Linkedin Share
twitter Share

Blockchain · 7 min read

Solana vs Ethereum: Persaingan Ketat di Dunia Blockchain

Ethereum vs Solana

Di tengah hiruk-pikuk pasar kripto yang tak pernah berhenti berdinamika, sorotan kini tertuju pada dua raksasa blockchain: Ethereum dan Solana.

Kedua platform ini, dengan keunikan dan kekuatan masing-masing sering disandingkan sebagai saingan. Artikel ini akan mengupas mengenai Ethereum vs Solana dari berbagai sisi. 

Harga dan Dominasi Pasar

Senin, 4 Desember 2023, Ethereum (ETH) masih kokoh di posisi kedua berdasarkan market cap. Dengan harga yang kini berada di angka US$2,221.40 USD, Ethereum menunjukkan pertumbuhan yang stabil, mencatatkan kenaikan sebesar 37.20% dalam 90 hari terakhir. 

Baca juga: Apa Itu Ethereum 2.0? Pahami ETH 2.0 Dalam 3 Menit!

Di sisi lain, Solana, yang kini diperdagangkan pada US$64.85, muncul sebagai pesaing Ethereum yang layak diperhatikan. Terutama usai harga SOL naik sangat signifikan sepanjang tahun ini sebesar 237.21%. 

Baca juga: Apa Itu Solana? Panduan Lengkap untuk Pemula

Kecepatan Transaksi

Berbicara soal kecepatan transaksi, Ethereum masih ketinggalan oleh Solana.

Kecepatan transaksi per detik blockchain buatan Vitalik Buterin itu hanya 15-25, sedangkan Solana mencapai 65.000 transaksi per detik, dan biaya transaksi yang rendah menjadi daya tarik utama Solana. Hal ini menjadikannya pilihan favorit bagi pengembang dan investor yang mencari efisiensi dan inovasi.

Cathie Wood, tokoh terkemuka di dunia investasi, baru-baru ini memberikan pujian tinggi untuk Solana. Menurut Wood, Solana telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menghadirkan kecepatan dan efisiensi yang superior.

“Jika Ethereum lebih cepat dan lebih murah dibandingkan Bitcoin, maka Solana adalah langkah lebih maju lagi,” ujar Wood.

Baca juga: Solana Bersinar di 2023, Begini Prediksi Harga SOL 2024

Mekanisme Konsensus

Dalam dunia blockchain, mekanisme konsensus adalah kunci yang menentukan bagaimana transaksi divalidasi dan direkam. Solana dan Ethereum, masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal ini.

Solana: Menggunakan kombinasi Proof of History (PoH) dan Proof of Stake (PoS), Solana menciptakan sejarah peristiwa yang dapat diverifikasi dan efisien.

Pendekatan tersebut memungkinkan Solana untuk memproses banyak transaksi secara paralel, menghasilkan throughput yang tinggi dan latensi yang rendah. Namun, Solana memerlukan jumlah validator yang besar untuk menjaga desentralisasinya.

Ethereum yang beroperasi pada mekanisme PoS memilih validator berdasarkan jumlah stake mereka dalam jaringan. Transisi ke PoS diharapkan dapat meningkatkan throughput transaksi dan membuat jaringan lebih efisien dan ramah lingkungan.

Baca juga: The Merge Ethereum: Era Baru Pengenalan Teknologi Sharding

Skalabilitas

Skalabilitas adalah aspek penting untuk platform blockchain dalam mengelola transaksi yang meningkat. Solana dengan arsitektur yang dirancang untuk skalabilitas, Solana mencapai throughput tinggi dan dapat memproses banyak transaksi secara paralel.

Ethereum meskipun mengalami masalah skalabilitas dengan mekanisme Proof of Work, transisi ke Ethereum 2.0 dan pengenalan shard chains diharapkan dapat meningkatkan skalabilitas jaringan.

Ekosistem

Ekosistem Solana telah berkembang pesat, menarik pengembang dan proyek yang ingin memanfaatkan kecepatan dan skalabilitasnya. Proyek-proyek penting dalam ekosistem Solana termasuk Serum dan Mango Markets.

Sebagai platform smart contract pertama, Ethereum memiliki ekosistem yang besar dan beragam. Proyek-proyek penting dalam ekosistem Ethereum termasuk Uniswap, Aave, dan OpenSea.

Benarkah Solana Menjadi Ethereum Killer? 

Sementara itu, karena sering dibandingkan, Solana pun disebut bisa membunuh Ethereum hingga menimbulkan julukan sebagai “Ethereum Killer”.

Menyikapi hal ini, Anatoly Yakovenko, salah satu pendiri Solana, memberikan perspektif tentang dinamika antara Solana dan Ethereum. 

Yakovenko menyerukan agar semua pihak berhenti berbicara tentang platform yang mencoba “membunuh” Ethereum. Menurutnya, kesuksesan Solana tidak bergantung pada kejatuhan Ethereum.

Sebaliknya, ia memprediksi masa depan di mana kedua platform dapat berkembang bersama, menyoroti potensi teknologi untuk berkembang dan berskala.

Pendekatan ini mencerminkan sifat kolaboratif dari ruang kripto, di mana inovasi dan kompetisi sehat mendorong kemajuan.

Yakovenko percaya bahwa industri tampaknya siap untuk merangkul masa depan di mana berbagai platform blockchain dapat hidup berdampingan dan secara kolektif berkontribusi pada pertumbuhan teknologi terdesentralisasi.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dhila Rizqia

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.