First Liner 

Ini adalah saham dengan kapitalisasi pasar besar, kapitalisasi pasar saham blue chip umumnya berada di 10 Triliun Rupiah ke atas, second liner di 500 Miliar hingga 10 Triliun, dan third liner di bawah 500 Miliar. 

Saham Second Liner

Saham ini  umumnya lebih aman untuk dijadikan aset investasi jangka panjang, namun investor perlu melakukan analisis secara mendalam untuk memilih saham yang tepat. 

Saham Third Liner

Saham kategori ini umumnya yang berkapitalisasi rendah dan investor yang ingin investasi jangka panjang seringkali menghindari saham jenis ini. Hal ini disebabkan kapitalisasi pasarnya yang kecil dan membuat harganya dapat mudah dimanipulasi.

Karena itu saham jenis ini seringkali disebut sebagai saham gorengan, sebuah saham yang harganya seringkali dikendalikan oleh pihak tertentu yang disebut sebagai “bandar”.

Saham gorengan ini umumnya dimanfaatkan untuk trading, sebab pergerakannya yang tiba-tiba naik dan turun secara signifikan dan seringkali disebabkan oleh manipulasi. Akibat sifat tersebut, jarang pihak yang mau investasi di dalamnya yang membuat kapitalisasi pasarnya kecil.

Dengan kapitalisasi pasar yang kecil, volume transaksinya juga relatif kecil. Karena hal tersebut maka likuiditas atau kemudahan untuk menjual dan membelinya menjadi lebih kecil. 

Contoh saham gorengan yang ada di pasar saham saat ini adalah saham yang harganya relatif berada di bawah Rp500 seperti BKSL,TRU, WOWS, KOIN, VINS, INCI, dan beberapa saham lain yang juga jarang terdengar. Saham jenis ini biasanya hanya untuk mendapatkan pemasukan dalam jangka pendek.

Beda Crypto dan Saham Blue Chip

Perbedaan yang paling terlihat dari crypto dan saham blue chip adalah dari sisi fundamental. Di saham fundamental umumnya menggunakan analisis laporan keuangan dan perusahaan sedangkan crypto mengarah pada penerbit proyek dan teknologinya.

Selain fundamental ada juga soal volatilitas, di mana pergerakan saham relatif lebih stabil dari sisi persentase. Hal ini membuat  crypto lebih berisiko, namun perlu diingat semakin tinggi risiko, semakin tinggi potensi keuntungan dan semakin tinggi potensi keuntungan sebuah aset, maka potensi kerugiannya juga lebih tinggi.

Jadi sebelum investasi di saham atau crypto ada baiknya investor melakukan edukasi diri secara mendalam sebelum membeli. Tujuannya adalah agar investor dapat berinvestasi dengan tenang dan lebih paham terhadap apa yang dibeli dengan uang pribadi.

Cara Melihat Crypto Blue Chip

Untuk melihat Crypto “Bluechip” ciri-cirinya juga relatif sama dengan Saham Bluechip. Beberapa cirinya adalah kapitalisasi pasar besar, volume dan likuiditas tinggi, umur dewasa, dan kegunaan dari token atau koin proyeknya.  

Ciri lain juga dilihat dari siapa pendiri proyek serta bagaimana teknologi di baliknya. Apakah pendirinya dapat dipercaya dan apakah teknologinya masih relevan atau tidak dengan perkembangan crypto saat ini.

Cara paling mudah untuk melihat Crypto “Blue chip” bisa melalui situs Coinmarketcap.com yang memeringkat crypto berdasarkan kapitalisasi pasar.

Makin tinggi kapitalisasi crypto umumnya menandakan banyaknya minat atau dana yang berada pada token atau koin tersebut. Semakin banyak investor umumnya semakin aman crypto, namun seleksi lebih dalam dapat dilakukan dengan melihat lagi tentang fundamental proyek tersebut.

Contoh Crypto Bluechip

Contoh crypto Blue chip yang paling umum adalah Bitcoin dan Ethereum. Kedua crypto tersebut telah terbukti mampu melewati krisis dan memiliki kegunaan yang baik bagi para investor. 

Dari sisi teknologi, keduanya terus melakukan pembaruan sehingga masih terus relevan dengan pasar crypto, walau tidak sebaru proyek baru lain.

Melihat crypto yang baik, dua crypto tersebut dapat dijadikan acuan. Namun riset dan edukasi secara mendalam perlu dilakukan sebelum membeli aset crypto blue chip.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

Topik

author
Anisa Giovanny

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.