
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Exchange · 6 min read
Co-founder exchange Binance, Yi He, mengungkapkan kekhawatirannya atas kriteria listing token di exchange tersebut setelah naik turunnya token Test (TST) yang mencapai kapitalisasi pasar US$500 juta atau sekitar Rp8,1 triliun.
Kekhawatiran ini disampaikan setelah eks CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ), mengatakan bahwa “proses listing Binance sedikit rusak” karena peluang arbitrase yang digunakan pedagang bursa terdesentralisasi (DEX) menyebabkan kinerja buruk setelah listing.
Menurut He, kriteria paling penting untuk listing token adalah laba atas investasi (ROI), yang dihitung dengan membandingkan harga rata-rata hari pertama dengan kinerja kuartalan di exchange tersentralisasi (CEX) lainnya.
Tolok ukur kedua Binance adalah kemampuan proyek untuk membawa inovasi dan pengguna baru ke industri yang dapat “berevolusi menjadi pengguna blockchain yang berdedikasi dari waktu ke waktu.”
Kriteria ketiga yang melibatkan “proyek-proyek terkenal dengan gebrakan dan valuasi pasar yang signifikan,” memeriksa kinerja pasar token di exchange utama lainnya.
“Jika token dengan “daya tarik teknologi yang kuat dan hype pasar” tidak terdaftar di Binance, kami berisiko kehilangan pangsa pasar,” kata He kepada Colin Wu dalam wawancaranya, Senin (10/2/2025).
Baca juga: Changpeng Zhao Akui Belum Pernah Beli Meme Coin dan NFT
Kegaduhan terkait listing token di Binance dipicu oleh token Test (TST) yang terdaftar di Binance, yang dianggap investor sebagai meme coin padahal sebenarnya dibuat hanya sebagai tutorial dari BNB Smart Chain.
Token TST sempat naik ke puncak kapitalisasi pasar sebesar US$489 juta atau sekitar Rp8 triliun pada 9 Februari sebelum jatuh lebih dari 50% menjadi US$192 juta atau sekitar Rp3,1 triliun.
Token tersebut awalnya muncul di sebuah video tutorial BNB Smart Chain untuk platform Four.Meme dan namanya tidak ditutupi di video tersebut.
Hal ini memicu komunitas influencer berbasis Tiongkok langsung mempromosikan dan membeli token tersebut yang kemudian membuat kapitalisasi pasarnya sempat melambung dalam waktu yang cepat.
Baca juga: Mengenal Binance Smart Chain yang Bikin Ethereum Terancam!
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.