Linkedin Share
twitter Share

Ekonomi · 6 min read

Mengenal BRICS dan Pengaruhnya Terhadap Bitcoin

BRICS

BRICS adalah akronim yang merujuk pada Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Mulanya, BRICS adalah sebuah gagasan penelitian yang diusung oleh peneliti Goldman Sachs. Kemudian, gagasan tersebut berkembang menjadi aliansi dagang yang memiliki pengaruh besar.

Sejarah BRICS

Istilah BRIC pertama kali dicetuskan oleh kepala ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill pada publikasi penelitiannya yang dirilis tahun 2001, berjudul “Building Better Global Economic BRICS.” Pada tahun 2006, konsep ini berkembang menjadi aliansi dagang yang melibatkan Brasil, Rusia, India, dan Cina.

Aliansi dagang BRICS melahirkan kolaborasi antara pembuat kebijakan di negara-negara tersebut dalam berbagai isu, seperti pertanian, perdagangan, kebijakan lingkungan, keamanan nasional, dan keuangan internasional.

Makalah Jim O’Neill pada 2001 memproyeksikan pertumbuhan “BRIC” dalam PDB dunia selama 10 tahun, terutama PDB China diprediksi akan tumbuh secara signifikan dan berpengaruh terhadap kebijakan fiskal dan moneter di empat negara.

Penelitian lanjutan Goldman Sachs mengenai BRIC yaitu pada tahun 2003, berjudul “Dreaming with BRICs: The Path to 2050“. Makalah ini menyebutkan bahwa negara-negara BRIC berpotensi untuk melampaui ekonomi Barat terbesar pada tahun 2039.

Istilah BRIC menjadi populer di kalangan keuangan dan ekonomi karena proyeksi dari makalah asli terbukti akurat.

Ekonomi China mengalami lonjakan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat rata-rata tahunan sebesar 10,35%. Ekonomi India juga tumbuh dengan kecepatan rata-rata 6,89% per tahun dari 2000 hingga 2009.

KTT BRIC pertama diadakan pada tahun 2009 di Yekaterinburg, Rusia. Dalam KTT Ketiga BRIC 2011, Afrika Selatan diikutsertakan dalam sehingga mengubah akronim menjadi BRICS.

Goldman Sachs membantu investor dan perusahaan untuk penelitian BRICS. Namun, pada 2015, Goldman Sachs menutup dana investasi pada BRICS dan menggabungkannya dengan dana pasar emerging markets yang lebih luas.

Pada awal 2023, BRICS diisukan akan mengurangi penggunaan dolar AS dan mengembangkan mata uang bersamanya sendiri. Dilansir dari media lokal India, pejabat Rusia mengklaim bahwa aliansi BRICS sedang berupaya menciptakan mata uangnya sendiri.

Tujuan

Tujuan BRICS adalah menghimpun sumber daya untuk proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara anggota BRICS dan pasar berkembang lainnya.

PDB BRICS vs Amerika Serikat

Menurut situs Instituto de Pesquisa Econômica Aplicada (Ipea), pertumbuhan ekonomi BRICS antara tahun 2003 dan 2007 telah memberikan kontribusi sebesar 65% terhadap ekspansi PDB global.

Dalam hal paritas daya beli, PDB BRICS pernah melampaui Amerika Serikat atau Uni Eropa. Pada 2003, BRIC menyumbang 9% dari PDB global, yang kemudian meningkat menjadi 14% pada tahun 2009.

Pada tahun 2010, PDB gabungan dari kelima negara (termasuk Afrika Selatan) mencapai US$ 11 triliun, atau 18% dari ekonomi dunia.

Gambar PDB BRICS. Sumber: Statista
Gambar PDB BRICS. Sumber: Statista

Pada tahun 2022, China memiliki PDB terbesar di antara negara-negara BRICS. Secara keseluruhan, BRICS memiliki PDB lebih dari US$26,03 triliun. PDB Amerika Serikat berkisar US$25 triliun pada tahun 2022, menurut data resmi dari Bank Dunia. PDB negara BRICS lebih tinggi sedikit dari PDB Amerika Serikat.

Gambar grafik GDP Amerika Serikat dan BRICS. Sumber: Statista.
Gambar grafik GDP Amerika Serikat dan BRICS. Sumber: Statista.

Sementara itu, PDB gabungan negara-negara G7 tahun 2022 mencapai US$43,5 triliun. Amerika Serikat berperan sebagai kontributor terbesar dalam PDB negara G7.

Negara-negara anggota G7, antara lain Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Jerman, Britania Raya, Prancis, dan Italia. PDB Brics jika dibandingkan dengan G7 hanya berkontribusi sekitar 50%.

Pengaruh Mata Uang BRICS terhadap Dolar AS

BRICS mulai meningkatkan penggunaan mata uang nasional dalam transaksi lintas batas. Meskipun pangsa pasar mata uang BRICS masih rendah dibandingkan dengan dolar AS, ada peningkatan yang signifikan dalam penggunaan beberapa mata uang BRICS.

Gambar penggunaan mata uang BRICS. Sumber: Cambridge University
Gambar penggunaan mata uang BRICS. Sumber: Cambridge University

Hasil survei Bank for International Settlements mengungkapkan, Renminbi (RMB) Tiongkok telah naik ke peringkat delapan, dalam keaktifan di perdagangan. Kemudian, diikuti oleh Rupee India di peringkat ke-16.

Menurut publikasi Cambridge University yang dirilis oleh Zongyuan Zoe Liu dan Michaela Papa, peningkatan dalam penggunaan beberapa mata uang BRICS tidak mengakibatkan penurunan pangsa pasar dolar AS.

Pangsa pasar mata uang BRICS yang relatif kecil tidak sebanding dengan bobot ekonominya yang mencakup sekitar 16 persen dari perdagangan global.

Pengaruh BRICS terhadap Bitcoin

BRICS tidak memerlukan permintaan terhadap USD, sehingga permintaan nilai tukar USD akan menurun, yang menyebabkan nilai mata uang tersebut berkurang.

Harga Bitcoin terhadap naik dan turunnya nilai USD memiliki korelasi yang cukup kuat, yang mana ketika USD menguat, harga BTC akan turun, dan ketika USD menurun, maka harga BTC menguat.

Contoh kasusnya dapat dilihat pada September 2022 lalu, USD menguat rata-rata hingga hampir 15% terhadap mata uang lainnya. Namun, pada 10 April 2023, penguatan USD hanya 2,2% yang bisa dikatakan hampir netral terhadap mata uang lainnya.

Turunnya permintaan USD juga akan memiliki pengaruh terhadap harga BTC secara langsung karena banyak pasangan perdagangan menggunakan stablecoin USD.

Gambar: Grafik DXY (candlestick) dengan grafik harga BTC (jingga)
Gambar: Grafik DXY (candlestick) dengan grafik harga BTC (jingga)

Dari gambar di atas, harga BTC memang tidak mengalami kenaikan secara intrinsik, akan tetapi penurunan nilai USD memiliki pengaruh positif terhadap harga BTC yang mengalami kenaikan.

Sementara itu, merujuk pada publikasi Coinmarketcap, pengaruh mata uang BRICS terhadap dolar AS disebut akan menimbulkan dedolarisasi yang dapat memperbesar peran Bitcoin sebagai komoditas digital maupun lindung nilai alternatif.

Baca Juga: CEO Circle Ungkap Dua Solusi Hentikan Dedolarisasi AS

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

Topik

author
Anggita Hutami

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.