Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Ekonomi · 6 min read
Dalam dunia keuangan, ada beberapa metrik yang digunakan untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Dua di antaranya adalah Debt to Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER).
Pemahaman yang baik tentang kedua rasio ini penting untuk investor, analis keuangan, dan pemilik bisnis. Artikel ini akan membahas secara mendalam konsep DAR dan DER, cara menghitungnya, serta analisis yang dihasilkan.
Debt to Assets Ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam pembiayaan aset-asetnya.
Rasio ini memberikan gambaran tentang proporsi aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. DAR dapat memberikan indikasi tentang tingkat risiko keuangan perusahaan karena semakin tinggi nilai DAR dapat menunjukkan ketergantungan perusahaan pada utang yang tinggi.
Baca juga: Mengenal Diskonto dalam Keuangan dan Ekonomi
Debt to Equity Ratio adalah rasio keuangan yang membandingkan total utang perusahaan dengan ekuitasnya.
DER mengukur seberapa besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari utang dan seberapa besar yang berasal dari ekuitas pemegang saham. Rasio ini memberikan gambaran indikasi tentang struktur modal perusahaan.
Perbedaan utama antara Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio adalah tentang apa yang diukur.
DAR mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam pembiayaan aset, sedangkan DER mengukur perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan. DAR fokus pada aset, sementara DER fokus pada sumber pendanaan.
Dalam hal interpretasi, DAR yang tinggi dapat menunjukkan ketergantungan perusahaan pada utang yang tinggi, sementara DER yang tinggi dapat meningkatkan risiko dalam hal pembayaran bunga pada long term debt atau utang jangka panjang perusahaan.
Baca juga: Mengenal Stimulus Ekonomi dan Perannya
DAR dan DER memiliki beberapa fungsi penting dalam analisis keuangan, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kedua rasio ini membantu dalam mengevaluasi risiko keuangan perusahaan. DAR yang tinggi dapat mengindikasikan risiko tinggi karena ketergantungan pada utang, sementara DER yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko dalam menghadapi tekanan bunga utang.
DAR dan DER dapat digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan pesaing di industri yang sama. Hal ini membantu dalam menilai sejauh mana perusahaan konsisten terhadap perusahaan lain yang seindustri.
Keputusan tentang bagaimana membiayai pertumbuhan atau proyek-proyek tertentu dapat dipengaruhi oleh DAR dan DER. Pemilik bisnis dan manajemen perlu mempertimbangkan dampak dari meningkatkan utang atau ekuitas terhadap struktur modal perusahaan.
Cara menghitung Debt to Assets Ratio relatif sederhana yakni hanya perlu memiliki data total utang dan total aset perusahaan. Rumus Debt to Assets Ratio dihitung dengan membagi total utang dengan total aset perusahaan.
DAR = (Total utang)/(Total aset)
Untuk mengilustrasikan cara menghitung DAR, misal sebuah perusahaan memiliki total utang sebesar Rp10 miliar dan total aset sebesar Rp30 miliar, maka nilai DAR dari perusahaan ini adalah:
DAR = (Rp10 miliar)/(Rp30 miliar) = 0,33.
Dalam contoh ini, DAR dari perusahaan adalah 0,33 atau 33%. Ini berarti sekitar 33% dari total aset perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi nilai DAR, semakin besar ketergantungan perusahaan pada utang dalam pembiayaan aset-asetnya.
Cara menghitung Debt to Equity Ratio juga cukup mudah yakni hanya perlu data total utang dan ekuitas perusahaan. Rumus Debt to Equity Ratio dihitung dengan membagi total utang dengan ekuitas.
DER = (Total utang)/(Ekuitas)
Misal perusahaan yang sama memiliki total utang Rp10 miliar dengan ekuitas sebesar Rp20 miliar. Maka DER dari perusahaan ini adalah:
DER = (Rp10 miliar)/(Rp20 miliar) = 0,5
Dalam contoh ini, DER perusahaan adalah 0,5 atau 50%. Ini berarti setengah dari pendanaan perusahaan berasal dari utang. Semakin tinggi nilai DER, semakin besar proporsi utang dalam struktur modal perusahaan yang dapat meningkatkan risiko keuangan.
Bandingkan DAR dan DER perusahaan dengan industri atau pesaing sejenis. Ini membantu untuk memahami sejauh mana perusahaan konsisten dengan pesaing industrinya.
Semakin tinggi nilai DAR dibandingkan dengan pesaing atau industri dapat mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki tingkat ketergantungan pada utang yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya.
Sebaliknya, semakin rendah nilai DAR dibandingkan dengan pesaing industri dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih sedikit utang dalam perbandingan dengan aset-asetnya.
Misal, perusahaan A memiliki DAR dan DER sebesar 0,3 dan 0,6. Perusahaan B yang merupakan pesaing perusahaan A memiliki DAR dan DER sebesar 0,4 dan 0,5.
Dalam hal ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam pengadaan aset perusahaan, perusahaan A lebih baik dilihat dari DAR yang lebih rendah dari perusahaan B.
Sementara jika dilihat dari risiko keuangan yang mungkin dihadapi, perusahaan B lebih baik karena memiliki nilai DER yang lebih rendah ketimbang perusahaan A.
Analisis tren dari DAR dan DER selama beberapa periode waktu dapat memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan telah mengelola struktur modalnya dan seberapa baik perusahaan mengendalikan risiko keuangan.
Jika DAR telah meningkat dari tahun ke tahun, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih bergantung pada utang untuk mendanai pertumbuhannya seiring waktu.
Di sisi lain, jika DER semakin tinggi dari tahun ke tahun, perusahaan mungkin menghadapi risiko yang lebih besar dalam hal pembayaran bunga pada utang kedepannya.
Baca juga: 10 Cara Meningkatkan Ekonomi Kreatif di Indonesia
Dengan pemahaman yang mendalam tentang cara menganalisis perusahaan dengan DAR dan DER, maka memungkinkan untuk membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan efektif dalam mengelola risiko finansial.
Kedua rasio ini dapat memberikan insight yang penting tentang struktur keuangan perusahaan dan dapat digunakan sebagai alat untuk perencanaan strategis dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam dunia bisnis.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.