Berita Blockchain · 6 min read

Security Token Offering (STOs), Masa Depan Investasi Aset Kripto

Security Token Offering (STOs), masa depan investasi aset kripto. Di waktu yang sama satu tahun yang lalu, Initial Coin Offering – atau yang biasa disebut dengan ICO – membuat rekor baru dalam hal mendanai perusahaan dan project yang nyata maupun fiktif. Sistem ICO ini membuat proses crowdfunding terasa lebih demokratis dengan menggunakan mata uang kripto yang kebanyakan adalah BTC dan ETH dan. ICO melibatkan investor individual dan mampu menghasilkan kelebihan dana sebesar 6 juta dolar AS.

Namun, kondisi market kripto saat ini sudah berubah drastis. Membeli, menjual, dan project-project dengan skema Ponzi hanyalah awalan. Setelah banyak project berhasil menggalang dana sebesar jutaan dolar untuk tim ataupun individu yang meragukan di seluruh dunia, beberapa tindakan kriminal para pendiri project yang membawa kabur dana yang terkumpul, akhirnya SEC menyatakan bahwa ICO merupakan sekuritas. Pada akhir Februari tahun ini, SEC sudah mengirimkan panggilan kepada 80 perusahaan dan individu yang terlibat dalam ICO.

Kurangnya transparasi dan metode yang terpercaya untuk memvalidasi sebuah project memberikan ruang dalam menyalahgunakan metode ICO untuk tujuan yang tidak baik. Masalah besar lainnya adalah fakta bahwa individu yang belum melalui proses Know Your Customer (KYC) dan Anti Money Laundering (AML) masih dapat membeli dan menjual asset kripto secara bebas, hal ini sebenarnya melanggar hukum federasi AS.

Konsep Security Token Offering – yang biasa disebut STO – masuk untuk menyelesaikan kedua masalah pelanggaran dan ketidakpastian dalam sistem ICO, yang juga menegaskan bahwa token-token tersebut merupakan sekuritas. Seperti ICO, Security Token Offering (STO) menyediakan sebuah pendekatan inovatif untuk mengumpulkan modal investasi, khusunya bagi para investor individual, sementara juga menyediakan transparasi yang dibutuhkan oleh para investor.

Baca Juga: Apa itu Security Token?

Untuk project-project baru, STO akan mengeliminasi perantara dan menawarkan banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem ICO yang sekarang ini. Banyaknya keuntungan sistem tokenisasi – seperti mengurangi biaya, transaksi yang lebih cepat, dan juga akses akan jaringan investor yang lebih luas baik investor institusi ataupun individual – memmbuat STO menjadi pilihan menarik. Diperkirakan bahwa Security Token Offering (STO) dapat mewakili 10 miliar dolar AS dana terkumpul pada tahun 2020.

Perbedaan utama antara ICO dan STO adalah bahwa STO menyediakan pilihan yang legal dan sudah teregulasi, dalam bentuk token, mewakili saham dalam sebuah perusahaan, hak voting, atau bahkan sistem pembayaran seperti dividen yang ditawarkan oleh perusahaan seperti layaknya saham.

Untuk memahami Security Token Offering (STO), mari melihat dari segi hukum. Tidak dihiraukannya program JOBS Act yang dibuat oleh pemerintah AS pada tahun 2012 membuat metode baru dalam menggalang dana tercipta. Namun, metode ini juga membutuhkan usaha dan uang yang lebih, dan juga membutuhkan periode holding selama 12 bulan – sebelum aset dapat dijual di pasar kedua/sekunder. Permasalahan-permasalahan ini membuat program JOBS Act menjadi kurang menarik bagi proses penggalangan dana.

Sistem STO sekarang ini memanfaatkan regulasi A+ program JOBS Act. STO dapat memilih opsi Tier 1 (batas 20 juta dolar AS), atau Tier 2 (batas 50 juta dolar AS), batas yang lebih tinggi membutuhkan persyaratan yang lebih ketat.

Mengingat kembali masa-masa awal ICO, investor individual manapun – bukan hanya investor terakreditasi – akan dapat berpartisipasi dalam STO Tier 1. (Untuk Tier 2, investor individual dibatasi hanya boleh berinvestasi mencapai 10% dari penghasilan tahunan mereka.) Singkatnya, sebuah STO akan meningkatkan pembagian kepemilikan aset dan juga meningkatkan tingkat likuiditas aset.

Sekarang ini, project-project inovatif di seluruh dunia sudah melirik sistem STO sebagai metode baru dalam melakukan penggalangan dana dan berinvestasi.

Platform exchange terkemuka Binance pada tanggal 11 September 2018 mengumumkan kerjasamanya dengan Malta, membuka exchange digital khusus yang menawarkan trading token sekuritas.

Penyedia layanan seperti StartEngine membantu para pengusaha menggalang modal melalui peraturan dan regulasi yang mereka sebut ICO 2.0, yang sebenarnya adalah nama lain dari Security Token Offering (STO).

Untuk project nyata yang didanai melalui STO, perusahaan scooter listrik SPIN meluncurkan sebuah STO dan berhasil mengumpulkan uang sejumlah 125 juta dolar AS untuk start-upnya. Melalui STO ini, SPIN token berhasil dikaitkan secara langsung, sehingga mampu memberikan pemasukkan bagi para investor dari operasi scooter elektriknya.

Overstock.com yang merupakan anak perusahaan dari tZero, menyatakan bahwa STO mereka berhasil menggalang dana sebesar 134 juta dolar AS untuk platform trading STO alternatif mereka. Patrick Byrne, seorang penggiat kripto dan CEO dari Overstock.com memang sudah lama berkecimpung di dunia STO.

DESICO juga merupakan pemain baru yang kredibel di dunia Security Token Offering (STO). Seperti yang disebut di dalam white papernya, DESICO akan menjadi sebuah platform yang dapat mengeluarkan, berinvestasi, dan memperjualbelikan token sekuritas baik untuk investor institusional maupun individual, yang seluruh prosesnya sesuai dengan hukum yang berlaku.

DESICO berharap dapat menjadi pintu utama bagi para investor individu maupun institusional untuk masuk ke dalam dunia pendanaan startup yang sekarang ini masih didominasi oleh perusahaan modal ventura (Venture Capital). Secara bersamaan, DESICO juga akan berkontribusi dalam memberikan akses yang adil dan terjangkau akan modal bagi bisnis manapun di dunia.

Marc P. Bernegger, penasihat hubungan investor DESICO, dan pendiri dua perusahaan startup teknologi sukses berkata, “STO adalah salah satu dari tren besar di dalam ekosistem kripto. DESICO memiliki rencana untuk mengubah keseluruhan kerangka kerja token economic dengan mengelola dan menembus batas pengelolaan aset token dan sekuritas sekarang ini. Hal ini akan dapat menggabungkan tren yang sudah ada dengan tren yang sedang berkembang.”

Baca JugaPengusaha Marc Bernegger Bergabung dengan Desico

Meskipun sejarah aset kripto dengan ICO cukup penuh rintangan, aset digital dalam bentuk mata uang kripto dan token berbasis blockchain adalah kelas aset yang sedang berkembang dan memiliki potensi untuk terus berkembang dengan infrastruktur pasar yang tepat. Dengan mengadopsi penuh sistem STO, baik investor individual maupun pengusaha akan dapat menemukan kesempatan yang layak mereka dapatkan.

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dhila Rizqia

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.