Linkedin Share
twitter Share

Ekonomi · 8 min read

Ini Perbedaan Passive Income dari Deposito, Saham, dan Crypto!

Terdapat berbagai cara untuk digunakan sebagai sumber passive income alias pendapatan pasif. Ada dengan cara menabung dengan sistem deposito pada Bank, ada juga mendapatkan keuntungan tahunan dari aset saham, dan yang paling baru dan mutakhir adalah mendapatkan passive income dari crypto.

Lalu, apa sebenarnya perbedaan dari ketiganya ya? Mari simak penjelasan berikut di artikel Coinvestasi di bawah!

Passive Income dari Deposito

Cara mendapatkan passive income dari deposito ini sebenarnya adalah cara yang relatif cukup lama dan sudah diketahui banyak orang.

Namun, deposito ini bergantung sekali dengan faktor-faktor tertentu seperti nilai uang (terhadap inflasi yang membuat nilai uang setiap tahunnya semakin rendah), perekonomian negara (tempat deposito dilakukan), dan juga bunga/return yang dari tempat/bank deposito disimpan. 

Faktor seperti perekonomian negara menjadi faktor penting dalam mendapatkan passive income ini. Misalnya saja, terdapat beberapa negara dengan pertumbuhan ekonomi lambat atau dalam masa krisis yang justru memberlakukan negative interest (suku bunga negatif). 

Alih-alih menerima bunga (atau passive income) dari bank, justru deposan harus membayar secara teratur pada bank saat mereka menyimpan uang di bank.

Langkah ini dilakukan oleh pemerintahan suatu negara dengan maksud untuk memberikan keleluasaan kepada bank untuk meminjamkan dan mencairkan uangnya ke masyarakat sehingga perekonomian tetap bisa berjalan.

Di luar itu semua, di Indonesia sendiri, suku bunga simpanan yang ditawarkan masih berada di kisaran 5,62% hingga 7,42% per tahun dilihat dari data per Juni 2020. Selain itu, ada beberapa jenis deposito yang dapat dipilih, seperti Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan Deposito On Call.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, passive income dari deposito ini didapatkan dari bunga atau return yang ditawarkan oleh tempat pengguna menaruhkan uangnya. Biasanya return akan semakin besar jika uang yang ditanamkan juga besar.

Tunggu dulu, biasanya return ini akan dipotong pajak sesuai dengan ketentuan tempat dan negara saat deposito dilakukan. Pajak tersebut biasanya akan langsung diambil dari hasil yang didapatkan.

Passive Income dari Saham

Selain dari deposito, ada juga salah satu cara yang biasa orang lakukan untuk mendapatkan passive income, yaitu membeli saham perusahaan terbuka. 

Sebenarnya, dari mana sih passive income yang didapatkan dari saham? 

Ketika seseorang membeli saham perusahaan tertentu, berarti orang tersebut memiliki hak kepemilikan pada perusahaan tersebut. Meski jumlah atau bagian pemilik saham hanya 0,1% dari keseluruhan kapitalisasi pasar perusahaan tersebut, pemilik saham berhak menerima dividen atau pembagian hasil keuntungan pada pemegang saham.

Tidak hanya itu, pemilik saham juga dapat mendapatkan keuntungan dari capital gain dari kenaikan harga saham. Terlebih, jika seseorang memiliki saham dalam perusahaan tertentu, ia juga berhak untuk ikut Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Investasi dalam saham perusahaan terbuka, tentunya bukan hal yang mudah. Pasalnya ada risiko besar yang juga menyertainya. Misalnya saja, risiko perusahaan bangkrut, tata kelola perusahaan yang kacau yang membuat dividen ataupun capital loss, atau juga bisa dari kondisi perekonomian negara tempat saham tersebut dibeli.

Dalam investasi saham, kamu perlu mempelajari terlebih dahulu data historis perusahaan yang ingin kamu beli sahamnya. Faktor seperti potensi saham tersebut untuk dijadikan investasi jangka panjang, atau faktor sesederhana kondisi perusahaan tersebut.

Kamu sebagai pembeli saham harus cerdas dalam melihat peluang dan juga risiko dalam berinvestasi saham ini.  

Passive Income dari Crypto

Selain kedua cara di atas, ada juga yang baru-baru ini sedang booming dibicarakan orang banyak, apalagi jika bukan passive income dari mata uang crypto. 

Semakin luas pengadopsian mata uang crypto di kehidupan sehari-hari membuat para pengembang di seluruh dunia berlomba-lomba membuat crypto untuk semakin mudah digunakan.

Saat ini, banyak proyek pengembangan Decentralized Finance (DeFi) membuat sebuah sistem bernama untuk mempermudah penggunanya mendapatkan mata uang crypto tambahan hanya dengan modal mata uang crypto yang mereka miliki. Misalnya saja, sistem yield farming, atau pun staking

Jika dianalogikan secara sederhana kedua sistem ini serupa dengan sistem deposito di bank biasa, mendapatkan uang crypto dari crypto yang kamu miliki.

Namun, yield farming dan staking ini memiliki beberapa cara kerja yang berbeda. Tentunya, karena sifatnya yang terdesentralisasi, sistem-sistem ini membuat semuanya jadi serba otomatis dan tanpa perantara. Seperti, otomatisasi market dengan istilah Auto Market Maker (AMM), smart contract, dan lainnya.

Untuk mendapatkan passive income dari crypto ini, kamu harus terlebih dahulu memiliki crypto. Kamu bisa membelinya di bursa pertukaran crypto yang sudah terdaftar di BAPPEBTI.

Mulai trading Bitcoin di Pintu sekarang
Daftar Sekarang

Platform-platform Yield Farming dan Staking

Jika diteliti lebih dalam tujuan dari Yield Farming dan Staking itu hampir sama, dengan dasar pemrograman yang juga hampir sama. Namun, keduanya memiliki beberapa perbedaan mendasar. Jika Yield Farming dilakukan di atas platform Decentralized Exchange (DEX), pilihan Staking biasanya ada di bursa pertukaran terpusat alias Centralized Exchange (CEX). Kedua pilihan ini juga sebenarnya berkesinambungan, di dalam aktivitas yield farming juga ada aktivitas staking.

Kedua cara tersebut bekerja secara otomatis dan diprogram langsung melalui dasar-dasar pemrograman seperti smart contract dan lainnya.

Untuk tahu lebih lanjut mengenai Yield Farming dan Staking kamu bisa membacanya di artikel Belajar Coinvestasi! 

Cara Lain dapat Passive Income dari Crypto

Selain, Yield Farming dan juga Staking, cara untuk mendapatkan passive income dari crypto bisa juga dengan menjadi affiliate pada perusahaan crypto. 

Banyak dari perusahan tersebut yang menawarkan program-program menarik seputar affliate ini. Misalnya saja, mendapatkan komisi dengan mengajak orang lain bergabung dengan referral link yang kamu miliki. 

Tidak hanya itu saja, ada juga program-program seperti bounty dan airdrops atau acara perusahaan crypto yang memberikan crypto kepada penggunanya dengan syarat tertentu. Informasi seputar airdrops, bounty, referral atau aktivitas lainnya bisa kamu baca di halaman Free Bitcoin dari Coinvestasi. 

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

Topik

author
Naufal Muhammad

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.